12. (My) Birthday

46.1K 4.4K 575
                                        


"Dear hati, apa enggak capek berjuang sendirian?" —K.



Sesampainya di depan gerbang putih yang tinggi, kereta kencana itu berhenti diperintah oleh kusir. Pria paruh baya yang memakai baju hitam dan celana putih itu tersenyum pada Keira, "sudah sampai." katanya.

Keira melihat ke sampingnya, Jaehyun tengah melamun sembari bertopang dagu. Dasi kupu-kupu pria itu agak miring, jas hitamnya pun sudah tersampir di pangkuannya.

"Udah nyampe," kata Keira.

"Gue juga tau." kata Jaehyun tanpa menoleh sedikit pun.

Beberapa detik kemudian Keira menatap Jaehyun tajam. Dia menyesal barusan telah bersikap ramah pada pria itu, nyatanya dia malah menerima perlakuan seperti itu.

"Terserah lo!" kata Keira.

Jaehyun menatap Keira, "Kok lo nyolot?!"

"Lo duluan!"

"Yang sopan sama suami!"

Keira tersenyum sinis, "Suami? Atas dasar apa lo pantes disebut suami, hah?"

"Tadi kita nikah." balas Jaehyun datar lalu ia kembali seperti semula mengamati sekitar seraya khawatir dengan keberadaan Livia.

Bahkan pria itu tak menyadari kalau wajah Keira sudah memerah menahan tangis.

"Iya nikah, paksaan." balas Keira pada akhirnya. Dia ingin menertawakan dirinya sendiri, bisa-bisanya tadi ia merasa sakit hati oleh sifat Jaehyun yang dingin, menganggapnya seolah semu semata, padahal ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tak peduli dengan perlakuan pria itu.

Keira mengangkat gaun pernikahannya sendirian, lalu ia turun dari kereta kencana itu.

Tak sudi ia masuk ke dalam rumah pria ini. Ia akan mencari angkutan umum untuk pulang ke rumah Gina.

Diam-diam kusir kereta kencana itu menyeka keringatnya, sedari tadi ia diam berusaha menghindari percakapan Jaehyun dan Keira.

Namun sediam apa pun kusir itu, suara mereka berdua sangat nyaring, bukan mengobrol dengan volume biasa namun mendekati berteriak.

Dua-duanya dibelenggu oleh emosi.

Kusir itu merasa heran, ia pikir dua insan itu saling mencintai, habisnya sangat cantik dan sangat tampan. Dua-duanya kaya raya pula.

Ternyata dua hal itu tak bisa menumbuhkan rasa yang ada.

Sungguh malang nasib mereka, batin kusir itu.

"Loh, tuan itu istrinya malah jalan ke halte."

Jaehyun terkejut mendengar perkataan kusir di depannya. Lantas ia segera turun dari kereta kencana itu. Ia mendengus kasar, lalu berlari mengejar Keira yang masih bersikeras berjalan cepat bahkan perempuan itu menenteng high heels-nya.

Tentunya langkah Jaehyun lebih cepat, pria itu mengungguli Keira. Ia menarik tangan Keira secara paksa.

Dengan tatapan nyalang, Keira menepis cengkraman Jaehyun di pergelangannya. Meninggalkan bekas kemerahan di tangan Keira, membuktikan kalau cengkeraman pria itu sangat keras.

Kali ini giliran dirinya menarik lengan Jaehyun lalu ia mencengkram lengan pria itu sekuat tenaganya, lalu Jaehyun meringis. "Argh!" pria itu menatap Keira penuh tanya.

MTMH | JAEHYUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang