Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
h a p p y r e a d i n g
.
.
"Kedua bayinya laki-laki." Senyum dokter Sana terbit saat ia selesai membantu persalinan Keira.
Jaehyun menghampiri dokter Sana, ia melihat kedua buah hatinya yang masih berlumur dengan darah. Ada senyum lega yang tercipta di bibirnya, tapi, ia khawatir karena Keira masih dalam pengaruh obat biusnya.
"Rawat dulu bayinya, terus nanti suntik vitamin K sama hep B," Dokter Sana menyerahkan bayi dalam gendongannya pada asistennya. Sementara bayi yang satu lagi sudah dibawa untuk dirawat lebih lanjut oleh perawat lainnya.
"Baik, dok," sahut perempuan itu.
Jaehyun dirundung rasa tak nyaman. Meskipun kedua buah hatinya sudah lahir dengan selamat, tapi kondisi Keira kritis. Ia terus saja menggenggam tangan Keira.
Berharap tangan itu bergerak merespons genggamannya. "Kei, anak kita udah lahir. Mereka kembar. Kamu nggak mau lihat mereka?"
Dikecupnya tangan itu. Menyalurkan kasih sayangnya. "Kei, kamu pasti bangun, janji, ya?"
"Dok, detak jantung pasien melemah." sahut seorang perawat yang tengah memerhatikan monitor hemodiamik.
Wajah Jaehyun memucat, ditatapnya dokter Sana tengah memeriksa kondisi Keira lebih lanjut lagi. Bahkan beberapa alat medis dipasangkan pada tubuh Keira dengan cepat oleh para asistennya.
"Defibrilator!" seru dokter Sana. Asistennya langsung memberikan alat pacu jantung, lalu dokter Sana beberapa kali memastikan detak jantung dan tekanan darah Keira yang tengah ditampilkan pada monitor hemodinamik.
"Pak, tolong, tunggu di luar, pasien sedang kritis." Salah seorang perawat mengantar Jaehyun supaya keluar dari ruangan itu.
Jaehyun menurut, keningnya berkeringat dingin. Ia tak bisa berkata-kata saat Keira masih berbaring seraya terpejam di brankar.
Di luar, ia hanya bisa menatap kosong pada orang-orang yang berlalu-lalang. Tubuhnya seakan hilang tumpuan. Berkali-kali bayangan menyakitkan tertanam dalam benaknya.
"Tolong, selamatin istri saya ... " lirih Jaehyun saat ia berbalik menatap para medis tengah menangani Keira di dalam sana.
"Bang, gimana?" sahut Jeno baru tiba di sana.
"Anak gue sama Keira selamat, tapi Keira kritis."
Jeno terperangah, rasanya ia tak tega melihat Jaehyun lemas seperti itu. Bahkan di dalam sana, sahabatnya tengah memperjuangkan nyawa.