"Bu, saya izin ke kamar mandi. Mules." Jimin mengacungkan tangan kanannya.
Jimin berjalan cepat menuju ruang UKS. Wajahnya cemas, membayangkan sahabat baiknya itu terbaring lemah, sakit karena dirinya. Ya, sebab Yoonji sakit memang karena Jimin kan? Biasanya Jimin akan marah-marah jika tahu Yoonji sedang sakit. Jimin akan mengomel panjang lebar membuat kuping Yoonji panas dipagi hari saat Jimin datang ke rumah untuk menjemput Yoonji.
Jimin membuka pintu UKS pelan. Melihat hanya sepatu Yoonji di rak, menandakan bahwa petugas kesehatan sedang tidak di sini. Bisa-bisa ia diusir jika tahu datang saat jam pelajaran. Seperti beberapa minggu yang lalu. Jimin menyusup masuk ke dalam UKS untuk memberikan kotak makan milik Yerim. Saat itu Yerim baru saja pingsan karena upacara dan terik matahari yang membuat ubun-ubun mendidih.
Jimin melepas sepatunya, meletakkannya tepat di samping sepatu Yoonji. Melangkah sedikit pelan agar tidak membuat suara gaduh, lalu membuka tirai yang menutupi ranjang yang ditiduri Yoonji.
"Kau sakit Ji?" Jimin diam di tempatnya, menyaksikan wajah terkejut Yoonji.
"J-jimin??" Yoonji langsung bangkit, terduduk.
"Aku tanya, kau sakit?"
"H-hanya sakit kepala. Tapi a-aku baik-baik saja."
Keduanya saling bertatapan dalam beberapa detik, hingga Yoonji mengalihkan pandangannya dari Jimin.
Jimin masih berdiri tegap di samping ranjang Yoonji dengan kedua tangan yang dia masukkan ke dalam saku celananya, menatap Yoonji yang kini sibuk memainkan jari-jari tangannya.
"Ji, maafkan aku." Jimin duduk di sisi ranjang. "Seharusnya aku tidak perlu semarah ini padamu." Ucapnya sambil terus menatap Yoonji, meski Yoonji tidak menatap Jimin sekalipun. "Aku hanya tidak ingin kau tersakiti oleh Jungkook, Ji. Aku mengenal Jungkook lebih dari kau mengenalnya. Jadi aku tahu bagaimana buruknya Jungkook."
Jimin menelan ludahnya kasar. "Ji, lihat mataku."
Yoonji perlahan mengangkat dagunya, menatap Jimin.
"Jangan dekat-dekat dengan Jungkook. Mengerti?"
Yoonji sempat terdiam beberapa detik sebelum akhirnya mengangguk pelan, menurut apa kata Jimin. Jimin tersenyum manis, manis sekali hingga Yoonji tanpa sadar juga menyunggingkan senyumnya.
Jimin menempelkan punggung tangannya di dahi Yoonji.
"Hangat. Apa tidak sebaiknya pulang saja? Aku akan mengantarmu jika Ayahmu tidak bisa menjemput."
"Tidak perlu Jim. Satu jam lagi aku akan kembali ke kelas. Aku hanya butuh waktu istirahat sebentar saja." Ucap Yoonji meyakinkan.
"Sudah beritahu Ayahmu kalau kau di UKS? Mau aku telponkan?" Tawar Jimin sambil mengeluarkan ponsel dari sakunya.
"Sudah kok Jim. Sekarang kembalilah ke kelas." Yoonji mengibas-ngibaskan tangan, mengusir Jimin.
"Apa? Kau mengusirku? Aku ini sedang menjengukmu." Jimin mem-pout kan bibirnya, pura-pura cemberut.
"Ewhh..." Yoonji memutar matanya malas saat melihat Jimin mulai bertingkah imut. "Hentikan Jim, kau aneh jika sok imut seperti itu. Wajah dan badan berototmu itu sama sekali tidak singkron."
"Loh, justru itu yang menarik dariku. Wajahku imut, badanku berotot." Ucap Jimin sambil menepuk-nepuk perutnya sambil tertawa. "Melihatmu sudah tersenyum seperti ini, aku jadi lebih tenang. Kalau begitu aku kembali ke kelas ya. Nanti bekal makannya aku bawakan ke sini."
"Baiklah, terumakasih."
●●●
Yoongi dan Yoonji baru saja pulang dari rumah sakit. Yoonji sudah memaksa Ayahnya untuk tidak membawanya ke rumah sakit. Tapi Yoongi yang sungguh khawatir saat mendapati putrinya sedang menyandarkan kepalanya pada bahu Yerim sore tadi sambil menunggu jemputan dengan wajah pucat, membuat Yoongi bergegas membawanya ke rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...