***
"Apa kabarmu?." Jinyoung langsung bertanya begitu mendengar suara Yujin menyahut teleponnya.
Suara diseberang sana terdengar mendengus kasar, "Oh. Hai Oppa, tak kusangka kau masih ingat menelepon adikmu yang kau biarkan terjebak dengan seekor ular di sebuah pulau terpencil."
Jinyoung tertawa mendengar nada sarkatis di suara Yujin.
"Mendengar suaramu, aku berkesimpulan kalau kau baik-baik saja."
"Aku baik-baik saja, hanya sedang bosan setengah mati."
"Bagaimana dengan Nakyung?."
Yujin mendesah, "Dia baik-baik saja. Dia sudah hampir sembuh dan sangat menyebalkan, kami saling membenci satu sama lain dan tidak tahan seruangan, kurasa itu juga yang memberi motiviasi kepadanya untuk sembuh lebih cepat. Dia akan pulang lusa. Aku juga."
Jinyoung mengerutkan keningnya, "Menurutmu apakah dia punya rencana untuk mengganggu lagi?"
"Siapa yang bisa tahu apa yang ada di balik kepala cantiknya itu." Yujin tertawa.
"Kau harus waspada Oppa. Dia sepertinya menyerah sekarang. Aku berusaha menunjukkan kepadanya bahwa dia sama sekali tidak punya harapan."
"Yah semoga dia melangkah mundur. Aku sudah terlalu sibuk untuk direpotkan dengannya."
Jinyoung mengehela napas dalam-dalam, "Aku akan mengungkapkan semua kepada Jihoon."
"Kau yakin?." suara Yujin merendah, "Menurutmu Jihoon akan mengerti?."
"Aku tidak tahu." Jinyoung mendesah, "Tetapi dia mencintaiku. Dan tidak adil kalau aku terus merahasiakan kenyataan ini dari dirinya. Lagipula aku takut kalau suatu waktu dia mendengar kenyataan itu dari orang lain. Kepercayaannya padaku akan hancur total kalau itu terjadi."
Yujin terdiam, tidak bisa membantah kebenaran yang ada di dalam kata-kata Jinyoung. Memang benar. Rahasia tidak akan bisa selamanya tersimpan. Lagipula paling baik kalau Jihoon mendengarnya langsung dari Jinyoung daripada dia mendengarnya dari orang lain lalu merasa bahwa Jinyoung telah membohongi dan menipunya selama ini.
"Kapan kau akan mengatakannya?."
"Dalam waktu dekat." Jinyoung mengerang dan mengacak rambutnya frustrasi. "Kurasa aku harus menyiapkan diri dan keberanian dulu, dan menunggu waktu yang tepat."
"Semoga semuanya lancar oppa." Yujin ikut merasakan kegelisahan Jinyoung, "Kabari aku ya."
"Pasti. Doakan aku Yujin."
"Pasti. Aku menyayangimu Oppa."
"Aku juga Yujin-ah."
Telepon ditutup. Menyisakan kegelisahan di dalam diri Jinyoung. Kegelisahan yang mulai melingkupinya, bercampur dengan ketakutannya. Takut Jihoon akan meninggalkannya.
.
.
.
Woojin mengawasi rumah Jinyoung dari kejauhan, dan mengetahui bahwa setiap hari Jinyoung berangkat kerja dan Jihoon dirumah bersama para pelayan. Dia tidak bisa bertamu begitu saja ke rumah Jinyoung. Para pelayan itu mungkin ada yang menjadi mata-mata Jinyoung yang mengawasi dan langsung melaporkan kalau Woojin datang ke sana, dan Jinyoung akan langsung pulang dan menggagalkan semuanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Deepwink ✔
Storie breviJinyoung harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jihoon di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jihoon dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya...