29

3K 326 11
                                    

"Kau melakukan ini lagi! Kalau infus mu lepas lagi, pergi saja!"omel Yoona. Seorang dokter berusaha tersenyum maklum.

Pasalnya Ia sudah 3x memasang infus untuk Mark.

"Pakaian Arin bahkan kotor dengan darah"lanjut Yoona frustasi.

"Ibu, Arin benar-benar disini kan?"tanya Mark pelan.

Yoona menghela nafas. "Iya, Arin disini. Selesai kan masalah kalian ya?"

"Saya pamit, nyonya"ucap si dokter.

"Ibu juga pergi ya. Jangan sia-siakan Arin"kata Yoona.

Arin sendiri keluar dari kamar mandi Mark dengan ragu. Tubuhnya hanya terbalut kemeja berwarna navy milik Mark. Kebesaran sekali.

"Oppa"ucap Arin.

Tapi Mark tidak menjawab, pandangannya lurus menatap Arin membuat gadis itu kikuk.

"Apa ada yang sakit?"tanya Arin setelah menduduki dirinya disebelah Mark.

Mark mengangguk.

"Dimana?"tanya Arin khawatir.

"Disini"jawab Mark pelan, tangan nya menyentuh bagian dada nya. "Jangan pergi lagi, Arin. Kumohon jangan pergi lagi"

Arin menyentuh tangan Mark dan menggenggamnya. "Maaf, aku yang salah, maaf ya?"

Mark menggeleng kukuh.

"Katakan padaku apa yang salah, aku- aku akan berusaha memperbaiki nya, jika kau butuh penjelasan, katakan, aku akan menjelaskan. Aku akan lakukan apapun, tapi jangan pergi lagi. Aku salah, aku memang sangat bodoh maaf, tapi tolong jangan pernah tinggalkan aku"ucap Mark.

Arin tersenyum haru.

"Mina hanya teman. Benar-benar teman. Aku hanya tidak tahu harus bersikap apa padamu, aku takut salah, aku takut menyakitimu, aku tak pernah jatuh cinta sebelumnya, maaf Arin. Maafkan aku yang bodoh ini"

"Aku yang bodoh. Maaf. Maaf"

"Oppa"potong Arin. Mark mengangkat kepalanya untuk menatap Arin.

Arin sendiri tertegun menatap mata itu, tidak ada sorot dingin nan datar seperti biasa nya, pandangan Mark tampak gelisah dan bersalah.

Arin menyapu poni Mark, mengelus dahi nya dan turun ke arah pipi pria itu. Dikecupnya pelan bibir Mark.

"Seharusnya aku yang lebih perhatian. Jangan meminta maaf lagi, kita sama-sama salah"

Arin kemudian mengecup kedua mata Mark. "Jangan menangis lagi".

Lalu luka didahi Mark. "Jangan terluka lagi"

Mark kemudian menggenggam kedua tangan Arin. Kemudian bibirnya berucap pelan. "Mark mencintai Arin"

Setelah itu untuk pertama kalinya Mark mengecup pipi Arin dan mencium bibir gadis itu. Lembut dan penuh perasaan.









bentar lagi endingggggg

Perfect | Mark Lee, Choi ArinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang