Pagi itu, Yoonji tengah menyapu teras rumah yang sedikit kotor karena hujan angin semalam. Jimin memotong rumput yang sudah terlalu panjang dan mencabuti daun-daun kering. Pernikahan mereka sudah jalan 2 bulan."Kamu mau makan apa hari ini?" Tanya Yoonji tiba-tiba.
"Di kulkas ada bahan makanan apa?" Jimin mendongak sambil mengelap keringat yang mengalir di sekitar dahi.
"Tinggal wortel sama sawi. Memangnya mau makan sayur saja?"
"Memangnya kenapa kalau sayur saja?"
"Ya tidak papa sih. Yasudah, aku masak dulu ya."
Yoonji memindah-mindah chanel televisi yang ada di hadapannya. Berbaring di sofa dengan beberapa camilan dan remote yang ada di tangannya adalah rutinitas malam Yoonji jika susah tidur saat Jimin tengah berjaga malam di rumah sakit. Biasanya jika Jimin berjaga malam di rumah sakit seperti ini, Yoonji akan menginap di rumah Ayahnya. Hanya saja dalam 4 hari mulai kemarin, Yoongi pergi memancing bersama Seokjin di desa Seokjin. Yoonji dan Jimin sedikit khawatir karena perjalanannya yang cukup jauh. Tapi bukan Yoongi jika ia tidak berhasil membujuk putrinya. Ia hanya berjanji akan menjaga pola makan dan tetap mengatur jadwal istirahatnya dengan cukup.
"Halo, Ayah." Yoonji menekan tombol hijau tepat saat nama 'Ayah' terpampang di layar ponselnya.
"Halo sayang. Putri ayah sudah makan?" Terdengar suara serak dan berat khas milik Yoongi dari sebrang sana.
"Sudah. Ayah sudah makan? Ayah makan apa? Jangan makan makanan sembarangan ya, Yah.." Yoonji memeluk bantal sambil bercakap-cakap dengan Yoongi.
Yoongi tertawa. "Yoonji lupa ya kalau Paman Seokjin kan juga dokter. Malah Paman Seokjin lebih cerewet saat memilihkan makanan untuk Ayah ketimbang Yoonji dan Jimin."
"Syukurlah kalau begitu. Jika Ayah pulang, cepat telpon Yoonji ya, Yah.. Yoonji rindu Ayah." Yoonji menahan nafas agar suaranya tidak terdengar bergetar. Ia hampir menangis.
"Baru sehari, sayang." Balas Yoongi dari sebrang telpon.
"Tapi Yoonji sudah rindu."
"Apa Ayah harus memotong waktu libur Ayah?"
"T-tidak tidak. Ayah harus banyak menikmati udara segar di sana. Yang pasti, jangan lupa telpon Yoonji setiap waktu kosong berlibur Ayah ya..."
"Ayah pasti akan meluangkan waktu untuk menelpon Yoonji. Ayah kan hanya punya Yoonji. Bagaimana Ayah lupa?" Yoongi tertawa.
"Yoonji punya hadiah untuk Ayah loh.." Ucap Yoonji sumringah sambil menghapus air mata pada kedua sudut matanya.
"Oh ya? Apa itu?" Yoongi terdengar antusias.
"Sebentar lagi, Ayah akan memiliki cucu."
Yoongi diam.
"Halo? Ayah masih di sana?"
"B-benarkah? A-apa Yoonji tidak berbohong? Apa benar putri Ayah yang cantik ini sedang mengandung?" Suaranya bergetar.
"Iya Ayah. Tadi pagi barusan dari dokter bersama Jimin. Yoonji juga tidak menyangka akan secepat ini. Loh, Kenapa Ayah menangis?" Yoonji bingung karena mendengar suara sesenggukan dari telpon.
"Yoonji harus menjaga kesehatan ya. Jangan sakit. Ah, tidak-tidak.. Jimin harus memastikan kondisi Yoonji selalu baik."
Yoonji paham maksud Ayahnya. Beliau tidak ingin hal buruk seperti Seulji dulu menimpa Yoonji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...