Part D-W. (Siap-Siap)

387 36 0
                                    

"Ya terus kamu mau aku sama dia balikan? Emangnya kamu rela?"

"Hah?!!" Hani berteriak ketika suaranya semakin serak. "Enak aja!"

Arza tersenyum, ia ikut bergabung bersama Hani dan memeluk sayang istrinya itu. Kemudian, diciumnya puncak kepala sang istri sambil mengucapkan doa agar Hani selalu baik-baik saja. Perasaan Arza sudah lega luar biasa.

"Berarti keputusan aku sudah tepat. Aku tidak menyesal sama sekali putus sama dia, melupakan dia, dan akhirnya berteman sama dia," ucap Arza.

Hani bergeming, hanya terdengar suara tarikan napas Hani yang terdengar berat.

"Aku tidak menyesal sama sekali berpisah sama dia. Aku akan menyesal kalau aku tidak bertemu kamu, tidak menikahi kamu, dan tidak mencintai kamu," lanjut Arza.

Hani memejamkan matanya. Membuat kaos hitam bagian depan yang dikenakan Arza basah karena air matanya.

"Aku bakalan menyesal seumur hidup kalau tidak mencintai kamu, dan... lebih menyesal lagi kalau tidak menghamili kamu."

"Kakak ih!!" Hani memukul dada Arza secara membabi buta. Dan, dibalas kekehan dari Arza.

Arza tertawa dalam usahanya untuk menghentikan aksi brutal yang dilakukan Hani kepadanya. Bisa kempes dada bidangnya kalau ditonjok terus seperti itu. "Cepet melahirkan dong. Supaya aku bisa menghamili kamu lagi."

"Mesum!!! Emang gak ribet apa hamil? Emang gak sakit apa ngelahirin??!!"

Arza mengedipkan satu matanya. "Tapi kan buatnya enak," kekeh Arza.

"Hamil aja sendiri!"

Arza menggeleng cepat dengan bibir cemberut. "Gak mau. Pengen sama kamu."

"Bodo! Bodo! Bodo!"

"Kamu bodo! Kamu bodo!"

"Ih!"

"Ah!"

"Diem dong!"

"Ribut dong."

"Aku benci kakak! Benci! Benci! Benci!"

Arza tersenyum. "Aku sayang kamu. Sayang! Sayang! Sayang!""

***

Pagi-pagi sekali Hani sudah bangun. Jarang sekali dia membangunkan Arza, biasanya dialah yang dibangunkan oleh Arza. Dengan gerakan malas Hani membangunkan suaminya.

"Bangun, udah siang."

Arza menggeliat pelan. Kemudian, dia membuka matanya. Senyumnya langsung terbit ketika melihat sang istri duduk sambil memandangnya. "Selamat pagi," ucap Arza dengan suara seraknya.

"Udah siang."

Arza mengernyit. "Mau durhaka sama suami?"

Hani cemberut. "Selalu aja ancamannya itu. Emang gak ada ancaman lain?"

Arza menggeleng. Dia bangkit untuk mencium Hani. "Kamu juga sih, sukanya bohong sama suami. Baru jam lima kamu bilang udah siang? Itu bukannya bohong ya?"

Hani mengelak, "Kata siapa jam lima?"

"Kata aku."

"Sok tau."

"Aku baru tidur 30 menit, Sayang. Aku tau waktu kok."

Hani mengernyit bingung. "Lho, kok bisa baru tidur 30 menit?"

"Ya tadi jam setengah empat aku bangun, terus tidur lagi jam setengah lima."

"Bangun sepagi itu buat apa? Kerja lagi?"

My Husband Is KoreanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang