RD : 5

1.8K 317 80
                                    

Jangan lupa biasakan diri untuk menghargai karya orang lain ya 🌈 dan, tekan ikon ⭐ yang ada di pojok kiri bawah, biar vivi senang kalian pun senang :)

Jangan lupa biasakan diri untuk menghargai karya orang lain ya 🌈 dan, tekan ikon ⭐ yang ada di pojok kiri bawah, biar vivi senang kalian pun senang :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau putra tunggal Kim Insung?"

Mata Seokjin membelalak begitu guru matematikanya bertanya seperti itu. Beruntung mereka sedang berada di tempat yang jauh dari murid-murid lain.

"Kau tahu?"

Guru Choi, atau nama lengkapnya Choi Siwon, terkekeh pelan.

"Ya Tuhan ternyata aku benar. Kenapa kau baru di sekolah ini saat kau kelas tiga? Bukannya itu nanggung?"

Seokjin menghela napas. Kenapa mereka mengenali Seokjin, sih? Padahal Seokjin saja tidak kenal. Apa karena ia anak dari seorang pengusaha yang kaya raya?

"Aku pindah ke Seoul karena ingin menempati rumah Eomma dan Appa. Aku tidak ingin rumah itu kosong."

"Orang tuamu sangat sibuk, ya."

Dan, sepertinya Siwon belum tahu tentang kematian kedua orang tua Seokjin.

"Saem, orang tuaku sudah tidak ada. Mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat bersama calon adikku."

Senyum di bibir Siwon luntur, digantikan dengan raut wajah terkejut.

"Jangan main-main, Kim."

Seokjin menghela napas. "Apa ada untungnya kalau aku main-main dengan kematian orang tuaku sendiri?"

Guru berusia 28 tahun itu bungkam. Ia menggeser kursinya agar bisa lebih dekat dengan Seokjin yang kini terlihat murung.

"Maaf, Seokjin. Aku benar-benar tidak tahu."

"Tak apa. Lagi pula, Choi Saem kenapa mengenal orang tuaku?"

Siwon tersenyum kecil, ia kembali menerawang jauh ke masa remajanya.

"Orang tuamu berhati emas, Seokjin. Dia membantu keluargaku yang terlilit hutang, padahal dia sama sekali tidak mengenal kami."

Ya Tuhan, kenapa Appa baik sekali? Apa karena orang tuaku terlalu baik jadi Kau menyayanginya dan menjemputnya terlebih dahulu?

"Jin? Kenapa melamun?" Siwon menepuk bahunya lembut.

"Maaf, Saem."

"Tidak apa-apa. Oh iya, sana makan di kantin. Waktu istirahatmu semakin menipis."

Seokjin mengangguk. "Tolong rahasiakan identitasku, Saem. Kalau kau ingin bertanya alasannya kenapa, kau bisa tanyakan ini pada Lee Kyojang-nim."

🖤

Di lain tempat, Soohyun di bully lagi oleh empat murid perempuan yang seangkatan dengannya. Ia tengah di sudutkan di koridor yang di pertontonkan oleh banyak murid.

Rain Drops•KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang