Yoonji tengah duduk di salah satu kursi yang ada di kantin, memandang Jimin dari kejauhan. Ia sebenarnya ingin datang dan meminta maaf pada Jimin, tapi melihat lelaki itu yang sedari kemarin tidak mau melihat Yoonji, bahkan keberadaan Yoonji seperti ia tiadakan. Jimin benar-benar marah."Huh, memangnya ada apa dengan Jungkook?" Ia berbicara pada dirinya sendiri dengan suara pelan.
"Apa Ji? Kau berbicara padaku?" Ucap Taehyung yang sedang memakan mi kacang hitamnya.
"Eh? Tidak kok." Geleng Yoonji cepat. "Tapi Tae, kau kenal Jungkook juga kan? Apa Jungkook dan Jimin pernah bertengkar hebat hingga ia marah begitu besar?"
"Tidak sih." Taehyung terus mengunyah hingga kedua pipinya menggembung. "Tidak tahu maksudnya." Gelengnya disertai tawa.
"Ah, dasar." Yoonji mencubit lengan Taehyung, membuat lelaki itu mengaduh. "Aku mau kembali ke kelas duluan ya. Kepalaku sedikit sakit. Lagipula Yerim sendirian dikelas."
"Oke." Jawab Taehyung sambil mengangkat jempolnya.
Yoonji melewati Jimin tanpa melihat wajahnya. Bahkan saat lengan mereka tak sengaja bergesekan akibat ramainya kantin siang itu tidak membuat keduanya tersadar. Dada Yoonji sedikit berdesir saat menyadari Jimin terlalu berlebihan kepadanya. Ia meremat ujung rok selututnya, memejamkan mata. Ia ingin berbalik, menyeret tangan Jimin dan membawanya ke belakang sekolah, meminta penjelasan atas sikapnya, dan minta maaf. Tapi ia takut malah Jimin akan pura-pura tidak dengar. Atau parahnya Jimin akan terang-terangan menepis ajakannya dan berteriak marah pada Yoonji di depan murid-murid lainnya di kantin.
Yoonji menggelengkan kepalanya cepat sambil berjalan ke kelas melupakan pikiran-pikiran negatif yang ada pada otaknya.
"Hey Yerim, maaf tadi Taehyung minta ditemani makan sebentar." Ya memang kenyataannya begitu. Taehyung bilang gengsi makan sendirian.
"Tidak masalah." Jawab Yerim dengan senyum merekah seperti biasa. "Kau bagaimana dengan Jimin?" Tanya Yerim tiba-tiba.
"Entahlah. Bisakah kita tidak membicarakan anak itu? Aku pusing." Yoonji meletakkan kepalanya di atas bangku sambil memijit bagian atas kepalanya.
"Kau sakit?" Yerim menyentuh pundak Yoonji. "Kau belum makan, kan? Aku ada roti isi kacang kalau kau mau, Ji."
"Tidak, terimakasih. Aku tidak ingin makan, Yer. Aku tidak ada selera."
"Kau mau aku berbicara pada Jimin? Atau kita bicarakan dengan Taehyung?" Tawar Yerim langsung dijawab gelengan oleh Yoonji.
"Tidak usah. Itu tidak akan membantu. Malah bisa-bisa ia semakin marah padaku dan menganggap aku pengecut."
"Hey, jangan bicara begitu. Kau, aku, dan Jimin sudah menjadi teman dekat sejak TK. Lalu bertambah Taehyung saat SMP. Sudah seharusnya masing-masing dari kita membantumu dalam masalah ini." Ucap Yerim membuat Yoonji semakin memejamkan matanya, kepalanya semakin berat.
"Tidak usah Yer. Aku akan melakukannya sendiri. Tapi bukan sekarang."
●●●
"Ayah punya obat sakit kepala?" Yoonji duduk bergabung di sofa setelah bergulat dengan buku latihan soal miliknya.
"Punya. Sepertinya ada di kamar Ayah. Ada apa? Yoonji sakit?" Yoongi menghentikan aksi melipat baju. Membelai lembut rambut Yoonji yang kini sedang bersandar pada bahunya.
"Sedikit pusing sih."
Yoongi meletakkan telapak tangannya di dahi Yoonji.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...