"Yoonji, aku bisa jelaskan semuanya." Jungkook menggenggam pergelangan tangan Yoonji. Entah lelaki itu sudah berapa lama menunggu Yoonji di depan gerbang sekolah pagi-pagi seperti ini."Aku tidak mau dan tidak butuh penjelasanmu." Yoonji menghentakkan genggaman tangan Jungkook. "Pergi."
"Ji, aku memang awalnya berniat untuk menjadikanmu pelampiasan kekesalanku terhadap Jim-,"
"Sudah jangan dilanjutkan. Jika niatmu sedari awal saja sudah sangat buruk Jungkook, kau pikir aku akan berpikir dua kali? Tentu tidak." Yoonji mendecih kesal. "Semua perasaanku padamu sudah menghilang begitu saja." Yoonji ingin menampar Jungkook saat itu, namun karena luka lebam akibat perkelahian kemarin dengan Jimin membuat gadis itu kembali berpikir dan memutuskan untuk tidak kembali membuat luka baru pada wajah Jungkook.
"Maaf.."
"Iya aku menerima permintaan maafmu. Lagipula, meski aku tidak menerima permintaan maafmu semuanya akan tetap terjadi kan? Tidak akan ada yang berubah."
Jungkook menunduk, menyadari kesalahannya.
"Coba lain kali pikirkan lagi Jeon Jungkook. Jangan seenaknya melakukan hal yang kau suka. Apalagi hanya untuk membuat dirimu sendiri puas. Aku tidak tahu masalahmu dengan Jimin serumit apa tapi tolong berpikir sebelum melakukan suatu hal."
"Tapi aku sungguh ingin memilikimu, Ji. Sungguh. Aku bersungguh-sungguh." Jungkook mengamit tangan Yoonji. Menggenggamnya dan mengusapnya dengan lembut.
"Aku tidak-,"
"Masih berani kau berususan denganku?" Yoonji dan Jungkook sama-sama tersentak saat mendapati Jimin menarik tangan Yoonji, dan menempatkan Yoonji tepat dibelakang badannya seperti kemarin.
"Aku tidak berurusan denganmu Jim. Urusanku kali ini hanya dengan Yoonji. Aku hanya ingin menjelaskan semuanya dan meminta maaf." Jungkook mengontrol suaranya.
"Urusan Yoonji juga urusanku, kau harus tahu itu." Jimin hendak mencengkram kerah baju Jungkook, namun segera ditahan oleh Yoonji.
"Jimin, sudah. Ayo kita ke kelas." Yoonji menarik Jimin dengan paksa. Meninggalkan Jungkook di depan gerbang yang tak berhenti menatap kepergian mereka berdua.
"Jangan dekati Jungkook."
Yoonji terus menarik tangan Jimin, enggan merespon perkataan Jimin.
"Ji, jangan dekati Jungkook."
"Iya." Jawab Yoonji singkat sambil terus menarik tangan Jimin.
"Jangan berurusan dengan Jungkook."
"Astaga Jimin, aku tidak ada kelainan telinga! Aku sudah dengar dari kemarin kau selalu mengucapkan kalimat yang sama, aku dengar Jim, aku dengar!" Yoonji menghentakkan tangan Jimin, kesal.
"Kau dengar tapi masih melakukannya kan? Kau masih berurusan dengan Jungkook. Kau masih dekat-dekat dengan Jungkook." Jimin menatap Yoonji dengan tajam.
"Dia tiba-tiba datang, Jim. Dia hanya meminta maaf, itu saja." Yoonji jadi kesal sendiri.
"Dan kau memaafkannya? Segampang itu?" Jimin mendecih keras.
"Lalu mau bagaimana? Kau mau aku tidak memaafkannya?" Yoonji mencengkram bahu Jimin.
"Hey, ada apa denganmu Park Jimin? Kenapa kau jadi begini? Menyimpan dendam untuk orang lain bukanlah gayamu, Jimin. Kau selalu menjadi orang pertama yang meminta maaf meski kau tidak bersalah.""Karena aku mengkhawatirkanmu! Aku tidak mau kau terluka karena Jungkook!" Jimin berteriak membuat Yoonji semakin kesal.
"Kalau begitu jangan mengkhawatirkanku! Urus saja dirimu sendiri!" Yoonji frustasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...