03

3K 371 10
                                    

Acara pernikahan mereka berlanjut menuju resepsi, gaun putih Arin berganti dengan gaun berwarna pink lembut, sedangkan Mark menggunakan kemeja putih dengan jas dan celana hitam.

Mereka berkeliling, menyalami para tamu, dan berbasa-basi, meskipun lebih banyak Arin yang berbasa-basi karena Mark sangatlah dingin.

"Nunaaa"pekik Lee Jisung, anak ketiga keluarga Lee, yang paling kecil.

Jisung berlari memeluk lengan Arin, Jisung baru memasuki bangku SMA tapi tinggi nya sudah sangat menjulang.

"Hai, Jisung"sapa Arin canggung, bagaimanapun dia baru bertemu Jisung hari ini

"Nuna ayo coba makanan-makanan disini, jangan bersama Hyung terusss"rengek Jisung.

"Jisung"panggil Mark dingin.

"Mark, tidak apa"kata Arin menenangkan, meskipun akhirnya menjadi canggung.

"Jisung, jangan menempeli mereka terus" Ini Lee Jeno, anak kedua keluarga Lee, semester awal kuliah kedokteran.

"hai, Arin nuna, hai, Hyung"sapa Jeno.

"Kupikir kau tak datang"sahut Mark datar seperti biasa.

"Eyy, mana mungkin pernikahan kakakku sendiri, aku tidak datang? Tadi pagi aku ada kuis pagi, jadi tidak bisa datang"jelas Jeno

"Jeno Hyung, Mark Hyung kan tidak mencium Arin Nuna, dia hanya mengecup disini"cerita Jisung sambil menunjuk dahi nya.

Pipi Arin memerah, sedangkan Mark tampak biasa saja.

"Kau membuat Arin Nuna malu. Ayo pergi"ucap Jeno sembari menarik, oh, lebih tepatnya menyeret Jisung.

"Hyungggg"rengek Jisung

Arin meringis melihatnya, mereka tampak akrab satu sama lain, keluarga terpandang dan akrab, Arin sedikit banyak merasa tidak pantas ada disini, dia hanya pelayan cafe.

"Kakimu pegal?"tanya Mark lagi-lagi dengan datar.

"Ah, ini? Sedikit, tapi tidak apa"jawab Arin pelan.

Arin memang memakai heels tinggi agar tinggi badan nya tidak begitu berbeda jauh dengan Mark.

"Eh, mau kemana?"tanya Arin saat Mark menarik tangan nya menuju kursi dan mendudukan Arin disana.

Mark kemudian mencegat sekertaris nya. "Bisa ambilkan sneakers? Ukuran sedang"

"Baik, tuan"

"Mark"panggil Arin pelan.

Mark hanya diam tetapi berlutut didepan Arin, tangan nya menarik kaki Arin yang sudah memerah.

Lantas dibuka nya kedua heels yang membalut kaki Arin. Wajah Arin merona malu, mungkin Mark memang tidak bisa menunjukan emosi nya, tapi tindakan nya bisa.

Perfect | Mark Lee, Choi ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang