05. Purna Bhakti

60K 5.6K 470
                                    

Berkat jasa ketiga sahabatnya kini Keira sudah pulih sepenuhnya. Tak ada rasa pusing maupun mual yang melanda perutnya. Ruangan kelas sangat sepi karena sedang jam kosong, dan hanya ada beberapa siswa yang masih bertahan di kelas. Keira tengah menonton kedua sahabat laki-lakinya yang sedang bermain game online.

Jeno dan Jaemin terus berkompetisi dalam pertarungan permainan menembak itu. Mereka berdua saling berteriak satu sama lain saat musuh mulai datang ke area perlawanan mereka. 

Keira hanya menopang dagu karena terlalu malas bergerak untuk melakukan apapun. Sementara Gina tengah asik dengan dunianya sendiri yaitu menonton video mukbang dan ASMR di ponselnya.

Tak lama kemudian Jaemin mulai menggerutu soal dahaganya yang semakin terasa. Jeno pun sama, lelaki itu tengah menginginkan makanan ringan.

“Jen kantin kuy, haus banget gue!” Jaemin mematikan ponselnya lalu ia beranjak dari tempat duduknya. Jeno menatap Jaemin lalu lelaki itu mengangguk.

“Lo berdua mau ikut, gak?” tanya Jeno, lalu Keira menoleh kepada Jeno.

Lalu Keira menghentakan pundak Gina. “Gin mau ikut gak?”

Buru-buru Gina melepas headsetnya lalu ia beranjak dari tempat duduknya. “Yuk lah, gue laper nih ngiler banget liat mukbang seafood.” Gina menatap Keira yang masih betah duduk. “Kei, lo gak ikut?”

Keira menggeleng lantas ia tersenyum. “Enggak Gin, gue masih kenyang terus mager.” Gina pun mengangguk saat mendengar alibi sahabatnya itu.

Tapi gadis berambut bob itu belum menyerah untuk mengajak sahabatnya. “Kei, beneran gak mau nitip, gak mau ikut?”

“Iya Gin, suer deh, gue mager gapapa lo ke kantin aja sama Jaemin Jeno gih.” Kata Keira yang sekarang sudah melipat kedua tangan di atas meja untuk menyangga kepalanya.

“Oke deh, gue sama upin upin ke kantin dulu.” Balas Gina sambil menepuk kedua bahu Keira.

Setelah beberapa menit berlalu akhirnya ketiga sahabatnya itu sudah tiba dari kantin. Jaemin membawa secangkir kopi dalam genggamannya. Jeno membawa beberapa makanan ringan, dan Gina tengah meminum minuman kesukannya. Green tea. Mereka bertiga menikmati makanan dan minumannya sembari menggoda Keira yang tengah berusaha untuk memejamkan matanya.

Tetapi tak lama kemudian ada suara speaker yang berdengung. “Kepada seluruh siswa-siswi kelas sebelas diharapkan segera berkumpul di lapangan utama.”

Jaemin mengerucutkan bibirnya saat mendengar pengumuman itu. Dahi lelaki itu mengerut  ia merasa kesal karena coffee time-nya terganggu.

“KENAPA PAKE DISURUH KUMPUL SEGALA! BENTAR LAGI ULANGAN HARIAN WOI!!!” Renjun yang sedari tadi berdiam diri sembari menghapal pelajaran biologi pun berteriak tak keruan.

Jeno, Jaemin, Gina, dan Keira yang menyaksikan kemarahan ketua kelasnya pun menggelengkan kepalanya berkali-kali.

Renjun memang mahluk ajaib. Wajahnya saja yang   seperti ubin masjid. Tapi hobi lelaki itu menyalakan gas elpiji di dalam mulutnya. ‘No ngegas, no life’


***


Sebentar lagi Keira dan ketiga sahabatnya akan tiba di lapangan. Kedua mata Keira sibuk mengeksplorasi keramaian yang ada di lapangan.

Apalagi di depan kelas 12 para kakak kelasnya itu sudah stand-bye bersandar pada pagar besi dan mata mereka tengah mengamati keramaian di lapangan. Keira tertegun dengan semua pemandangan itu.

“Mau ada libur menadadak ya? Rame bener dah.” Batinnya.

Mereka berempat berjalan beriringan. Akibat terlalu santai untuk datang ke lapangan, kini keempat sahabat itu menjadi pusat perhatian para siswa-siswi yang sudah berbaris rapi di lapangan. Jaemin menatap teman seangkatan yang sedang memperhatikannya. Lantas ia membusungkan dada.

“APA LO LIAT-LIAT? TAI LO BULAT-BULAT KAYA DONAT MANG NATNAT!”

Perilaku Jaemin yang sangat abstrak dan tidak tahu malu itu langsung membuat para siswa tergelak. Ada yang menyorakinya tapi Jaemin malah tersenyum bangga sambil mengedipkan sebelah mata ke arah para siswi. Hal itu membuat Keira bergidik ngeri. Bisa-bisanya ia mempunyai sahabat macam Jaemin.

Mereka berempat sudah tiba di lapangan. Jeno memerhatikan keadaan, matanya yang sipit semakin tak terlihat saat ia mengerutkan kening karena kepanasan. Sekarang Jaemin tengah gencar mencari lahan untuk berbaris, karena lapangan sudah penuh. Matanya berbinar saat melihat ada area di bawah pohon yang masih kosong.

“Daks, kesana ayo, biar gak kepanasan.” Ajak Jaemin sambil menunjuk tempat pilihannya.

Keira, Gina, dan Jeno mengikuti langkah lelaki bertubuh ringkih itu. “Sa ae si Jaemin nyari tempatnya.” Jeno tersenyum tipis saat merasakan rasa teduh dan semilir angin yang mulai membelai kedua pipinya.

Keira terkekeh geli ia setuju dengan pernyataan Jeno barusan. Disaat yang lain kepanasan, mereka berempat merasakan keteduhan. Namun rupanya kenyamanan mereka berempat tak berlangsung lama, karena sekarang ada Pak Dadang—guru PPKN yang menghampriri mereka berempat dengan wajah masamnya.

“JUMIIIN!! KAMU ITU ASTAGA—” Pria paruh baya itu memijat pelipisnya berullang kali. “Pindah tempat sana cepat, di depan masih banyak yang kosong!!”

Jaemin mengacungkan kedua jempolnya tapi ekspresi tengil masih menghiasi wajah tampannya. “Ey bapak, nama saya Jaemin, pak. Bukan Jumin. Terus alasan saya baris disini itu kasian sama sahabat saya Pak.” Jaemin melirik Keira. “Dia sakit Pak, kasian kalo kepanasan.”

Pak Dadang menggelengkan kepalanya. “ADUH PUSING SAYA JUMIN, UNTUNG HARI INI SAYA PENSIUN.”

“Yah jangan dong Pak, nanti yang marahin saya siapa?”

Keira membelalakan matanya saat mendengar ucapan Jaemin barusan. Sahabatnya itu memang barbar. Mungkin Keira ditakdirkan bergelung bersama orang-orang yang barbar. Tak apalah dirinya sendiri pun sama.

Jaemin yang masih bersikeras karena ingin baris di tempat yang sekarang sambil menyandar ke pohon, kini tersentak oleh tarikan tangan Keira. “Maju aja njir!”

Mereka bertiga pun memilih untuk mengikuti intrupsi Keira karena melihat wajah Pak Dadang yang sudah memerah karena menahan amarah. Tentunya di hari terakhir masa bakti Pak Dadang di sekolah tidak boleh dibuat hancur hanya karena ulah sahabatnya. Pikir Keira.

Selang beberapa menit kemudian datanglah sosok pria paruh baya berwajah jenaka, ia memakai ikat berwarna coklat di kepalanya. Wajahnya berseri-seri saat matanya menatap seluruh siswa SMA Angkasa.

MTMH | JAEHYUN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang