Dia memang tampan. Sangat. Sayangnya terlalu tampan. bukan tipeku.
Jihoon langsung memutuskan pada tatapan pertama mereka. Pria berdarah Korea-Amerika dengan kulit tidak terlalu putih dan sedikit tan itu sangat menawan dan jangan lupakan rambut lurus yang hitam legam serta mata tajamnya yang dalam tampak terlalu berbahaya untuk dijadikan tipenya.
Sementara itu atasan barunya itu hanya menatapnya dengan tatapan menilai-nilai, menimbang-nimbang. Sehingga hening cukup lama dan Jihoon juga tak kunjung dipersilahkan duduk.
"Duduklah." Jinyoung tampak tersenyum kecil, seperti puas karena telah memutuskan sesuatu.
"Kau tahu siapa aku?." Pertanyaan apa itu? batin Jihoon tanpa sadar mengernyit, Tentu saja dia tahu.
Jinyoung tersenyum lagi, seperti menyadari retorika dalam pertanyaannya.
"Ah, maaf saya sedikit gugup."
Sekali lagi Jihoon mengernyit, gugup? karena bertemu dengannya? tidak mungkin. Pasti Atasannya ini sedang gugup karena sesuatu yang lain.
"Kita belum berkenalan." Pria itu lalu mengulurkan jemarinya yang ramping ke arah Jihoon dan mau tak mau Jihoon menyambut uluran tangan itu.
"Kita langsung bersikap informal saja ya, mengingat aku dan kau akan sering sekali berhubungan, apalagi saat Chungha memulai periode cuti hamilnya. Kau bisa memanggilku dengan sebutan Mr. Joseph saja." gumam pria itu setelah melepaskan genggaman tangannya yang kuat.
'Saja'. Jihoon kadang-kadang merasa geli dengan ketajamannya menganalisa setiap kata perkata, tetapi itu memang tidak bisa ditahannya. Kenapa Mr. Joseph menggunakan kata 'saja' di akhir kalimatnya? Seolah-olah dia memiliki nama lain.
Pria itu berdehem, "Mungkin kau bertanya-tanya kenapa kau dipanggil masuk ke perusahaan ini. Aku mempunyai referensi dari universitasmu bahwa kau adalah lulusan terbaik disana dan aku sangat senang memberikan pengalaman dan ruang untuk lulusan-lulusan baru sepertimu agar bisa mengeksploitasi kecerdasan dan kemampuan kalian. Aku senang mempekerjakan lulusan-lulusan baru," Jinyoung tampak tersenyum dan Jihoon sedikit bergetar ketika menyadari, bahwa jika tersenyum lelaki itu tampak luar biasa tampan.
"Karena lulusan baru biasanya lebih mudah diajari cara-cara modern, mereka mudah menyerap ilmu dan yang pasti mereka sangat bersemangat."
Jinyoung berhenti sejenak untuk melihat apakah Jihoon mendengarkan kata-katanya, lalu melanjutkan, "Itu juga hal yang aku harapkan darimu, kemampuan untuk menyerap ilmu baru dengan cepat dan semangat yang luar biasa tinggi, apakah bisa?."
"Tentu saja." Jihoon menjawab dengan cepat, mantap. Dia yakin bisa, dia sangat bersemangat untuk mempelajari hal-hal baru di sini, dunia kerja adalah hal baru baginya dan dia yakin dia memiliki kemampuan untuk belajar secara cepat.
"Bagus." Jinyoung mengangguk puas, "Melihat dari bagusnya angka akademismu, Aku yakin kau juga akan bagus pada prakteknya. Kalau begitu, selamat datang di perusahaan ini Park Jihoon, semoga kerjasama kita baik sampai kedepannya." Jinyoung mengulurkan tangannya lagi, dan tersenyum sangat manis, "Aku sangat mengharapkanmu Jihoon."
Jihoon menerima uluran tangan itu dengan formal, "Baik, Saya akan berusaha sebaik mungkin," kemudian dia berdiri dan berpamitan kembali keruangannya.
"Oh. Jihoon?"
Jihoon yang sudah di depan pintu dan bersiap membukanya menoleh ke arah Jinyoung yang masih duduk tegak di kursinya,
"Aku dengar kau menggunakan transportasi umum kemari?"
Jihoon mengangguk, "Benar, saya menggunakan bus." jawabnya mengernyit dan bertanya-tanya, bukankah informasi seperti ini sepertinya kurang penting untuk diketahui oleh seorang direktur?
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgiven Hero : Deepwink ✔
NouvellesJinyoung harus menanggung hukuman atas dosa yang telah diperbuatnya pada Jihoon di masa lalu. Dia hanya ingin menembus dosanya pada Jihoon dalam bayangan tanpa wujud. Tetapi semuanya hancur ketika hasrat yang kuat mulai merasukinya dan menjadikannya...