"Kau sangat menyedihkan." Yujin menatap kakaknya dengan sebal.
"Bukan urusanmu." Balasnya singkat.
Yujin mendengus lalu menyesap minuman kalengnya dan meletakkannya di dasbor mobil.
"Sampai kapan kau mau seperti ini terus? Sampai dia menjadi tua renta dan tetap tidak menyadari keberadaanmu?."
"Ssttt..." Jinyoung bahkan tidak menoleh ke wajah adiknya yang duduk di sebelahnya. Tatapannya lurus ke depan- ke pintu keluar sebuah gerbang kampus.
Tak berselang lama sosok yang dicarinya itu keluar, dengan senyum manis yang sudah di hafalnya sedang bercanda bersama teman-temannya.
"Dia tersenyum." Gumam Jinyoung lega.
"Tentu saja dia tersenyum, dia berhasil lulus dengan predikat Cum Laude." Tukas Jinyoung dengan gusar.
"Dan itu karena siapa?"
"Aku tidak mau membahasnya."
"Karena kau bodoh! Itu semua karena perjuanganmu, Oppa." Yujin tidak mempedulikan peringatan kakaknya dan terus melanjutkan.
"Sekarang kau bahkan tidak bisa memberi selamat kepadanya. Malah mengintip dari jauh seperti ini. Benar-benar menyedihkan!." Jinyoung terus menatap sosok itu sampai menjauh. Menghilang di dalam bus yang di naikinya.
"Dia bahkan masih naik bus. Aku harus mengusahakan kendaraan untuknya, supaya dia tidak perlu menunggu bus lagi."Perkataan itu semakin membuat Yujin gusar, karena kakaknya itu tidak memperhatikan kata-katanya.
"Kau menyedihkan! Sampai kapan kau menghukum dirimu sendiri seperti ini?."
Sepi, Tampaknya Jinyoung mengganggap pertanyaan adiknya itu tidak perlu dijawab. Dua kakak beradik itu terdiam di dalam Lamborghini yang sengaja di parkir agak jauh dari kampus, agar tidak mencolok.
Jinyoung sibuk dengan pikirannya sendiri. Pikirannya melayang ke masa sepuluh tahun lalu, saat usianya masih 18 tahun.
Kaya, tampan, punya kuasa dan tidak tahu tentang rasa tanggung jawab.
10 tahun yang lalu
"Ini mobil hadiah ulang tahunku. Baru ada dua saja di negara ini." Gumam Jinyoung bangga pada teman-temannya waktu itu.
Semua temannya mengagumi mobil sport warna merah yang diparkir disamping jalan oleh Jinyoung.
"Gila! Mobil ini kecepatannya luar biasa mengagumkan!." Seru salah satu temannya.
"Tentu saja." Jawab Jinyoung bangga.
"Kupikir kita harus mencobanya sekali." Seru salah seorang temannya yang lain. Sedangkan Jinyoung tertawa bangga dengan kesombongan mudanya waktu itu. Malam itu mereka mabuk-mabukkan, berpesta pora.
Malam itu pula Jinyoung belajar bahwa kesenangan sesaat kadang kala bisa merenggut nyawa orang yang tidak bersalah. Mobil yang dia kendarai dalam keadaan mabuk, menabrak sebuah taksi yang berjalan pelan di jalur berlawanan.
Pengemudi taksi itu, lelaki tua yang tidak tahu apa-apa. Dia tewas seketika.
Tentu saja semua permasalahan dapat dibereskan dengan cepat. Ayah Jinyoung adalah pengusaha yang sangat berpengaruh di Korea Selatan karena harta dan kekuasaannya yang melimpah.
Tidak ada yang mempermasalahkan kenapa Jinyoung mengendarai kendaraannya dalam kondisi mabuk berat, uang jaminan sudah disiapkan. Jinyoung sendiri waktu itu lebih mencemaskan keadaannya daripada memikirkan supir taksi tua yang tewas itu. Toh supir taksi itu lebih beruntung langsung tewas, tidak merasakan sakit seperti dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Deepwink ✔
Short StoryJinyoung harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jihoon di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jihoon dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya...