Seperti seorang pengintai yang mengawasi dari jauh.
Jinyoung membatin, setengah benci kepada dirinya sendiri yang berlaku seperti pengintai, mengawasi Jihoon dan Woojin. Mereka berdua sedang berkencan, tentu saja. Dan Jinyoung disini, mengawasi mereka.
Jalanan ini memang dikondisikan bagi pejalan kaki yang ingin menikmati berjalan-jalan sambil berbelanja.
Café-café yang cozy bertebaran dengan nuansa ala barat, berpayung eksotis di pinggir-pinggir jalan, menawarkan suasana makan yang berbeda. Ada juga penjual bunga di sana, dan beberapa penjual cenderamata lainnya.
Jinyoung terus mengawasi ketika Woojin mengajak Jihoon berhenti di depan penjual bunga, lalmemberikannya setangkai mawar putih. Perbuatan sederhana yang membuat pipi Jihoon merona merah.
Dada Jinyoung terasa panas. Kurang ajar Woojin. Pria itu merusak semua rencananya dengan mendekati Jihoon. Jinyoung semakin mantap untuk menyingkirkan pria itu, dengan langkah yang cukup elegan tentu saja.
Suara tawa pelan membuat Jinyoung mengalihkan perhatian dari pesangan yang berbahagia itu. Jinyoung menoleh ke arah Daehwi yang duduk di dalam mobil disebelahnya,
"Kenapa kau tertawa?"
Bibir Daehwi yang berwarna merah mencebik, "Karena tatapanmu itu, kau seolah-olah ingin membunuh laki-laki itu."
"Memang."
Daehwi mengkerutkan alisnya, "Jadi dia yang harus kuincar? Dia tampak jatuh cinta kepada Priamu itu, kau yakin dia bisa tergoda olehku?"
"Semua laki-laki normalpun akan tergoda olehmu kalau kau memutuskan merayu, Daehwi. Karena itu aku meminta tolong kepadamu." Gumam Jinyoung tenang.
Daehwi tertawa lagi, "Kau bahkan tidak tergoda olehku, apakah ada sebab khusus atau memang kau bukan lelaki normal?."
"Ada sebab khusus." Jinyoung langsung menutup diri, "Kau sudah setuju untuk membantuku dan tidak usah banyak bertanya."
"Oke, aku tidak akan mengganggumu dengan pertanyaan- pertanyaanku." Daehwi tersenyum menggoda, "Apakah sebab khususmu itu adalah anak manis itu?"
"Daehwi." Nada suara Jinyoung penuh peringatan. Membuat Daehwi mengangkat bahunya dan menyerah, tidak bertanya lagi. Lelaki ini memang tidak bisa diajak bercanda, batinnya dalam hati.
"Jadi kapan aku harus melaksanakan rencanamu itu?"
"Akhir pekan ini, aku akan mengadakan pesta akhir tahun, mengundang beberapa kenalan dan karyawanku di rumahku. Kau dekati Woojin saat itu."
"Oke, Joseph Bae. As You Wish."
.
.
.
"Pesta tahunan yang diadakan oleh Mr. Joseph selalu meriah." Chungha tersenyum sambil duduk di depan meja Jihoon. Dia sudah tampak kepayahan membawa perutnya yang semakin membesar, cuti hamilnya tinggal beberapa hari lagi, tetapi dia tampak bersemangat.
"Makanannya benar-benar kelas tinggi, Mr. Joseph benar-benar tidak pelit kepada kami, para karyawannya. Kau tidak boleh melewatkannya."
Jihoon tertawa dan memainkan pena di tangannya, "Apakah semua karyawan diundang?"
"Tentu saja. Dan sebagian besar tidak akan melewatkannya. Pesta akhir tahun di rumah Mr. Joseph merupakan salah satu hal yang ditunggu-tunggu, kau akan datang kan Jihoon?."
Woojin sudah mengajaknya untuk datang bersama. Jihoon membatin dalam hati, tiba-tiba merasa hatinya hangat. Dia belum lama kenal dengan Woojin, tetapi entah kenapa semua terasa cocok. Mereka bisa mengobrol berjam-jam tanpa merasa bosan. Bahkan Jihoon sadar bahwa hubungan mereka bisa berjalan lebih jauh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Deepwink ✔
Short StoryJinyoung harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jihoon di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jihoon dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya...