Chapter 32 🍁

2K 153 21
                                    

***

Mereka berdiri berdampingan di depan makam kedua orang tua Jihoon. Jinyoung merangkul Jihoon erat-erat. Dalam keheningan yang syahdu. Setelah itu, tanpa kata, Jinyoung meletakkan rangkaian bunga ke makam ayah dan ibu Jihoon.

"Apa yang kau katakan pada mereka?" Jihoon menatap suaminya dengan lembut, ketika mereka berjalan pulang melalui area pemakaman itu.

Hari ini Jinhoo atau Bae Jinhoo genap berumur enam bulan. Setiap bulan mereka mengunjungi makam kedua orang tua Jihoon dan meletakkan bunga.

Jinyoung tersenyum dan mengecup dahi Jihoon dengan lembut. "Kata-kata yang sama, bahwa aku meminta maaf dan berjanji akan menjaga anak kesayangan mereka dengan sebaik-baiknya."

Jihoon memeluk Jinyoung dengan erat. "Kau sudah melakukan janji itu dengan sangat baik."

"Dan akan terus kulakukan tanpa mengenal lelah." Jawab Jinyoung lembut.

Mereka melangkah menuju mobil mereka dan melanjutkan perjalanan pulang dalam keheningan. Suasana terlalu syahdu dan indah untuk dipecah dengan percakapan.

Sesampainya di rumah, Jihoon langsung menuju kamar bayi. Menengok putranya, Jinhoo sedang tertidur pulas di balik selimut warna birunya. Tadi dia sudah menyusui anaknya sebelum meninggalkannya sebentar untuk ke makam.

Jinyoung menyusul, berdiri di belakangnya dan memeluknya lembut, bersama-sama mereka menatap buah hati mereka yang tertidur dalam damai.

"Dia sangat tampan." Jinyoung mendesahkan pujiannya, lalu mengecup leher Jihoon dari belakang. "Kau sangat harum, aroma bedak bayi." bisik Jinyoung mesra.

Jihoon tertawa. Bekas memandikan anaknya telah meninggalkan aroma khas bayi di tubuhnya, dengan manja dia membalikkan tubuhnya dan mendongakkan kepalanya, lalu menatap Jinyoung menggoda.

"Mau tidur siang?."

Jinyoung mengernyitkan keningnya, menatap Jihoon dengan ragu. "Memangnya kau sudah bisa?"

Jinyoung belum pernah menyentuh Jihoon sejak pertikaian hampir setahun yang lalu. Bahkan ketika Jihoon hamil dia juga tidak menyentuh Jihoon, sesuai janjinya. Sampai kemudian Jihoon melahirkan dan mereka menyelesaikan permasalahan merekapun, Jinyoung tetap tidak bisa bercinta dengan istrinya karena Jihoon masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan.

Oh. Jangan ditanya betapa beratnya perjuangan Jinyoung hidup seperti itu hampir setahun lamanya. Tubuhnya selalu bergairah, apalagi ketika Jihoon ada di sekitarnya. Kejantanannya selalu menegang keras, seperti sekarang, merindukan kenikmatan murni ketika dia membenamkan diri di tubuh istrinya yang manis.

Dan ketika melihat istrinya itu menganggukkan kepalanya, mengisyaratkan persetujuan untuk bercinta, darah Jinyoung langsung menggelegak penuh gairah. Tatapannya berubah membara, diangkatnya Jihoon dengan lembut dan dibawanya melalui pintu penghubung menuju kamar.

Dibaringkannya Jihoon di tempat tidur dan ditindihnya, tangannya menumpu tubuhnya sehingga tidak membebankan berat tubuhnya di tubuh Jihoon, wajah mereka berhadapan.

"Kau ingin cara yang bagaimana?." Jinyoung berbisik menggoda, tidak bisa menahan dirinya untuk menunduk dan mengecupi bibir Jihoon yang ranum. "Aku sudah terlalu lama menahan gairahku untukmu, mungkin aku akan langsung meledak begitu memasukimu."

Jinyoung sudah siap. Kejantanannya sudah menonjol keras di balik celananya, menggesek Jihoon dengan menggoda ketika dia bergerak. Jemari Jinyoung menurunkan kemeja Jihoon dengan lembut. Memuja tubuh istrinya yang semakin montok dan berisi setelah melahirkan, membuat darahnya menggelegak..

Unforgiven Hero : Deepwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang