Part U. (Posesif)

539 40 0
                                    

Vote and komen ya...
Sorry for typo
Happy reading


Mereka mendarat di bandara Soekarno-Hatta. Kedatangan mereka sudah disambut oleh kedua keluarga. Satu tangan Hani yang tidak dipegang Arza ia gunakan untuk melambaikan tangan ke arah keluarganya dan keluarga suaminya.

Arza sangat protektif kali ini. Sejak mereka keluar dari rumah dan menuju bandara hingga mendarat di bandara lagi Arza tidak melepaskan genggaman tangannya kepada sang istri, bahkan jika diperlukan Arza akan merangkul terus Hani. Hani tidak keberatan sama sekali. Dia menikmati perhatian dari suaminya.

Satu tangannya yang tidak menarik koper, atau satu tangannya yang sejak tadi menggenggam tangan sang istri kini ia gunakan untuk merangkul sang istri. Hani sudah tampak kelelahan. Arza ingat betul pesan dokter jika Hani akan mudah lelah karena faktor kehamilan. Karena itu Arza semakin ketat menjaga Hani, apalagi kandungannya masih sangat muda.

"Mama..." Hani hendak berlari menghampiri sang mama yang sudah tidak terlalu jauh darinya. Tetapi, Arza menahan tangannya seolah melarang Hani untuk berlari. Hani menurut dan berjalan pelan bersama Arza menghampiri keluarganya.

"Hani, ya ampun, Han. Mama kangen." Bedanya saat ini Hani sedang berpelukan dengan Mamanya, Arza sedang berpelukan dengan ibunya.

"Kamu gemukkan, Han. Beneran hamil rupanya."

Ibu mertuanya yang sejak tadi fokus kepada Arza kini beralih ke arah Hani yang sedang berpelukan dengan papanya. Dan kini Arza tengah bersama ayahnya. "Tentu saja Hani hamil sungguhan. Yang menghamili dia kan anak saya yang luar biasa tangguh itu."

Hani tersenyum malu mendengar godaan ibu mertuanya. "Kak Arza gak ngebolehin aku kelelahan sedikit aja, Ma, Bu. Makanya badan aku agak gemukkan karena kurang bergerak."

"Aku ngilu lihat kamu banyak gerak, Han. Kamu teralu berlebihan kalau bergerak," sahut Arza.

"Tapi kakak yang berlebihan tau."

"Han..." tegur Bu Ranti. Putri sulungnya masih suka ceplas-ceplos. Padahal sudah bersuami dan akan menjadi seorang ibu, tingkahnya masih seperti dulu.

"Kita pulang yuk," ucap pak Herbayu. "Jadi, kalian mau pulang ke rumah ayah atau papa?"

"Ke rumah papa dulu, Yah. Bawaan ibu hamil." Arza sedikit melirik Hani yang bermanja-manjaan dengan mamanya. "Hani kepengen tidur di kamar gadisnya yang dulu."

"Ya sudah. Kita pulang sekarang saja, Hani kecapekan nanti," ucap bu Heyeon.

***

Bu Ranti melarang Hani untuk membantunya memasak. Padahal, makan malam kali ini Hani ingin membuatnya sendiri. Hani menginginkan oseng tempe kesukaannya. Dan harus Hani sendiri yang memasaknya.

"Jangan sentuh! Sana, kamu temani suami kamu."

Hani memberengut sedih. "Hani mau masak sendiri, Ma."

"Jangan!"

"Mama gitu ih."

"Sana, panggilin Rein sama Akina."

Hani mengangguk lemas. Batal sudah rencananya memakan oseng tempe seperti yang dia idamkan sejak kemarin. Dengan langkah gontainya Hani berjalan menaiki tangga, menuju kamar kedua adiknya.

"Hani!"

Tiba-tiba papanya berseru kencang dari arah bawah. Hani yang tidak siap menerima teriakan papanya itu hampir terjengkang ke belakang. "Papa! Papa kenapa teriak sih? Aku mau jatuh nih."

Arza yang sejak tadi berdiri di samping papa mertuanya, kini mengambil langkah lebar menuju sang istri yang masih tertahan di tengah-tengah tangga.

My Husband Is KoreanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang