17. Itu adalah Hari Kelabu

2.4K 408 84
                                    

SELCOUTH
A Bangtan Fanfiction
Highschool!AU
Taehyung X Jimin

[NO BOYSLOVE, BROMANCE ONLY]

Genre : Drama
Chapter : 17. Itu adalah Hari Kelabu
Words count : 3K+
Disclaimer : All of BTS members (and others) belong to their agency and parents, original story is mine.

***

Pemakaman nenek Taehyung dilakukan keesokan harinya. Pada hari kedua, ketika upacara penghormatan dilaksanakan, Jimin menghadiri rumah duka bersama kedua orang tuanya, juga Jungkook yang bersikukuh ingin menemaninya. Jimin tak mengerti kenapa Jungkook begitu ngotot ingin menghadiri pemakaman nenek Taehyung sampai rela izin tidak hadir sekolah, padahal hubungannya dengan Taehyung tidak begitu dekat. Namun, Jimin tak ingin memusingkannya selagi niat Jungkook adalah baik.

Ketika akan memasuki ruangan dimana peti jenazah nenek Taehyung berada, Jimin dan orangtuanya beserta Jungkook mendapati banyak sekali tamu yang di antaranya adalah pria dewasa. Kalau Jimin tidak pernah diseret Taehyung untuk menyelesaikan kasus, maka dia tidak akan pernah tahu kalau mereka adalah para polisi yang pernah bekerja dalam tim yang sama dengan Taehyung di divisi investigasi kepolisian.

Beberapa polisi yang mengenal Jimin melemparkan senyum sapa. Jimin membalas senyum dan membungkuk singkat, yang mana diikuti oleh orangtuanya dan Jungkook.

Ketika menyerahkan uang duka, Jungkook sempat berbisik pada Jimin, "Aku sama sekali nggak menemukan anak seumuran kita disini, sebagian besar pengunjung adalah pria dewasa. Aku tahu kalau Taehyung nggak punya teman. Tapi aku nggak menyangka kalau separah ini?"

Jimin menelan ludah. Memaksakan senyum. "Aku teman Taehyung. Aku teman baiknya."

Jungkook berdeham pelan guna membersihkan tenggorokannya selagi mengantri di belakang barisan pengunjung untuk melakukan penghormatan. "Aku tahu. Maksudku, teman yang dia punya cuma kamu. Nggak ada remaja yang hadir disini selain kita. Yah, nggak heran juga sih. Anak kurang ajar begitu mana punya teman."

"Jeon Jungkook," tegas Jimin dalam bisikannya, "Kita sedang berduka. Kalau kamu ngotot ikut melayat hanya untuk berkata hal demikian, aku rasa sebaiknya kamu menetap di sekolah."

Jungkook tertegun. Baru pertama kali baginya untuk melihat Jimin berujar dingin seperti itu. Ia mengangguk dan menunduk canggung. "Maafkan aku."

Jimin tak membalas. Mereka terus terdiam, termasuk kedua orangtua Jimin di belakangnya. Sampai akhirnya tiba bagi Jimin dan Jungkook untuk melakukan penghormatan. Kedua remaja itu membungkuk hormat pada setiap pihak berkabung yang memakai ban lengan di lengan jas mereka.

Lalu Jimin memandangi foto mendiang yang terletak di atas peti. Berbagai rangkaian bunga tertata dengan apik di sekitarnya. Dan tanpa disadari oleh Jimin, air matanya merembes keluar dari pelupuk, tak terbendung. Memerhatikan senyuman nenek Taehyung yang mengenakan hanbok cantik berwarna putih dengan pita merah muda. Jimin tak pernah menyangka bahwa saat menginap di rumah Taehyung adalah kali terakhir baginya untuk melihat senyuman itu.

Remaja bersurai onyx itu meletakkan lutut dan tangannya di lantai. Membungkuk ke depan. Memejamkan mata dan teringat ketika ia pertama kali bertemu nenek Taehyung yang masih terlihat segar di usianya. Beliau tersenyum ramah, membalas sapaan Jimin. Terlihat senang saat mengetahui Jimin adalah teman Taehyung. Mengetahui cucu kesayangannya memiliki seorang teman.

Jimin hanya pernah bertemu dengan nenek Taehyung dua kali. Namun dia bisa langsung merasakan kehangatan dari sang nenek saat pertemuan kedua. Beliau menyambutnya dengan ramah saat Jimin akan menginap. Membuatkan susu panas kepadanya sebagai pengantar tidur.

Selcouth [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang