22. Itu adalah Rasa Bersalah

2.3K 409 158
                                    

SELCOUTH
A Bangtan Fanfiction
Highschool!AU
Taehyung X Jimin

[NO YAOI, BROMANCE ONLY]

Genre : Drama
Chapter : 22. Itu adalah Rasa Bersalah
Words count : 2.5K+
Disclaimer : All of BTS members belong to their agency and parents, original story is mine.

***

Remaja laki-laki itu diam, duduk di tepi ranjang rumah sakit. Kakinya yang menggantung ia goyang-goyangkan, seirama dengan gumam nyanyiannya. Sementara kedua tangannya sedari tadi menggenggam sekotak susu rasa cokelat di atas paha.

Dia duduk menghadap jendela yang terbuka lebar, membiarkan angin musim gugur berhembus menyapanya. Sekilas ia tersenyum saat mendengar kicauan burung di luar gedung. Lantas dengan imajinasi dan kenangan yang tersisa, dia membayangkan bagaimana pemandangan di luar sana. Langit kelabu, gedung-gedung tinggi, pohon yang gundul, daun-daun kering di jalanan, para pejalan kaki dengan pakaian tebal mereka, serta kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan raya.

Tak lagi ingin mengeluh mengenai matanya yang kini tak bisa melihat, berpikir setidaknya dia masih punya telinga yang bisa mendengar dengan baik. Hidungnya juga bisa mencium aroma-aroma khas. Lidahnya masih bisa berucap, kedua tangan dan kakinya masih utuh. Seharusnya ia lebih bersyukur, pikirnya.

"Sudah siap, Jiminie?" Itu suara ibunya. Beliau sejak satu jam lalu repot mengurus kepulangan putra tunggalnya hari ini. Mengepaki barang dan mengurus beberapa hal lain mengenai biaya perawatan dan sebagainya.

Hari ini Jimin diperbolehkan untuk pulang. Dengan bantuan teman-temannya yang sering berkunjung, Jimin berhasil melewati masa traumanya. Sang dokter mengizinkannya untuk pulang dengan catatan bahwa dirinya harus tetap rutin kontrol secara berkala.

Maka hari ini Jimin siap untuk tinggalkan segala aroma memuakkan yang membelenggu selama berada di rumah sakit. Dia sudah mengenakan sweater favoritnya dengan bawahan jeans panjang. Sweater hangat ini menjadi favoritnya karena ini adalah pemberian Taehyung. Bukan masalah harganya yang di luar jangkauan atau apa, tapi karena kerja keras Taehyung untuk mendapatkan sweater ini. Jimin benar-benar menghargai usahanya.

Dan memikirkan Taehyung membuat Jimin semakin merindukannya. Selama sekitar dua minggu yang membosankan bermalam di rumah sakit, semenjak terakhir kali kehadiran Taehyung di saat Jimin membuka mata, dia tak lagi datang menjenguknya. Tak ada telepon maupun pesan darinya yang masuk dalam ponsel Jimin. Menjadikan Jimin khawatir dan bertanya-tanya akan kabar teman baiknya itu.

"Ah, halo, Jungkookie!" Suara ibu Jimin kembali terdengar, menyadarkan Jimin dari lamunan.

Mendengar nama Jungkook disebut, membuat Jimin menoleh dan mengulurkan tangannya, mencari keberadaan sang pemilik nama.

Kemudian Jimin mendengar langkah kaki yang mendekat sebelum tangannya diraih. "Halo, Bibi Park," sapa Jungkook dengan suara khasnya. Kemudian berbisik pada Jimin, "Hai, Jimin-ssi."

Jimin tersenyum, menggenggam ibu jari Jungkook.

"Bibi, apa barang-barangnya sudah siap semua?" tanya Jungkook seraya mengambil duduk di samping Jimin.

"Ohh, iya, semuanya sudah dimasukkan ke mobil oleh Papa Jimin," jawab ibu Jimin, "Kalian ngobrol-ngobrol saja dulu. Ada hal lain yang masih harus Bibi urus."

"Iya, Bibi," balas Jungkook, sedikit membungkukkan badan saat wanita paruh baya itu meninggalkan ruangan.

Kemudian ruangan bernuansa putih itu lengang. Tak ada yang berbicara di antara kedua remaja laki-laki yang berada di sana. Hanya menyisakan suara dengungan mesin penghangat ruangan.

Selcouth [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang