26

2.2K 250 31
                                    

HIII😄

Vote and comments, don't forget!!








Siang itu Yoonji sedang menjemur pakaian di halaman belakang rumahnya sambil menunggu oven berisi kue coklatnya di dapur berdenting. Entah apa gerangan yang membuat Ayahnya ingin makan kue coklat yang baru-baru ini Yoonji pelajari dari televisi saat sedang mengunjungi rumah Ayahnya beberapa hari lalu. Yoongi juga akan datang beberapa saat lagi, mau menjaga Yoonji katanya. Jimin sedang sibuk, lembur sedari kemarin dan baru bisa pulang nanti malam. Mendengar putrinya yang masih mual-mual karena bayi yang ada dalam perutnya itu membawa Yoongi datang ke rumah dengan sekeranjang buah dan entah apa yang ada dalam tas jinjing kecilnya itu.

"Ayah bawa apa saja itu? Kenapa repot- repot sih.." Yoonji mengambil alih tas jinjing hijau milik Yoongi.

"Ayah tidak merasa direpotkan kalau untuk Yoonji." Yoongi tersenyum manis membuat keriput pada ujung mata, pipi, dan ujung bibirnya nampak. Masih senyum yang sama, senyum hangat yang akan selalu memberikan rasa tersendiri bagi Yoonji. "Masih mual, sayang?" Tanya Yoongi.

"Tidak seberapa, Yah. Oh iya, kue yang Ayah inginkan barusan matang. Mau Yoonji potongkan? Masih sangat hangat loh.." Yoonji berjalan ke arah dapur, mengambil kue coklat dengan asap yang masih mengepul, piring, garpu, dan sebilah pisau. "Yoonji juga buat sup kesukaan Ayah loh..." Ia duduk tepat disamping Yoongi.

"Benarkah? wah... Kalau begitu Ayah makan sup dulu saja." Kata Yoongi sambil tertawa.

"Ok. Ayah tunggu sini ya..." Yoonji kembali ke dapur untuk mengambilkan seporsi sup dan beberapa lauk lain untuk Yoongi.

Dari dapur terdengar suara batuk khas milik Yoongi. Yoonji yang mendengarnya langsung kembali dengan cepat, khawatir.

"Ayah masih suka duduk di luar rumah ya kalau malam?"

"Iya, tentu. Ayah bosan di dalam rumah. Butuh udara segar." Jawabnya sambil tertawa pelan.

"Jangan Ayah... Ayah nanti bisa semakin parah batuknya. Tidak baik juga untuk jantung Ayah. kan sudah dibilangin Jimin juga... Nanti Ayah semakin sakit, siapa yang akan menjaga Yoonji?" Yoonji melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Ayahnya.

"Kan sudah ada Jimin." Jawabnya tenang sambil membelai lembut rambut Yoonji, mengecupnya pelan berkali-kali.

Keadaan hening sebentar sebelum akhirnya Yoongi kembali terbatuk dan meneruskan kalimatnya. "Ayah sudah tua, sudah mudah sakit, dikasih obat apa saja juga tidak akan sembuh lagi. Yoonji ha-,"

"Ayah mulai deh." Yoonji memotong kalimat Yoongi. Tidak suka dengan topik yang belakangan ini sering Yoongi biarakan. "Ayah itu harus banyak minum obat dan istirahat, nanti juga pasti sembuh."

"Sayang..."

"Iya Ayah?"

"Kalau misal Ayah sudah-,"

"AYAH!" Yoonji kembali memotong kalimat Ayahnya. "Yoonji tidak suka ya Ayah terus berkata seperti itu." Yoonji cemberut hingga dahinya berkerut. "Ayah harus selalu ada untuk Yoonji, Ayah harus selalu sehat untuk Yoonji, Ayah harus selamanya bersama Yoonji."

Yoongi tertawa pelan membuat perutnya bergetar. "Kalau tuhan memberikan Ayah kesempatan untuk selamanya bersama Yoonji, Ayah dengan senang hati akan menerimanya. Kalau dibilang Ayah ingin terus bersama Yoonji setiap hari, Ayah memang inginnya seperti itu sedari dulu. Tapi, yang harus Yoonji tahu, semua orang memiliki batasan dan akhir dalam hidupnya dan Yoonji harus selalu menerimanya."

Yoonji sungguh- sungguh benci bagaimana Ayahnya terus melanjutkan kalimatnya. Ia sampai menyembunyikan wajah di lengan besar Yoongi, pastinya menangis.

Daddy, You're My Hero [MYG] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang