Vote dan komennya ditunggu...●●●
Yoongi tengah sibuk mengawasi beberapa karyawan baru di kafe barunya. Sambil menggendong Yoonji yang sibuk menggigiti jempol mungilnya, ia mengelilingi kafe dan memperhatikan gerak-gerik karyawannya.
"Hansung-ah, bisa kau bersihkan ruangan kerjaku? Aku harus menidurkan Yoonji."
"Sudah Hyung, sudah aku bersihkan kemarin. Apa perlu aku bantu siapkan tempat tidur Yoonji?"
"Eoh, ada di bagasi mobil. Tolong sebentar ya."
Hansung adalah sahabat barunya. Yoongi bertemu Hansung saat mereka sama-sama kebetulan duduk di bangku yang sama di sebuah restoran, karena tempatnya yang penuh. Saat itu, Yoongi baru tahu bahwa Hansung adalah anak muda yang tidak melanjutkan kuliahnya karena tidak memiliki cukup biaya. Setelah lulus SMA Hansung mencoba mencari kerja, tapi tidak kunjung mendapatkan pekerjaan. Jadi Yoongi membawanya kepada bos kafe sebelumnya dan merekomendasikan Hansung untuk bekerja di tempat itu.
Sekarang, Hansung sudah seperti asisten Yoongi. Dia juga baik dan bisa merawat Yoonji saat Yoongi sibuk memberitahu ini itu pada karyawan barunya.
"Anak Ayah tidur di sini dulu ya." Yoongi membaringkan Yoonji pada sofa yang telah ia beri kasur lipat bayi. "Ayah harus bekerja, hm.." Kemudian mengecup pipinya berkali-kali dengan sayang. "Jangan menangis ya sayang."
"Hyung keren sekali." Ucap Hansung.
"Apa? Keren bagaimana?"
"Hyung masih muda, punya anak yang sangat lucu, memiliki dua kafe yang sungguh ramai. Hyung juga baik pada siapapun."
Yoongi tertawa, menahan malu. "Aku dulu juga seperti dirimu. Bingung mencari pekerjaan. Kuliah juga menurutku hanya untuk menyenangkan orang tua dan bersenang-senang." Yoongi duduk di meja kerjanya. "Untungnya entah ada badai dari mana aku jadi ingin kerja. Tiba-tiba saja aku ingin kerja. Yasudah, aku menjadi pelayan kafe dan berakhir seperti ini."
"Aku ingin seperti Hyung."
"Jangan begitu. Kau pasti bisa lebih dariku. Yakin saja. Yang penting selalu berusaha. Aku akan membantumu, Hansung-ah."
"Eoh, terimakasih Hyung.".
Yoonji tengah sibuk merangkak kesana kemari di ruangan kerja Yoongi ditemani oleh Hansung. Anak kecil itu mengoceh tidak jelas membuat Hansung gemas.
"Ya, Aku pikir kau mirip dengan Bundamu Ji-ya." Hansung menjawil pipi gembul Yoonji.
"Mamamamamamam..." Yoonji memegang tempat biskuit miliknya dan meletakkan pada pangkuan Hansung.
"Apa? Mau ini?"
Yoonji mengerjapkan matanya.
"Baiklah. Ayahmu bilang separuh saja. Jadi..." Hansung membagi biskuit lingkaran itu menjadi dua, memberikan separuhnya pada Yoonji. "Silahkan tuan putri."
"Mmmmm" Yoonji bergumam sambil menggigiti biskuit miliknya dengan gusi merah mudanya.
"Apa aku jadi penjagamu saja ya? Eh bukan, babysitter? Sepertinya menyenangkan." Hansung mengapit kedua pipi Yoonji dengan kedua telapak tangannya. "Ah iya, jangan lupa susunya diminum juga."
"Yoonji-ah." Yoongi masuk ke dalam ruangan. "Ayo pulang, sudah sore." Yoongi membereskan beberapa kertas-kertas penting milinya. "Hansung-ah, kau bisa pulang juga. Kau sudah berada di sini dari subuh, pasti lelah."
"Tidak kok Hyung. Lagipula sejak Hyung datang tadi aku hanya diam saja menjaga Yoonji di dalam sini." Hansung berdiri hendak keluar. "Aku akan pulang nanti malam saja Hyung. Aku tidak lelah kok. Lagipula aku di rumah juga hanya diam." Senyum manis kotaknya menggantung indah.
"Benarkah?" Hansung mengangguk. "Kalau lelah kau bisa pulang saja. Ah, iya. Jangan lupa bilangkan pada mereka untuk memastikan kompor sudah mati semua saat akan tutup ya. Kuncinya kau bawa saja, aku ada kunci gandanya. Besok aku akan datang lebih pagi."
"Baiklah Hyung. Hati-hati di jalan." Hansung membungkukkan tubuhnya sembilan puluh derajat. "Jangan bandel ya tuan putri." Kemudian mencubit pipi Yoonji gemas, dibalas tawa lucu darinya.
