Don't forget vote and commment☺️
Maaf kalo ada typo hehe..
●●●
Yoonji pulang mendahului Jimin sore itu. Entah, ia merasa tidak nyaman dengan kecanggungan mereka. Saat makan siang ber empat seperti biasa, keduanya tidak membuka suara sama sekali. Ia mempercepat langkahnya karena tadi melihat Jimin tengah buru-buru merapihkan bukunya.
"Yoonji."
Benar kan. Itu Jimin. Yoonji meremat tali tas ranselnya sambil terus berjalan.
"Yoonji tunggu." Jimin berhasil meraih pergelangan tangan Yoonji. "Aku bilang aku mau bicara."
Yoonji mengontrol ekspresi wajahnya agar terlihat se tenang mungkin. Jantungnya berpacu tidak karuan apalagi saat Jimin menautkan jari-jari miliknya di sela jari Yoonji, lalu menatapnya dalam. Sebenarnya Jimin sering menatap Yoonji seperti ini. Tapi kali ini berbeda, seperti tatapan mata Jimin benar-benar masuk pada bola mata Yoonji.
"Mmm.. ya bicara saja." Yoonji mengusahakan untuk menjawab dengan santai. Walau suaranya terdengar sedikit bergetar hingga Jimin menyadarinya dan menaikkan sudut bibirnya, tersenyum sebentar sebelum melanjutkan kata-katanya.
"Soal kemarin aku benar kalau sebenarnya aku menyukaimu. Aku mau kau jadi pacarku." Ucap Jimin spontan membuat Yoonji hampir tersedak ludahnya sendiri. "Aku berjanji tidak akan meyakitimu. Akan selalu menjagamu dan akan ada untukmu. Aku berjanji, Min Yoonji."
Yoonji mengerjapkan matanya berkali-kali. Bagaimana Jimin bisa menjadi semanis ini? Sejak kapan sahabatnya sejak TK ini membuat jantungnya berdegup kencang? Kenapa ia baru menyadari perasaan Jimin sekarang?
"Aku akan menunggu jawabannya. Tidak usah terburu-buru dan pikirkan dulu baik-baik. Aku akan menunggu jawabanmu." Jimin melepas tautan jemarinya dengan Yoonji. Menyentuh pundak mungil gadis itu dan mengusapnya pelan dengan ibu jari sambil tersenyum manis. Kelewat manis. "Aku ada latihan basket. Aku akan menemanimu di sini sampai Ayahmu datang menjemput." Suara Jimin seratus kali lebih lembut dari biasanya.
"A-aku bisa menunggu Ayah sendirian di sini kok, Jim." Yoonji hanya takut terlihat gugup didepan Jimin. Itu adalah kode agar Jimin meninggalkannya sendirian sekaligus memberinya waktu untuk berpikir.
Jimin ingin menyangkal. Tapi siang tadi ia ingat perkataan Taehyung dan Yerim. "Setelah kau nyatakan perasaanmu, segera pergi. Berikan dia waktu sendiri untuk berpikir." Itu penjelasan Yerim siang tadi. "Jangan membuatnya semakin gugup karena kau tau jika dia sedang gugup." Tambah Yerim. "Dan jangan lupa hal terpenting Jim. Jangan ingkari janjinya dan jangan buat Yoonji menangis." Jelas Taehyung penuh penekanan pada bagian kata menangis.
Jimin memasukkan tangannya pada saku celana. "Baiklah kalau begitu. Aku harus pergi ke gor basket karena ada pelatihan untuk junior. Sampai jumpa. Nanti aku akan memghubungimu." Jimin melambaikan tangan pada Yoonji.
●●●
"Ayah." Yoonji mendorong pintu kamar Yoongi, mengendap-endap masuk sambil menggendong gulingnya.
"Ayah." Panggilnya sekali lagi saat menyadari Yoongi sudah tertidur dengan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Yoonji naik ke kasur dan memeluk tubuh Ayahnya dari luar selimut.
Yoongi sedikit menggeliat sebelum akhirnya membuka selimut dan mendapati Yoonji yang sedang memeluk dirinya. "Ada apa?" Suara serak mengantuk khas milik Yoongi membuat Yoonji mendongak dan menatap wajah bantal Ayahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...