...
"Lihat, Alfred menggila, dia memasak begitu banyak kue untuk sarapan." Jinyoung mengoleskan mentega lembut ke permukaan muffin panas, membuatnya meleleh dan berkilauan dengan aroma manis yang harum ke seluruh penjuru dapur.
Alfred yang sedang mengaduk sesuatu di dalam panci hanya tersenyum mencela dan melanjutkan kegiatan memasaknya. Mereka sarapan di dapur yang menghadap ke timur, tempat sinar matahari pagi langsung masuk dan menghangatkan mereka.
Menu sarapan mereka luar biasa, Muffin madu, biskuit kacang dan kelapa, telur orak-arik yang rasanya fantastic dan satu Loyang besar pie apel hangat yang baru dikeluarkan dari oven.
Memang benar kata Jinyoung, Alfred menggila dalam memasak. Sepertinya dia terlalu senang karena tuannya datang, dan akhirnya ada yang bisa dia buatkan masakan istimewa.
Pagi ini seindah pagi-pagi yang lain. Jihoon sampai tidak sadar bahwa mereka sudah melewatkan beberapa hari di pulau indah ini. Berbulan madu. Begitu kata orang-orang.
Memang itulah yang terjadi. Mereka benar-benar bersenang-senang sepanjang hari, makan, mengobrol, membaca, bercanda, dan bercinta dengan begitu panas di malam harinya.
Pipi Jihoon memerah, mengingat malam-malam panas mereka. Jinyoung benar-benar lelaki yang sangat bergairah. Di pagi hari, saat mereka sudah bercinta semalaman, lelaki itu masih bangun dengan kejantanan mengeras dan mereka bercinta lagi. Seperti kata Jinyoung kepadanya dulu, lelaki itu memang selalu bergairah kepadanya.
"Alfred tampaknya sedang memasak besar hari ini." Jihoon berbisik pelan sambil melirik ke arah Alfred yang tampak sibuk.
Jinyoung tersenyum simpul, "Memang, aku memintanya untuk menyiapkan makanan kita untuk seharian."
"Seharian?." Jihoon mengernyit. Alfred biasanya selalu ada setiap saat di rumah ini. Begitu juga dengan para pelayan lainnya. Mereka selalu ada untuk mempersiapkan seluruh kebutuhan mereka, setiap saat.
"Aku meliburkan semua pelayan mulai nanti siang sampai besok pagi mereka baru kembali. Alfred juga. Karena itu Alfred memasakkan kita makan siang dan makan malam untuk dihangatkan nanti malam."
"Kenapa kau meliburkan semua pelayan?."
Jinyoung tersenyum nakal, lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Jihoon dan berbisik menggoda, "Karena aku ingin hari ini kita di rumah seharian, hanya berdua."
Pipi Jihoon memerah. Apa sebenarnya yang direncanakan oleh Jinyoung?.
.
.
.
Rumah benar-benar benar sepi ketika para pelayan tidak ada di rumah, biasanya setiap saat Jihoon akan berpapasan dengan para pelayan yang lalu lalang mengerjakan sesuatu di rumah ini. Sekarang suasana hening, tidak ada suara percakapan di lorong, kesibukan di dapur maupun suara langkah kaki orang-orang yang lewat.
Jihoon dan Jinyoung menghabiskan hari itu dengan di perpustakaan. Jinyoung mengatakan akan menyeselesaikan beberapa perkerjaan sedangkan Jihoon memilih untuk membaca.
Perpustakaan di rumah pantai itu cukup lengkap, dengan berbagai bacaan ringan di sana, koleksi milik ayah Jinyoung. Sepertinya ayah Jinyoung benar-benar berniat untuk bersantai ketika mengisi buku-buku untuk perpustakaan ini.
Tanpa sadar hari sudah siang ketika Jinyoung mengangkat kepalanya dan bergumam, mengalihkan Jihoon dari bacaannya yang menarik.
"Aku lapar."
Jihoon menutup bukunya dan tersenyum lembut, "Aku akan menyiapkan makanan."
Alfred telah menyiapkan semuanya dan memberitahu Jihoon cara menghangatkan makanannya. Jihoon mencampur salad dengan udang dan saus alpukat yang telah disediakan oleh Alfred, lalu menghangatkan daging saus manis yang sudah disiapkan Alfred di panci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Deepwink ✔
Short StoryJinyoung harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jihoon di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jihoon dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya...