11

3.3K 393 19
                                    


Hari ini, Yoongi dan Yoonji bangun pagi-pagi sekali. Keduanya akan bersiap menuju sekolah baru Yoonji. Yap, anak kecil itu sekarang akan menginjak taman kanak-kanak tingkat awal (TK A). Beberapa waktu lalu Yoonji dan Yerim memutuskan untuk menempati sekolah yang sama. Keduanya memiliki selera yang sama. Sekolah dengan banyak games, ayunan, perosotan, dan bak pasir yang bisa mereka mainkan saat menunggu jemputan dari Ayah Yoongi, Papa Namjoon, atau Mama Jieun.

Yoongi sedang membenarkan seragam yang dikenakan Yoonji. Rok se lutut dengan warna biru muda yang sudah bertengger di pinggang mungilnya, membuat Yoongi senyum-senyum sendiri saat melihat putri kecilnya berkacak pinggang di hadapannya. "Bagaimana, Ayah? Apa Yoonji cantik?" Gadis mungil itu meletakkan telunjuk dan jempol di bawah dagu.

"Anak Ayah cantik sekali. Yoonji cantik sekali." Yoongi mengecup pipi Yoonji gemas. "Apa Ayah harus menguncir rambut Yoonji? Mau Ayah kepang?" Tawar Yoongi yang disambut gelengan kecil dari Yoonji.

"Tidak Ayah. Hali ini Yoonji ingin lambutnya tidak usah dikuncil." Katanya dengan pelafalan huruf R yang belum baik.

"Baiklah, sekarang ambil tasnya dan ayo kita berangkat." Yoongi mengambil kunci mobil di atas meja dan mengamit tangan kecil putrinya, keluar menuju mobil. "Nanti Ayah tidak bisa menunggu Yoonji di sekolah. Maafkan Ayah ya sayang. Nanti pulang dengan Papa Namjoon juga Yerim. Ayah minta maaf sekali tidak bisa menemani Yoonji di hari pertama sekolah."

Sebenarnya, Yoongi bisa melihat dengan jelas kekecewaan yang ada di mata putrinya. "Tidak apa-apa Ayah. Ayah sibuk kalena kafenya banyak pembeli." Bahkan saat Yoonji benar-benar memastikan bahwa ia terlihat baik-baik saja bisa Yoongi baca dari sorot matanya bahwa sebenarnya Yoonji sungguh kecewa.



Sepuluh menit perjalanan menuju sekolah, Yoongi mengajak Yoonji untuk berbincang. Setidaknya memberikan perhatian yang lebih, menggantikan nanti saat Yoongi sibuk dan tidak bisa menemaninya saat pulang sekolah.

Yoongi memarkir mobil di pinggir jalan. Membukakan pintu dan sedikit membantu Yoonji untuk turun dari mobil. Bisa didengar dari luar gerbang bahwa sekolahnya sudah ramai dengan tangis anak kecil yang merengek minta ditemani masuk ke dalam kelas oleh Ibu mereka. Yoongi jadi sedikit khawatir dengan Yoonji. Apa dia baik-baik saja? Maksudnya, melihat teman-teman lainnya bersama Ibu mereka. Yoongi memandang anaknya yang asyik berjalan mengintip sekolahnya dari sela-sela pagar.

"Yoonji!" Yerim melambaikan tangan pada Yoonji. Namjoon dan Jieun juga berada di sana. Yoonji melepaskan gandengan tangannya dengan Yoongi, berlari menghampiri Yerim, Gadis mungil dengan jepit rambut pita berwarna biru, senada dengan roknya. "Sekolahnya sudah lamai. Papa, apa aku dan Yoonji telat datang?" Yerim menengadahkan wajahnya, menatap Namjoon.

"Tidak kok. Sekolahnya akan mulai sepuluh menit lagi." Namjoon membungkuk, kemudian mengelus rambut Yerim.

"Hey Gi." Namjoon menyapa Yoongi yang baru tiba tepat dihadapannya.

"Oh, hai. Apa kami tidak telat?"

"Tidak. Belnya akan berbunyi pukul delapan, sepuluh menit lagi." Ucap Namjoon sambil milirik jam tangannya. "Apa kau akan berangkat sekarang?" Tanya Namjoon sedikit pelan, melirik Yoonji yang sedang sibuk dibenahi rambutnya oleh Jieun. Minta diberi jepit rambut yang sama seperti milik Yerim.

"Hmm.. ya aku harus berangkat sekarang." Ucap Yoongi sambil menunduk. "Nanti sore aku titip Yoonji sebentar ya. Tidak papa kan?"

"Tentu. Jangan sungkan begitu. Yerim juga akan bahagia jika mengetahui Yoonji akan main ke rumah. Sukses untuk cafe barumu nanti ya." Yoongi sedang membuka cabang ketiga, di luar kota. Nanti dia harus datang untuk melihat kondisi cafenya yang baru setengah dibangun.

"Baiklah, terimakasih." Yoongi menghampiri Yoonji, berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Yoonji. "Sayang, dengarkan Ayah sebentar ya." Yoongi menyentuh kedua bahu mungil Yoonji pelan. "Ayah percaya Yoonji tidak akan nakal. Ayah juga percaya Yoonji tidak akan menangis seperti teman-teman yang lain, karena Ayah sudah mengatakan bahwa sekolah itu sangat menyenangkan. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Mengerti?" Yoonji membalas dengan anggukan kecil.

"Iya Ayah."

"Ayah minta maaf sekali tidak bisa menemani Yoonji hari ini. Tapi melihat Yoonji baik-baik saja, Ayah jadi sedikit tenang. Maafkan Ayah ya sayang.." Yoongi memeluk tubuh mungil Yoonji, mengelus puncak kepalanya, kemudian mengecup pipinya lama. Menyalurkan jutaan kasih sayang. "Ayah berangkat ya..." Yoonji mengangguk, melambaikan tangannya dengan senyuman yang manis.

"Aku titip Yoonji ya." Ucap Yoongi, disambut anggukan dari Namjoon dan Jieun. "Halo teman kecil." Yoongi menunduk, mencubit pipi gembul Yerim. "Bisa Ayah titipkan Princess Yoonji hari ini?"

"Tentu." Jawabnya mantap.

"Dadah Ayah!" Yoonji melambaikan tangan pada Yoongi hingga pria itu benar benar masuk ke dalam mobil.









Yoonji, Yerim dan murid lainnya sudah masuk kelas. Setelah sekitar dua puluh menit menggiring anak-anak yang masih sesenggukan karena dipisahkan dari Ibunya. Tentu tidak dengan Yerim. Dia dengan percaya diri, bergandengan tangan dengan Yoonji, dan Jieun yang mengawasi keduanya dari belakang saat akan memasuki kelas.

"Sekarang kita berkenalan dulu ya." Ucap salah satu Bu guru cantik bernama Arin. "Kita mulai dari yang paling belakang." Semua mata tertuju pada lelaki dengan pipi gembul yang masih sesenggukan, habis menangis kencang saat dipisahkan dengan Ibunya. "Siapa namanya?" Bu guru Arin menghampiri anak lelaki itu, menariknya pelan ke depan kelas.

"Jimin..." Suaranya sangat kecil. Hampir tidak terdengar. Seisi kelas jadi ramai.

"Teman-temannya tidak dengar. Bisa diulangi lagi?" Lelaki bertubuh kecil nan gembul itu mengangguk pelan.

"Park Jimin."

Begitu seterusnya, hingga tiba saat perkenalan Yoonji. Tanpa diminta untuk berdiri di depan kelas, saat ia tahu tiba saatnya untuk memperkenalkan diri, ia langsung beridiri dengan PD di depan kelas.

Tak lupa Jieun yang merekam Yoonji dari jendela. Tentunya atas permintaan Yoongi.

5 menit yang lalu...

"Bisa kau videokan Yoonji untukku? Kumohon.." Ucapnya memelas. "Aku ingin melihatnya."

"Tidak bisa Gi. Nanti bagaimana jika dia tahu aku merekamnya, kau kan tau dia jarang mau direkam diam-diam seperti itu."

"Ayolah, mangkanya jangan sampai ketahuan. Seperti caramu saat memotret kakak tingkat yang kau suka dulu."

"Sial, kenapa harus diingatkan." Jieun memutar bola matanya malas. "Baiklah-baiklah, akan kucoba. Ku tutup ya telponnya."

"Namaku Min Yoonji. Aku kemari dengan Ayahku, tapi dia sedang sibuk bekerja. Jadi aku kemari dengan Yerim dan mamanya Yerim."

"Mamanya Yoonji kemana?" Celetuk salah satu anak.

"Mmm... itu rahasia Yoonji. Kamu tidak boleh tahu." Ucap Yoonji membuat anak laki-laki yang bertanya tadi itu diam, mengangguk-anggukkan kepala.



Sekolah hari ini hanya ada permainan untuk memperkenalkan diri. Yoonji belum hafal semua nama, meski satu kelas hanya berisi dua belas siswa. Yoonji baru ingat separuhnya, mungkin. Mereka pulang dijemput dengan Namjoon. Yoonji akan di rumah Yerim hingga sore, atau malam mungkin. Tergantung perjalanan yang Yoongi tempuh macet atau tidak.

Sampai dirumah mereka bermain rumah-rumahan barbie. Ya sebenarnya hanya Yerim yang memainkan barbienya. Yoonji lebih berminat pada mobil-mobilan yang terparkir di halaman rumah barbienya. Setelah itu mereka tidur siang, seperti biasanya.













Maaf kalo ngeboseninn hehe..

Don't forget vote and comments

Thanks😊😊

-Alfa

Daddy, You're My Hero [MYG] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang