1.9

5.7K 1.4K 195
                                    












"chae, ikut gak ke rumah sakit?"

"g-gak deh, aku nyusul nanti aja."

canggung dan ketakutan.

itu yang felix tangkap di raut chaewon saat lino mengajaknya berbicara. lino mengajak chaewon pergi ke rumah sakit, untuk memeriksakan kaki felix tentunya.

padahal cuma seperti itu dan ditambah lagi dengan fakta bahwa lino tidak benci dengan chaewon. jadi untuk apa gadis itu ketakutan?

lagipula ibu sedang keluar hari ini, jadi tidak ada alasan bagi chaewon untuk takut dekat-dekat dengan lino.











"yaudah." pemuda itu beralih pada felix, "ayo berangkat, gua bantu jalan ke mobil." kemudian menawarkan tangan dan pundaknya sebagai tumpuan felix saat berjalan.

"oke."
























"sudah gak pusing?" tanya lino di tengah padatnya jalan raya, jari telunjuk lino sesekali mengetuk stir ketika arus di depan sana terhenti, "kata chaewon lo sempet kejedok lantai, takutnya kepala lo kenapa-napa lagi."

"i'm okay,"

"oke dari hongkong kaki lo bengkak sampe ungu gitu."

"i'm said i'm okay, lino. just shut up."

pada akhirnya lino benar-benar diam. suasana di dalam mobil itu menjadi hening mengingat hanya mereka berdua yang ada di dalam sana.

"kak lino,"

"......."

"kak,"

"......"

"kak lino,"

"......."

"kak jangan budeg,"

"lo sendiri bilang gua harus diem? sekarang dikatain budeg juga?"

"tadi lagi kesel, soalnya mikirin sesuatu lo ganggu." felix memainkan jari, "gua udah ngalamin hari sabtu, gua udah liat kalian main basketㅡgimana kalo gua bilang gitu?"

lino berdeham, "gak bakal percaya."

"kenapa?"

"ya gak percaya aja." singkat lino.

"tapi kalo misalㅡ" ucapan felix terhenti kala ia melihat pemandangan di depannya.




























persimpangan itu dan pom di kiri jalan.

entah mengapa felix merasa dejavu.















"misal apa?" sahut lino, bingung sebab felix menghentikan kata tanpa aba-aba. "hei?"

felix tidak membalas, dia terus berusaha mengingat di mana dia pernah melihat persimpangan dan pom tersebut.





























pandangannya seakan terkunci menghadap depan hingga akhirnya sesosok gadis melangkah menuju tengah jalan raya dan berdiam diri di sana

tepat di saat mobil mereka menancap gas.
































"KAK, KAK LINO AWAS DEPAN!"













lino refleks membanting stir, membuat segala yang terlihat berputar dan baru berhenti setelah bunyi hantaman keras terdengar.










































mobil mereka menghantam pohon besar.

[iv] nightmare side ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang