Chapter 18 🍁

832 128 14
                                    


Kemarin mau double up. Tapi sepi. Yasudah tak apa~...

***

"Dia bilang dia mencintaiku." Jinyoung menelepon Yujin dengan frustrasi sesudahnya.

Yujin mendesah di seberang sana.

"Pantas dia berani mengejarmu sampai ke sana." suaranya lalu berubah serius.

"Kau tidak bisa membiarkannya tetap di sana Oppa, kau harus menyuruhnya pergi dari pulau itu."

"Bagaimana caranya? Aku tidak mungkin menyuruh orang menyeretnya dan melemparkannya ke perahu boat."

Yujin tercenung lama. "Aku juga bingung bagaimana caranya. Mungkin kau harus memintanya baik-baik untuk pergi."

"Dia baru saja menangis dan berlari meninggalkanku karena patah hati, lalu keesokan harinya aku mengatakan padanya bahwa dia harus pergi? Aku akan jadi lelaki tak berperasaan kalau melakukannya."

"Pikirkan Jihoon. kau akan menjadi lelaki tak berperasaan kalau kau membiarkan Nakyung tetap di sana."

Jinyoung tercenung. Jihoon. Dia tahu persis kehadiran Nakyung di sana amat sangat menyakitkan hati Jihoon. Yujin benar, kalau Nakyung terus ada di rumah ini. Apa yang sudah dibangunnya bersama Jihoon bisa hancur pelan-pelan.

Dia harus membuat Nakyung pergi dari rumah ini.

.

.

.

"Apakah kau baik-baik saja?" Jinyoung menemui Nakyung yang sedang sarapan sendirian di ruang makan keesokan paginya. Jihoon masih tidur dan Jinyoung tidak mau membangunkannya karena istrinya itu tampak sangat lelap.

"Aku baik-baik saja." Nakyung tampak lebih memilih buah-buahan untuk sarapannya, dia sedang menyuapkan sebutir cherry berwarna merah pekat ke dalam mulutnya.

"Mengenai kemarin, aku ingin meminta maaf. Aku tidak pernah tahu kalau kau mencintaiku. Kalau saja aku tahu, aku tidak akan melakukan apa yang kulakukan dulu kepadamu. "

"Sekarang kau tahu dan itu tidak mengubah apapun bukan?." Nakyung tersenyum sedih, "Aku memang bodoh, berpikir bahwa aku masih mempunyai harapan."

Jinyoung menghela napas. "Aku sungguh minta maaf kepadamu. Mungkin kau harus meninggalkan rumah ini segera."

Nakyung menatap Jinyoung tajam, "Kau mengusirku Jinyoung?."

"Aku harus melakukannya, Maaf. Tetapi kau tidak bisa tinggal di sini lebih lama. Aku sedang berbulan madu, dan kehadiran seorang mantan kekasih sungguh tidak bisa diterima, Aku harap kau mengerti."

Nakyung menatap Jinyoung dengan pahit, "Dia. Jihoon, istrimu itu sudah kau cintai sejak lama bukan?."

Jinyoung menganggukkan kepalanya. "Ya."

"Apakah dia tahu betapa beruntungnya dia? Dicintai olehmu sejak lama?."

Jinyoung menggelengkan kepala, "Tidak dia tidak tahu, tetapi itu tidak masalah. Aku sudah memilikinya sekarang."

Nakyung menatap Jinyoung dalam-dalam, lalu tersenyum sedih dan mengangkat bahunya.

"Kurasa memang sudah tidak ada gunanya aku ada di sini. Aku akan mengemasi barang-barangku dan pergi siang nanti." Dengan cepat dia beranjak meninggalkan Jinyoung dan suara langkahnya terdengar menaiki tangga, menuju kamar tamu.

Beberapa detik kemudian, Jinyoung yang masih ada di ruang makan, dikejutkan oleh suara pekikan diikuti suara jatuh berdebam. Dengan segera dia melangkah ke arah tangga.

Unforgiven Hero : Deepwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang