11. Itu adalah Rencana

2.3K 422 39
                                    

SELCOUTH
A Bangtan Fanfiction
Highschool!AU
Taehyung X Jimin

[NO BOYSLOVE, BROMANCE ONLY]

Genre : Drama
Chapter : 11. Itu adalah Rencana
Words count : 1.7K+
Disclaimer : All of BTS (and TXT) members belong to their agency and parents, original story is mine.

***

Gawat. Ini gawat.

Semenjak lima belas menit yang lalu, pemilik obsidian indah itu tak bisa berhenti memainkan jemarinya di atas paha. Kepalanya tertunduk dalam. Dirinya dikuasai oleh ketakutan. Pikirannya menjadi benar-benar kacau.

Masih tak bisa ia hilangkan dari ingatannya, bagaimana Taehyung langsung menarik kasar lengannya saat ia membukakan gerbang rumah Jungkook setengah jam lalu. Tangan kanan Taehyung mencengkeram lengannya begitu kuat, sementara tangan kiri menyeret tubuh kurus si rambut mohawk yang tak berdaya.

Taehyung tak mengatakan apapun selama dia membawanya ke kantor polisi, bahkan ketika mereka menjadi pusat perhatian publik. Namun Jimin tahu betul, dari urat nadi yang menyembul di lehernya, Taehyung benar-benar marah. Untungnya letak kantor polisi terbilang dekat, sehingga tak sempat ada orang yang cukup berani mendatangi mereka dan menegur Taehyung atas apa yang ia lakukan. Jimin akan benar-benar kasihan pada orang itu jika memang terjadi, karena, hell, menghadapi seorang V yang sedang marah? Yang benar saja.

Begitu sampai di kantor polisi, Taehyung langsung membanting tubuh preman itu di hadapan polisi yang berjaga tanpa mengatakan apapun. Siapapun yang berada di sana langsung melongo menatap Taehyung. Sampai salah seorang wanita paruh baya dengan bawaan tas belanja di tangannya menghampiri Taehyung, berulang kali mengucapkan terima kasih kepadanya. Taehyung hanya membungkuk singkat, tanpa melepaskan cengkeramannya dari lengan Jimin. Sementara si rambut mohawk dibopong oleh para polisi entah kemana.

Jimin awalnya tidak begitu mengerti, namun dari apa yang diperhatikannya, sepertinya wanita paruh baya itu adalah korban dari si rambut mohawk yang mencuri dompetnya di gang dekat swalayan. Dan Jimin berasumsi bahwa Taehyung menyuruh wanita tersebut untuk melapor ke kantor polisi terdekat sementara Taehyung yang akan menangkap si berandal itu.

Dan tanpa bersuara, Taehyung langsung menarik Jimin meninggalkan kantor polisi dan membawanya ke halte terdekat.

Jimin menggigit bibir bawahnya. Tubuhnya bergerak gelisah, tak nyaman dengan suasana mencekam ini. Sudah lewat lima belas menit dia hanya duduk bersebelahan dengan Taehyung yang terus membidik Jimin dengan kerlingan tajamnya.

Di saat seperti ini, Jimin masih sempat memikirkan Hoseok dan Jungkook. Kedua temannya itu tak kalah terkejutnya dengan dirinya sendiri saat menyaksikan Taehyung yang terlihat kesetanan di balik pagar. Jimin tidak tahu harus bagaimana untuk menjelaskan kejadian ini besok di sekolah.

Kendati demikian dia tak ingin membuat mereka khawatir, tadi Jimin sempat diam-diam mengirimkan pesan pada Jungkook bahwa dia baik-baik saja.

Hela nafas bergetar meninggalkan mulut Jimin. Remaja itu mencoba memberanikan diri untuk bersuara, "T-tae—"

"Kamu bohong." Suara Taehyung terdengar direndahkan untuk membuat nyali Jimin semakin menciut. "Kamu nggak ada di minimarket."

"M-maaf...," cicit Jimin.

"Kenapa?"

Jimin mengulum bibirnya. Masih menunduk, tak berani menatap Taehyung. Batinnya masih tidak yakin haruskah ia jujur atau berbohong lagi, karena keduanya sama saja berisiko untuk menyulut kemarahan Taehyung.

Selcouth [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang