"Yoonji?"Ia membuka matanya perlahan, mengerjap-ngerjap karena lampu ruang kamar yang sangat terang sehingga kedua matanya harus menyesuaikan terlebih dahulu.
"Sayang, kau baik-baik saja?"
Seketika terpampang wajah hangat sang ayah di hadapannya. Apa ayah kembali karena khawatir akan keadaannya??
"Ayah??"
"Hey, ini aku. Jimin..." Lelaki itu membelai pipi Yoonji.
Ingatan Yoonji seketika berputar kembali ke beberapa menit yang lalu.
Ayah sudah tiada. Iya. Ayah sudah tidak lagi bersamanya. Ayah benar-benar sudah tidak bersamanya. Bukan karena Ayah kembali pulang ke rumahnya setelah beberapa hari menginap di rumah Yoonji dan Jimin. Ayah benar-benar tidak ada.
"Oh, maafkan aku Jim." Kepalanya terasa pening kembali.
"Tidak papa, Ji.."
Ayah benar-benar tidak ada? Tidak akan bersamaku? Benarkah? Tolong bilang kalau ini sebuah lelucon. Aku tidak bisa tanpa Ayah. Tidak bisa. Ayah benar-benar pergi? Meninggalkanku?
Yoonji bertanya pada dirinya sendiri dalam hati.
Ia meremat rambutnya dan mengusap wajahnya dengan kasar. Lalu kedua matanya kembali memanas.
"Hey, sayang aku di sini. Jangan menangis..." Jimin memeluk Yoonji. Mengunci kedua tangan Yoonji dan mengecupnya bergantian.
"Ayah benar-benar pergi?"
Jimin paling tidak siap melihat istrinya sehancur ini.
"Jim, bisa bawakan Ayah kembali?? Aku mohon..."
Jimin diam, tidak bisa menjawab. Ia hanya bisa membawa Yoonji masuk ke dalam rengkuhan tubuhnya. Memeluknya dengan erat, memberikan berlipat-lipat kasih sayang dan cinta yang hanya bisa ia lakukan.
"Ayah dimana?" Tanya Yoonji pelan.
"Sedang dimandikan." Jawab Jimin.
"Jangan dikremasi."
"Iya, tidak kok. Ayah akan dikubur disamping kuburan Bunda. Sesuai permintaan Ayah."
"Permintaan Ayah? Kapan?" Yoonji menengadah, menatap Jimin.
"Dulu, sudah lama. Bahkan sebelum kita menikah. Ayah ingin dikuburkan berdampingan dengan Bunda, Park Seulji. Jadi, mari kita wujudkan." Jimin menghapus air mata yang ada di pipi Yoonji. "Ibu dan Ayah akan segera datang. Masih perjalanan katanya." Yoonji mengangguk.
"Aku mau melihat Ayah Jim.."
Siang itu, rumah Min Yoongi ramai. Ada teman-teman kerjanya, Seokjin, Namjoon, Jieun, Yerim, Taehyung, orang tua Jimin, dan Hansung (masih inget hansung?) Mereka berkumpul, mengelilingi peti dengan tatapan haru, pedih. Terutama Yoonji. Sedari datang kembali ke rumah itu. Rumah dimana ia tumbuh, menghabiskan banyak waktu bersama sang Ayah di sana. Rumah yang hangat, yang perlahan hilang kehangatannya, rumah yang penuh kenangan, yang saat ini hanya Yoonji yang mengenang. Lingkaran hitam dan bengkak menghiasi matanya. Tidak ada sorot kehidupan di dalam bola matanya. Jimin terus menggenggam tangan Yoonji, menghapus air mata yang terus turun hingga menetes pada tangan Jimin. Jimin juga sesekali mengusap perut Yoonji yang mulai sedikit membuncit. Khawatir akan keadaannya. Hari ini Yoonji terlihat lelah..
"Yoonji di rumah saja ya.. sama ibu." Bisik Jimin.
"Aku ikut Jim."
Jimin menghela nafas berat. "Baiklah. Tapi bersama Taehyung ya? Mobil yang satunya ramai. Seharian ini kamu belum istirahat, sayang. Paling tidak bersandar sebentar."
"Biar Ibu temani ya.." Ibu Jimin menuntun Yoonji masuk ke dalam mobil Taehyung. Ada Yerim juga di sana.
Tidak ada percakapan sama sekali di dalam mobil keempatnya sama-sama diam. Yerim di kursi depan juga sama-sama sakitnya, kehilangan Yoongi, yang juga ia anggap Ayahnya sendiri.
●●●
"Aku ingin tidur di kamar Ayah Jim. Malam ini saja, sendirian. Boleh?"
Ya. Khusus malam ini, Jimin, dan kedua orang tuanya, juga Yoonji menginap di rumah lama Yoonji bersama Yoongi. Sekalian membereskan beberapa yang terlihat berantakan. Rencananya rumah ini mau disewakan.
Jimin diam, terlihat berpikir sebelum akhirnya mengangguk. "Boleh." Lalu ia tersenyum manis dan mengecup dahi Yoonji. Mengantarkan Yoonji ke kamar Yoongi. Pertama saat membuka pintunya saja sudah terasa berat kakinya untuk melangkah.
"Jika ada sesuatu, aku ada di ruang tamu."
"Kau tidak tidur?"
"Tidur kok. Di ruang tamu."
"Apa kasurnya di kamarku tidak muat? Kau mau tidur di sini saja de-,"
"Tidak, sayang. Kau ingin sendirian kan? Aku mengerti, sangat mengerti." Jawab Jimin penuh perhatian. "Lagipula kalau aku tidur di kamarmu, aku tidak akan dengar kalau kau memanggilku. Kalau di ruang tamu kan aku bisa langsung datang."
"Terimakasih Jim. Kau sudah mengerti."
"Selamat malam." Jimin membelai pipi Yoonji lalu tangannya berpindah ke tengkuk, menariknya semakin dekat dan mengecup melumat bibir tipis itu sedikit lama.
Pendek, soalnya mau double(?) update hehewww
Tunggu yaaa😊
Don't forget vote and comments
-Alfa
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy, You're My Hero [MYG] ✔
FanfictionTangan mungil Yoonji, bibir tipis Yoonji, pipi gembul Yoonji, garis wajah Yoonji, semua mengingatkan Yoongi pada Park Seulji. Wanita itu pergi terlalu cepat, tanpa pamit. Yoonji bahkan belum merasakan hangatnya pelukan Seulji. "Yoonji sayang, mohon...