Chapter 25 🍁

923 122 26
                                        



***



Jihoon melangkahkan kakinya menuju asrama tempat dia tinggal dulu. Dia tidak tahu harus kemana. Asrama inilah satu-satunya rumahnya selama ini. Mungkin dia akan meminta tolong kepada Paman Yoon untuk menampungnya selama beberapa saat. Sebelum dia bisa mengatur kehidupannya dan pergi ketempat sejauh mungkin, yang tidak bisa ditemukan oleh Jinyoung. Dengan hati-hati dia mengetuk pintunya, berharap Paman Yoon ada di rumah dan tidak sedang keluar.

Pintu itu terbuka, Paman Yoon sendiri yang membukanya.

"Jihoon? Pagi sekali kau datang, ayo masuk nak." Pria paruh baya itu menoleh ke belakang Jihoon, "Dimana suamimu? Katanya kalian akan datang berdua?."

Air mata langsung mengalir deras dari sudut mata Jihoon ketika mendengar Paman Yoon menyebut Jinyoung sebagai 'suaminya' , dia menangis terisak-isak membuat Paman Yoon menatapnya kebingungan,

"Oh Astaga, Jihoon kau kenapa? Kau sakit sayang? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi kepadamu?."

Jihoon mengusap air matanya menatap Paman Yoon dengan sedih, "Saya telah dibohongi oleh Jinyoung Paman... semua yang dia lakukan, semuanya palsu. Dia... dia adalah lelaki yang telah membunuh ayah saya.", Tangis Jihoon makin keras, membuat tubuhnya limbung dan Paman Yoon langsung memeluknya, mengusap punggungnya menghibur.

"Astaga nak... sudah nak, jangan menangis... jangan pikirkan semua hal dengan emosi, kau tidak akan menemukan jalan keluar." Hibur Paman Yoon dengan lembut, menunggu sampai isakan histeris Jihoon berubah menjadi isakan pelan.

Setelah isakan Jihoon mereda dan sedikit tenang, Paman Yoon menuntun Jihoon ke kamar yang selama ini ditempatinya,

"Istirahatlah dulu. Tenangkan pikiranmu. Kamarmu masih sama seperti saat kau tinggalkan dulu. Tenangkan pikiranmu dulu. Pikirkan semuanya baik-baik." Paman Yoon mengantarkan Jihoon masuk kamar dan membantunya berbaring.

"Nanti paman akan mengantarkan segelas teh panas ke kamarmu." Gumamnya sebelum menyelimuti Jihoon dan melangkah pergi keluar kamar.

.

.

.

Jinyoung yang sedang menyetir tanpa arah, mencari Jihoon tidak bisa menemukannya. Dia teringat kepada asrama itu, dan menyadari bahwa Jihoon belum mengetahui hubungan Jinyoung dengan Paman Yoon. Kemungkinan besar Jihoon pulang ke asramanya dulu. Jinyoung memutar balik arah mobilnya hendak menuju asrama ketika ponselnya berdering.

"Jihoon ada di sini." Suara Paman Yoon yang lembut terdengar di seberang sana. Dan mata Jinyoung terpejam sejenak, merasakan kelegaan mengaliri tubuhnya mendengar informasi yang diterimanya. Tadi dia sudah cemas luar biasa. Pikirannya dipenuhi dengan pemikiran-pemikiran negatif, takut kalau Jihoon nekad dan melakukan sesuatu di luar akal sehatnya.

Mengetahui kalau Jihoon sudah aman di asrama sungguh melegakannya.

"Apakah dia baik-baik saja Paman?"

"Dia datang dan menangis, Paman sudah menenangkannya dan sekarang dia beristirahat di kamarnya. Dia sudah tahu semuanya."

"Sebuah insiden membuatnya mengetahui semuanya, dan Jihoon salah paham, mengira aku menipunya, karena dia mengetahui semuanya bukan dariku." Jinyoung menjelaskan dengan singkat kepada Paman Yoon, lalu makin mempercepat laju mobilnya, "Aku akan segera datang untuk menjemputnya."

"Menurut Paman jangan dulu." Paman Yoon berucap dengan hati-hati.

"Dia masih sangat kalut dan emosional, Paman takut kalau nak Jinyoung datang menjemputnya sekarang, itu akan mendorong Jihoon untuk kabur lagi. Lebih baik kita biarkan dia tenang dulu. Setelah dia tenang Aku akan mencoba mengajaknya berbicara. Baru setelah itu nak Jinyoung bisa datang kemari untuk menjemputnya."

Unforgiven Hero : Deepwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang