Yoonji sedang duduk di ayunan, menunggu Ayahnya menjemput. Yerim baru saja dijemput oleh Papanya. Awalnya Namjoon dan Yerim menemani Yoonji disitu. Namun karena Namjoon masih ada pekerjaan dan hanya datang untuk menjemput putrinya, jadinya Namjoon juga tidak bisa berlama-lama di situ. Namjoon sempat mengajak Yoonji untuk pulang bersamanya, atau mengantarnya pulang. Namun Yoonji menggeleng, ia ingat pada Ayahnya, hari ini ia akan pergi ke suatu tempat bersama Ayahnya. Lebih baik ia menunggu lebih lama di sini."Kau belum pulang?" Suara seorang lelaki yang mengagetkan Yoonji. "Belum dijemput ya?"
Yoonji mengangguk. "Jimin sendili apa belum dijemput?"
Jimin ikut di ayunan yang ada di sebelah Yoonji, sedikit kesusahan karena ayunan yang terus bergerak. Namun akhirnya berhasil. "Ibu dan Ayah sedang dalam peljalanan." Ucapnya ramah sambil mengayun-ayunkan ayunannya. Yoonji mengangguk paham sebelum akhirnya kembali terdiam.
"Apa temanmu yang satunya sudah pulang?"
"Yelim? Sudah, tadi Papanya menjemput."
"Kau tidak pulang belsamanya? Waktu itu kalian pelnah pulang belsama kan? Apa lumah kalian dekat?" Jimin menghujam beberapa pertanyaan.
"Ayah akan mengajakku ke tempat Bunda, jadi aku tidak pulang belsama Yelim. Tidak, lumah kita tidak dekat." Ia kembali diam setelah menjawab perkataan Jimin.
"Bundamu dimana?" Tanya Jimin lagi.
"Di sulga (surga)" Jawabnya singkat, membuat Jimin terdiam.
"Maaf.."
Yoonji bingung. Kenapa tiba-tiba meminta maaf. "Kenapa?"
"Aku tadi beltanya tentang Bundamu. Maaf." Jimin menunduk.
"Ah, tidak papa kok. Aku tidak boleh belsedih. Kata Ayah kita tidak boleh belsedih agar Bunda bahagia di sana." Oh, Yoongi. Bahkan kau masih sering menangis karena merindukannya.
Jimin menghela nafas pelan. Sedikit lega bahwa Yoonji baik- baik saja.
"Itu Ayah!" Teriaknya bahagia saat melihat Ayahnya masuk ke halaman sekolah. Ia sedikit berlari dan menghampiri Yoonji.
"Maafkan Ayah karena lama." Yoongi berjongkok menyamakan tingginya dengan Yoonji.
"Tidak papa Ayah." Jawabnya.
Yoongi melirik lelaki menggemaskan di samping putrinya.
"Oh iya. Ayah, ini Jimin. Jimin, ini Ayahku." Jimin tersenyum manis hingga kedua matanya hilang.
'Oh, jadi ini yang namanha Jimin. Aku pikir mereka akan menjadi musuh.'
"Halo Jimin. Apa belum dijemput? Mau Paman antarkan?" Tawar Yoongi langsung dijawab gelengan olehnya.
"Ayah dan Ibu sudah di jalan. Tadi balusan menelpon lewat telpon Bu gulu Alin." Jawabnya kesusahan.
"Oh begitu. Kalau begitu Paman dan Yoonji harus pergi dulu. Jimin tidak papa kan ditinggalkan sendirian?" Lelaki gembul itu mengangguk.
"Tidak papa kok Paman."
●●●
"Ayah sudah membeli bunga untuk Bunda?"
"Sudah. Itu ada di belakang." Yoongi menunjuk jok belakang dengan jempolnya. Kemudian Yoonji mengangguk dan duduk anteng sampai ke pemakaman.
Yoongi turun lebih dulu, membukakan pintu untuk Yoonji dan menggendongnya.
"Aku mau jalan sendili."
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...