Chapter 29 🍁

1K 137 14
                                    



***



Jihoon tertegun. Dalam diamnya. Dia menolehkan kepalanya dan menatap Jinyoung. Pria itu sedang menunduk, tidak menatapnya, matanya menerawang oleh pikirannya sendiri.

"Kau tahu bagaimana perasaanku waktu itu?" Jinyoung tersenyum pahit.

"Aku datang dengan segala kesombongan dan kepongahanku. Merasa berkuasa dan punya segalanya, merasa bisa membeli permintaan maaf dari seseorang. Tetapi aku salah. Kau membuatku sadar ketika itu. Ketika kau mengatakan bahwa aku adalah manusia hina yang tidak punya harga diri, yang berlindung di balik kekuasaan ayahku. Kau sangat benar." Jinyoung menghela napas. "Aku pulang dengan kesadaran penuh, seperti ditampar untuk disadarkan."

Pria itu menatap Jihoon dengan pandangan penuh kesakitan. "Tetapi aku berusaha, aku berusaha supaya aku bisa berdiri di depanmu, dengan harga diri. Aku berusaha sekuat tenaga. Aku mendirikan perusahaanku sebagai pembuktianku padamu. Perusahaan itu sama sekali tidak menerima campur tangan ayahku, aku memulainya dari nol." Jinyoung menghela napas. "Dan aku memang membohongimu. Aku mengawasimu sejak awal, jangan salah paham, aku sama sekali tidak punya maksud buruk. Aku... Aku hanya ingin menjagamu, aku tahu kau sebatang kara karena aku, dan aku merasa bertanggung jawab untuk itu." Jinyoung tersenyum pahit.

"Ya. Aku mengatur pendidikanmu, semua beasiswa itu. Semua kuusahakan, asrama itu juga bagian dari rencanaku, Paman Yoon adalah pegawai Ibuku. Tapi aku tidak melakukannya untuk menguasaimu, aku melakukannya untuk menjagamu. Memastikan kau baik-baik saja. Kurasa jauh di dalam hatiku, aku ingin menjadi pahlawan untukmu."

Jihoon tercenung mendengar penjelasan Jinyoung. Ini sama persis dengan apa yang dikatakan Chungha, dan juga yang lainnya. Apakah selama ini dia terlalu menutup diri? Sehingga tidak mau melihat apa yang sebenarnya merupakan kenyataan. Apakah selama ini dia terlalu diselimuti oleh kebencian dan prasangka? Hingga tidak mau membuka hatinya?.

Jihoon sadar bahwa apa yang dilakukan Jinyoung demi kebaikannya. Jihoon ingat betapa mudahnya hidupnya. Pendidikannya yang lancar, tempat tinggalnya yang menaunginya, dan sosok seorang Ayah yang menjaganya,Paman Yoon. Semuanya disediakan oleh Jinyoung.

"Tujuan awalku adalah supaya kau bisa melanjutkan masa depanmu dengan baik. Setelah itu aku berniat melepasmu, pergi dengan diam-diam sehingga kau tidak pernah tahu ada aku di balik semua skenario itu." Jinyoung menyambung, sambil menatap wajah Jihoon dengan lembut, tahu kalau Jihoon mendengarkannya. "Kuberi kau pekerjaan di perusahaan itu, karena kau mempunyai hak di sana. Perusahaan itu bisa berdiri karena kau. Karena tempatmu adalah di sana. Aku pikir kita bisa melanjutkan hubungan kerja dengan baik, sebagai atasan dengan bawahan. Lalu kuharap kau akan menemukan jodoh yang baik, menikah, lalu hidup bahagia selama-lamanya."

Jihoon menatap Jinyoung tajam. "Kalau begitu, kenapa kau menikahiku, Jinyoung-ssi?"

"Karena aku tidak bisa menipu diriku sendiri." Jinyoung tertawa pahit, seolah mengejek dirinya.

"Tanpa sadar aku jatuh cinta padamu. Kau telah menjadi semacam obsesi yang merenggut hatiku. Membuatku merindukanmu. Semua wanita-wanita itu..." Jinyoung menatap Jihoon dalam-dalam. "Wanita-wanita seperti Nakyung, mereka ada untuk menggantikanmu. Aku memang tak berperasaan."

Jadi benar apa yang dikatakan oleh Nakyung. Bahwa Jinyoung menganggap Nakyung sebagai dirinya. Jihoon yang selalu disebut Jinyoung ketika itu memang benar dirinya. Sekarang semuanya jelas.

"Dan kau dekat dengan Woojin di hadapanku." Suara Jinyoung berapi-api. "Aku dibakar cemburu, luar biasa cemburu. Saat itulah aku menyadari bahwa aku tidak akan bisa melepaskanmu untuk orang lain. Aku harus memilikimu untuk diriku sendiri."

Unforgiven Hero : Deepwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang