Vote dulu ya. Supaya berkah bacanya.
Happy Reading.
Arza menarik koper yang berisi pakaiannya dan juga pakaian Hani. Arza hanya membawa beberapa pakaian saja karena memang semua pakaiannya sudah berada di Korea. " Yuk berangkat. Mama sama papa sudah di depan."
Dengan perlahan tetapi pasti, Hani berjalan beriringan bersama Arza hingga akhirnya mereka sampai di samping mobil yang akan mengantarnya serta Arza menuju bandara.
Cara berjalan Hani yang sedikit mengganggu pandangan mata tak luput dari perhatian Arza. Arza yang melihat kejanggalan itu hanya terkekeh dan mengabaikannya. Berbeda dengan ibu dan ibu mertuanya yang tampak khawatir.
"Han, kamu kenapa? Kok jalannya terseok-seok?" tanya ibu Ranti dengan nada cemasnya.
"Kamu sakit?" tanya bu Heyeon dengan nada cemas juga. "Sepertinya semalam baik-baik saja."
"Arza yang buat Hani seperti itu, Ma, Bu," ucap Arza dengan santainya. Laki-laki itu bahkan dengan terang-terangan memandangi istrinya yang sudah sangat salah tingkah.
Kedua orang ibu itu serentak tertawa mendengar ucapan Arza. Rupanya keanehan cara berjalan Hani merupakan hasil perbuatan Arza, suaminya Hani.
"Kamu main kasar, Za?" goda bu Heyeon.
"Enggak juga sih, Bu. Hani memang sedikit berlebihan," jawab Arza.
Hani lebih memilih untuk mengabaikan godaan para orang tuanya itu. Dia segera memasuki mobil dan mengabaikan Arza yang terus memanggilnya.
***
Di bandara, Hani pikir akan ada air mata saat kedua orang tuanya beserta kedua adiknya melepas Hani pergi mengikuti sang suami ke Negeri Ginseng. Tetapi, ternyata tidak.
"Hani itu mudah marah, mudah bosan, dan cerewet. Sabar-sabar aja menangani dia, Za," nasihat pak Satri. "Kalau dia marah, jangan dibentak, bicarakan baik-baik."
Arza mengangguk. "Iya, Pa."
"Tapi kalau dia cerewet kelewat batas kamu boleh kok bentak dia," sahut bu Ranti.
"Jangan dong. Kalau bisa tidak ada bentakan," ucap pak Herbayu.
"Sebagai seorang suami kamu harus bisa melindungi istrimu, Za. Jadi imam yang baik, suami yang bertanggung jawab, penyayang dan tegas. Pernikahan kalian tentu saja kalian yang harus memelihara dan mengurusnya. Menjaga dan terus mempertahankannya," ucap bu Heyeon.
"Iya, Bu. Papa dan mama tenang saja. Insya Allah Arza bisa menjadi suami yang baik untuk Hani. Karena tanggung jawab Hani sudah sepenuhnya Arza pegang. Ayah dan ibu juga tidak perlu cemas, Arza akan selalu melindungi Hani apa pun yang terjadi. Doakan saja kami."
"Aamiin."
Setelah saling berpelukan dan berpamitan, Hani serta Arza segera memasuki kabin pesawat. Sesekali Hani menengok ke belakang. Dan, di saat itulah Hani melihat papa dan mamanya sama-sama meneteskan air mata.
"Pa, Ma. Baik-baik ya di Indonesia," ucap Hani dalam hati.
***
Seoul, Korea Selatan.
Seharian ini Hani mengurung dirinya di dalam kamar. Baik dirinya maupun Arza sama-sama kelelahan setelah perjalanan jauh. Sampai saat ini Hani belum melakukan apa pun selain tidur. Berbeda dengan Arza yang memaksakan diri untuk mulai bekerja.
Dering ponsel membuat Hani membuka selimut tebalnya. Dua pesan dari suaminya.
'Sudah bangun? Jangan cuma tidur, Han. Perut kamu perlu diisi'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Korean
RomancePerjodohan? Gak like! ---- "Saya mengajak kamu untuk menemui orang tua saya." "Untuk apa?" "Melamar kamu." "Kenapa mau melamar saya? Anda bukan pacar saya." "Kalau begitu saya akan menjadikan kamu pacar saya. Kamu mau menjadi pacar saya?" ----- "J...