Yoongi mendudukkan Yoonji di kursi bayi tepat di sebelahnya. Tapi anak itu merengek, meraih tangan Yoongi dan memanjat lengan Yoongi untuk berusaha duduk di pangkuannya.
"Ya, bagaimana Ayah menyetir mobilnya jika begini?" Yoongi duduk diam menatap kedua mata Yoonji. Kemudian ia mulai menangis karena merasa ditatap lama dengan ekspresi datar oleh Ayahnya. Mungkin tatapan Yoongi mengerikan. Entahlah. "Baiklah-baiklah. Duduk diam di pangkuan Ayah. Jangan memencet bel nya, mengerti?"
Yoonji hanya diam saat perjalanan pulang menuju rumah. Sesekali ia menoleh ke arah jendela untuk melihat kelap-kelip lampu jalan dan lampu kendaraan lain saat langit mulai menjadi oren. Kebetulan jalan sedang ramai sore itu, jadi sedikit padat dan membuat mobil yang Yoongi kendarai sulit bergerak.
"Astaga, kenapa macet." Kemudian Yoongi memencet bel mobil. Yoonji ikut-ikutan memencet, tetapi karena susah jadi ia tidak bisa. Ia pun memandangi Ayahnya.
"Apa? Tidak bisa dipencet ya?" Goda Yoongi, membuat gadis mungil itu merengek kecil. "Tidak mau ah." Yoongi tahu saat Yoonji meminta bantuan.
"Yah!!" Yoonji berteriak dengan suara melengkingnya.
"Apa? Apa Yoonji baru saja membentaj Ayah? Wah.. tega sekali Yoonji berbuat itu pada Ayah." Yoongi pura-pura sedih. Yoonji mana peduli. Ia kembali memukul-mukul klakson mobil dengan susah payah.
"Ji-ya.. Ayah mengantuk. Tidak usah mandi ya. Lagipula hari ini Yoonji tidak melakukan banyak aktivitas." Yoongi menguap, lantas membaringkan Yoonji dengan kedua matanya yang masih segar di kasur. "Ayah mau tidur dulu. Ah..." Yoongi membanting dirinya di kasur hingga Yoonji mental sedikit dari posisi tidurnya. Yoongi memeluk Yoonji, menjadikannya guling.
"Jangan ramai ya."
Yoongi mulai memejamkan matanya untuk tidur. Yoonji yang tidak terima Ayahnya tidur pun berusaha bangun dan lepas dari pelukan Ayahnya. Ia memanjat tubuh Yoongi dan duduk di atas dadanya. "Aaaa!" Yoonji menepuk-nepuk pipi Yoongi hingga membuat Yoongi mengaduh kesakitan.
"Ada apa? Ayah sangat mengantuk, sayang. Mainnya nanti saja ya." Ucapnya.
Yoonji duduk diam di atas dada Yoongi. Lalu kemudian ia kentut. Jadi itu adalah alasan Yoonji menepuk-nepuk pipi dan membuat Yoongi tidak tidur. Ia ingin buang air.
"Oh, maaf Ayah tidak tahu." Yoongi meregangkan otot-ototnya sebelum mengangkat Yoonji ke kamar mandi dan membersihkan pup nya, sekalian mandi.
Biasanya, saat mandi terlalu sore seperti ini Yoonji akan sangat lama di kamar mandi. Ia bermain bebek-bebekan sampai jari-jarinya mengeriput. Yoongi menungguinya sambil duduk di atas kursi kecil yang ia ambil dari ruangan tempat cuci.
"Ya, bilang pada Bunda bahwa Ayah menjagamu sangat baik." Yoongi melipat kedua tangannya. "Ayah memasak, mengganti popok, memandikan Yoonji, membersihkan rumah sebaik Bunda." Mulutnya berbicara, mengoceh. "Ayah juga-, ya! Ayah jadi basah semuanya." Yoongi diciprati air hingga kaos yang ia kenakan basah kuyup. "Ayah malas mandi, sayang." Yoongi mengerucutkan bibirnya.
Yoonji malah girang melihatnya. Mengoceh tidak jelas dan berteriak membuat kamar mandi berisik. "Tapi Ayah tidak akan mandi."
Yoongi memang sangat malas untuk mandi. Apalagi jika sudah tidak niat, bisa seharian tidak mandi. Jorok, bau, tapi tampan. Dulu, Seulji harus memukul pantatnya dan menyeret lengannya ke kamar mandi, atau Yoongi akan disuruh tidur di sofa. Jika sudah begitu dia langsung mengambil handuk dan beranjak mandi. Siapa yang mau tidur di sofa memangnya? Apalagi tidur tanpa Seulji, itu sangat tidak nyaman bagi Yoongi.
Hayyy😊 maaf updatenya selalu lama.
Maaf kalo membosankan yaaa, semoga suka dan setia menunggu.
Don't forget vote and comments😊💓
Thanks
-Alfa
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...