RD : 7

1.8K 263 63
                                    

Special 6th Anniversary BTS 💜

Hari ini, cuaca di kota Seoul tidak mendukung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, cuaca di kota Seoul tidak mendukung. Awan berwarna kelabu itu menggantung di langit hingga menutupi cahaya matahari, suara gemuruh petir terdengar samar di sertai rintik-rintik air yang jatuh dari sana.

Di sebuah pusara, tepatnya di samping gundukan tanah dengan batu nisan yang tertera nama ayah, ibu, dan calon adiknya, ada seorang remaja laki-laki bersimpuh dengan pakaian yang biasa ia gunakan untuk ke pemakaman.

Matanya terlihat sedikit sembab, ujung hidungnya memerah. Ia selalu menumpahkan air matanya kala selesai berdoa.

Walau pun Seokjin terlihat kuat, tapi sebenarnya ia rapuh. Setiap saat ia merindukan suara orang tuanya. Sewaktu ia sudah tinggal sendiri di Daegu pun orang tuanya selalu menelepon; kecuali saat jam pelajaran sekolah.

Dulu, sewaktu orang tuanya masih hidup, Seokjin selalu merasa kesal dengan perlakuan mereka yang selalu memperlakukannya seperti anak kecil. Dan terkadang, ia suka menebalkan telinga saat ibunya mulai mengoceh.

Sekarang, saat mereka sudah tidak ada, mulai terasa penyesalannya. Hal sekecil apa pun yang ayah dan ibunya lakukan, Seokjin merindukannya.

Mulai dari sang ayah memarahinya karena ia mencoba merokok.

Sang ibu yang menjewer telinganya karena Seokjin selalu lupa waktu kalau sudah bermain hujan.

"Pasti menyenangkan ya bisa bersama-sama di atas sana," gumam Seokjin.

Ia tersenyum tipis. "Kalau aku bunuh diri, apa kalian akan marah padaku?"

Seketika, angin berembus kencang membuat rambut Seokjin bergoyang karena tiupan angin.

"Aku melihat jasad kalian dan mengantarkan kalian ke tempat peristirahatan terakhir, tapi... kenapa hatiku berkata kalau kalian masih hidup? Aku selalu merasa diawasi. Apa aku sudah gila?" Selanjutnya ia terkekeh. "Ya, aku memang sudah gila. Buktinya sekarang aku berbicara sendiri di pemakaman."

Detik berikutnya hujan turun lumayan deras. Seokjin masih belum beranjak, ia hanya mendongakkan kepala, memejamkan mata dan merasakan rintikan air hujan membasahi wajahnya yang sembab.

"Tuhan, orang tuaku meninggal saat hujan turun. Apa mereka juga akan datang saat hujan turun?" gumamnya.

Kepalanya menunduk, ia mengusap wajahnya yang basah dan menatap tanah merah yang berubah tekstur menjadi lembek akibat hujan.

Sudah dibilang Seokjin itu suka hujan, ia tidak ada niatan untuk beranjak dan berteduh. Biasanya, ia akan bermain hujan sampai hujan berhenti sendiri. Kalau hujannya deras dan turun cukup lama, biasanya Seokjin langsung di jewer oleh ibunya dan di seret sampai ke dalam rumah.

"Hei, Nak?"

Seokjin mendongak, lantas tersenyum pada laki-laki tua yang bertugas menjaga pusara.

Rain Drops•KSJTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang