Mohon maaf, ada ++ nya ya...
Selesai dengan acara demi acara, Hani dan Arza segera bergegas memasuki kamar Hani yang sudah diubah menjadi kamar pengantin, letaknya berada di lantai atas. Arza menuntun Hani menuju ke lantai atas, karena Hani masih memakai gaun pengantinnya.
Sebelum mereka berada di puncak tangga, Hani buru-buru menahan lengan suaminya. Hal tersebut membuat Arza mengernyit lantaran harus berhenti di tengah-tengah tangga.
"Kenapa kamu? Kok berhenti?" tanya Arza.
"Hp aku ke mana ya? Aku lupa nih."
"Tadi terakhir kali kamu liat di mana hp kamu itu?"
Hani menggelengkan kepalanya. "Lupa. Tapi seinget aku, hp aku deket sama hp kakak deh."
Arza mengernyit. "Kok bisa?"
Hani mengangguk yakin. "Bisa. Tadi aku titip sama kakak."
Arza menggelengkan kepalanya. "Hp aku ada. Tapi hp kamu gak ada sama aku."
Kali ini Hani yang mengernyit. "Kok bisa?"
"Kamu lupa beneran berarti."
"Hp kakak mana?"
Arza merogoh sakunya, kemudian mengeluarkan ponselnya. "Ini, ada di saku celana dari tadi. Tapi hp kamu emang beneran gak sama aku."
Hani bergeming. Sebenarnya di mana dia meletakkan ponselnya? Rasanya tadi dia menyimpan ponselnya bersama dengan ponsel Arza. Kalau ponsel Arza ada di tangan Arza, lalu di mana ponsel Hani?
"Masih belum ingat?" tanya Arza.
Hani mengangguk. "Belum inget."
"Mungkin kamu titipkan sama mama atau papa? Atau mungkin sama Akina dan Rein?"
Hani melebarkan matanya ketika ingatannya kembali. "Sama Akina."
"Hp kamu sama Akina?"
Hani mengangguk. "Tadi sih aku mau titip di saku kakak. Tapi gak jadi karena mama manggil aku untuk segera ganti gaun. Jadinya aku titip hp aku sama Akina."
"Akina atau Rein?" tanya Arza memastikan.
"Akina, Kak. Soalnya tadi yang bantu aku ganti gaun itu Akina. Rein lagi sama papa."
"Oh, ya udah kamu tunggu di sini."
"Kak Arza mau ke mana?"
"Mau ngambil hp kamu. Kamu tunggu di sini aja."
Hani mengangguk. Tidak mungkin juga kan dia mencari Akina dengan gaun yang dipakainya sekarang, apalagi dia harus menuruni tangga lagi. Kakinya tidak sekuat kaki Arza.
***
Arza berputar-putar mengitari rumah mertuanya. Sepertinya dia kesulitan menemukan adik bungsu istrinya. Mungkin dia bisa meminta bantuan dari saudara Hani yang seumuran dengannya.
Tidak mungkin juga Arza berkeliling dalam keadaan seperti sekarang. Tubuhnya sudah lelah minta beristirahat. Dia juga tidak tega meninggalkan Hani sendiri di tengah-tengah tangga.
"Bastian!" seru Arza ketika melihat sepupu Hani yang seumuran dengannya.
Bastian mengernyit bingung ketika melihat Arza berjalan ke arahnya. Seharusnya Arza sudah berada di dalam kamar, kenapa suami dari sepupunya itu masih berkeliaran di luar kamar? Apalagi Arza terlihat sedikit acak-acakan.
Jas yang semula membalut tubuh laki-laki itu kini sudah dia jinjing di tangan kanannya. Kemeja putihnya sudah sedikit basah karena keringat, juga kusut, serta kancing atasnya terbuka. "Ada apa nih? Kok pengantin baru ada di luar kamar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Korean
Любовные романыPerjodohan? Gak like! ---- "Saya mengajak kamu untuk menemui orang tua saya." "Untuk apa?" "Melamar kamu." "Kenapa mau melamar saya? Anda bukan pacar saya." "Kalau begitu saya akan menjadikan kamu pacar saya. Kamu mau menjadi pacar saya?" ----- "J...