Part D. (Apes)

570 60 0
                                    

Acara makan malam dua keluarga ini memang terbilang sederhana, awalnya Arza akan mengajak calon istri sekaligus calon mertuanya dan orang tuanya untuk makan malam di restoran milik Raffa yang berada di Jakarta. Meskipun temannya yang berdarah Jawa itu sedang tidak di Indonesia, Raffa sudah mempersiapkan tempat khusus di restorannya apabila keluarga Arza dan keluarga calon istrinya itu berniat makan malam bersama.

Karena Hani menolak dengan alasan tidak ingin ada makan malam yang berlebihan, akhirnya mereka memilih makan makan di rumah keluarga Hani.
Sorak kegembiraan sering terdengar tatkala kedua nyonya besar itu merasa puas dengan jawaban putra putri mereka. Para orang tua itu kini sedang merasa dunia milik mereka, lain dengan anak-anak mereka yang hanya terdiam.

“Kapan ini jadinya? Jangan lama-lama dong,” ucap bu Ranti.

“Sepertinya tidak dalam waktu dekat, Arza masih harus mengurus acara ulang tahun perusahaannya,” jawab bu Heyeon.

“Oh gitu, kapan acara ulang tahun perusahaannya?”

“Satu bulan lagi.”

“Sudah berapa tahun?” tanya pak Satri.

“Sudah lima tahun.”

“Sudah enam tahun, Bu,” ralat Arza.

“Oh, enam tahun,” lanjut bu Heyeon.

“Itu perusahaan milik Arza ya?” tanya bu Ranti.

Arza mengangguk. “Iya, perusahaan kecil-kecilan kok.”

“Nanti juga membesar, seperti ayah kamu. Dulu dia bilangnya perusahaan kecil, eh dua bulan kemudian mulai berkembang. Dua tahun kemudian udah jadi perusahaan besar yang punya banyak cabang,” ucap pak Satri.

“Semoga aja, Pak. Doakan saja.”

“Kami diundang datang ke acara ulang tahun perusahaan kamu tidak?”

Arza mengangguk. “Tentu.”

“Yah, sayang sekali. Calon papa kamu mau bepergian bulan depan, sedangkan mama ada rapat wali murid di sekolah Akina,” ucap bu Ranti.

Arza mengangguk mengerti. Sepertinya calon mertuanya memang tipe orang yang sibuk. Arza menoleh ke arah Hani. “Kamu bisa datang?”

Hani menggeleng. “Dua minggu aku pergi ke Bali. Pembukaan cabang baru sama papa.”

Arza menghela napasnya panjang. Sayang sekali, pihak calon keluarga istrinya tidak bisa datang. Padahal, Arza berniat memperkenalkan Hani beserta keluarganya dalam acara itu.

“Kamu bisa ikut dengan Arza, Han. Papa tidak apa-apa, lagipula kamu lebih dibutuhkan bersama Arza,” ucap pak Satri.

“Tapi aku yang mengatur jalannya acara, Pa. Kalau aku gak datang, gimana sama acaranya?” tanya Hani. “Apa aku tega ngalihin tugas aku sama bawahan?”

“Kamu harus tega. Lagipula gak salah kok kalau kamu ngalihin tugas kamu sama bawahan. Yang harus gak kamu tegain itu Arza. Dia calon suami kamu lho,” ujar bu Ranti.

“Aku boleh ikut?” tanya Rein. Adik nomor dua Hani.

“Huss, kamu jangan ikut bicara,” tegur pak Satri.

“Tidak apa-apa, siapa tau kalau adik Hani ikut, Hani juga mau ikut,” pak Herbayu.

Rein tersenyum senang mendengar ucapan pak Herbayu. Matanya menoleh kepada Hani. “Ikut yuk, Kak. Aku pengen tau Korea kayak apa.”

Hani menggeleng. “Kamu pikir kita di sana mau liburan?”

“Sekalian liburan. Aku libur satu minggu sekolahnya.”

My Husband Is KoreanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang