Chapter 6 🍁

1.1K 174 49
                                    

"Kau mau minum?"

Pesta sudah usai. Para tamu sudah pulang. Hanya Jihoon yang masih duduk di dapur modern milik Jinyoung.

Setelah kejadian tadi Jinyoung mengantarnya ke sana dan menyuruhnya duduk menenangkan diri, menyuruh pelayan menyediakan cokelat hangat untuknya, lalu meninggalkannya untuk menemui para tamunya, dan berjanji akan mengantarkannya pulang nanti.

Selama ditinggalkan sendirian Jihoon terus merenung, Kejadian tadi berulang-ulang di matanya. Dan sangat tidak disangkanya.

Begitu bebaskah kehidupan Woojin sehingga dia bisa bercumbu begitu saja dengan sembarang orang yang ditemuinya di pesta?. Rasa sakit menusuk dadanya, membuatnya menghela nafas berkali-kali.

Setidaknya dia belum jatuh cinta terlalu dalam kepada Woojin, setidaknya dia belum menumbuhkan perasaannya terlalu jauh.

Rupanya lama sekali Jihoon berkutat dengan pikirannya, karena pesta pada akhirnya usai.

Jinyoung datang menemuinya, dan duduk bersamanya di dapur, melihat cangkir cokelat hangatnya yang hampir kosong dan menawarkan minuman lagi.

Jihoon menggeleng menjawab pertanyaan Jinyoung. Tidak. Dia tidak ingin minum apapun. Dia hanya ingin pulang dan mungkin menangis sendirian di kamarnya.

"Aku hanya ingin pulang." gumam Jihoon akhirnya, melirik jam di dinding dapur yang sudah semakin malam.

Jinyoung mengikuti arah lirikan Jihoon dan tersenyum lembut, "Aku akan mengantarkanmu pulang, jangan cemas. Apakah kau baik-baik saja Jihoon?."

Pipi Jihoon memerah. Tidak. Dia tidak baik-baik saja. Dia patah hati dan merasa dikhianati, dan juga malu. Malu kepada Mr. Joseph yang menatapnya dengan penuh perhatian kepadanya saat ini. Malu mengingat percakapan mereka beberapa malam yang lalu tentang hubungannya dengan Woojin.

Mr. Joseph pasti menertawakan kebodohan dan kepolosannya dalam hati karena dia begitu mudah ditipu.

"Tidak semua orang seperti Woojin." Jinyoung membalikkan badan, melangkah menuju bar yang ada di samping dapur. Dan menuang minuman, lalu meletakkan salah satu gelasnya di depan Jihoon. "Ini minumlah."

"Ini apa?." Jihoon mengernyit, menatap ke arah gelas minuman di depannya. Cairan itu berwarna bening dan keemasan.

"Itu champagne. Rasanya manis dan tidak begitu keras. Mungkin bisa sedikit menenangkanmu."

Jihoon menatap gelas itu dengan ragu. Menimbang-nimbang. Seumur hidupnya dia tidak pernah meminum minuman beralkohol dan tidak yakin akan reaksinya setelah meminum itu. Apakah dia akan mabuk dan menari-nari seperti orang gila nantinya?

Jinyoung mengamati Jihoon yang sedang tercenung sambil menatap gelasnya dan tersenyum.

"Satu gelas tidak akan membuatmu mabuk. Kau bisa menyesapnya pelan-pelan. Kalau kau merasa tidak mampu, kau bisa berhenti tanpa menghabiskannya."

Jihoon menghela napas panjang. Oke. Dia merasa layak meminum segelas champagne mahal setelah apa yang dialaminya tadi. Dengan cepat dia meneguknya. Rasa manis langsung menyebar di rongga mulutnya diikuti rasa hangat yang pekat. Kemudian terbatuk-batuk.

Jinyoung mengernyitkan alis melihat cara Jihoon meminum champagne-nya lalu tertawa.

"Aku bilang minum secara perlahan dan menikmatinya, sayang. Jangan diteguk sampai habis, kau akan kehilangan aromanya kalau begitu." Jinyoung mendekati Jihoon yang terbatuk-batuk lalu mengusap punggungnya dengan lembut, "Kau tidak apa-apa?."

Jihoon menganggukkan kepalanya, tiba-tiba menyadari kedekatan Jinyoung yang terasa panas di belakangnya.

"Aku rasa aku harus pulang sekarang." Jihoon meletakkan gelasnya dan mencoba berdiri, dia agak terhuyung, sehingga Jinyoung harus memegang lengannya.

Unforgiven Hero : Deepwink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang