24. Itu adalah Keresahan

1.9K 378 79
                                    

SELCOUTH
A Bangtan Fanfiction
Highschool!AU
Taehyung X Jimin

[NO YAOI, BROMANCE ONLY]

Genre : Drama
Chapter : 24. Itu adalah Keresahan
Words count : 1.7K+
Disclaimer : All of BTS members belong to their agency and parents, original story is mine.

***

Bruk!

Itu adalah yang keempat kalinya.

Melihat temannya terjatuh lagi, salah satu remaja yang bergigi kelinci di sana langsung menghentikan gerakannya dan menghampiri temannya itu. "Jimin-ssi, kamu nggak apa-apa?" tanyanya.

Remaja yang baru saja terjatuh, Jimin, segera menggeleng dan kembali bangkit berdiri. Peluhnya menetes. Dia berkeringat cukup banyak, membuat poni dan anak rambutnya lepek, menempel di dahi. Namun biar begitu, dia tak ingin berhenti berlatih. "Ayo ulangi lagi," ujarnya setelah satu tarikan napas panjang.

"Tidak," tegas Yoongi yang sedari tadi duduk di balik meja, di hadapan laptop, memonitori musik yang sedikit ia rubah untuk penampilan busking nanti. Tetapi dia tak begitu fokus dengan pekerjaannya, dia lebih banyak menjatuhkan atensi pada adik kelasnya, Jimin. Sudah empat kali dia melihat bagaimana Jimin terjatuh karena tersandung kakinya sendiri, atau tak sengaja menabrak tubuh Hoseok saat berubah formasi. Menyaksikan hal itu membuatnya berpikir bahwa Jimin tidak mungkin bisa menari dalam keadaan buta.

"Ayo hentikan saja, Jimin bisa terluka," sambung Yoongi, beranjak dari kursinya dan menghampiri Jimin.

"Aku nggak apa-apa, Hyung," sanggah Jimin, "Ayo latihan lagi, aku bakal perbaiki kesalahanku."

"Tidak—"

"Dimana cerminnya? Apa aku lagi menghadap cermin sekarang?" Jimin menginterupsi perkataan Yoongi, menunjuk ke depannya, bertanya apakah yang ditunjuk adalah cermin yang dimaksud.

"Kamu bahkan nggak bisa melihat cerminnya, Jimin! Mustahil kamu bisa menari dengan keadaanmu yang begini!" seru Yoongi, suara beratnya menggema, memenuhi ruang latihan sore itu. Meninggalkan keempat adik kelasnya tertegun, tak menyangka bahwa Yoongi akan berteriak demikian.

"H-Hyung...," lirih Jimin, menurunkan tangannya.

"Yoongi Hyung, apa harus berteriak seperti itu?" balas Jungkook, membela Jimin dengan meninggikan suaranya. Ia memberikan ibu jarinya kepada Jimin untuk digenggam, seperti biasanya. Karena dengan hal itu diyakininya dapat membuat Jimin setidaknya sedikit lebih tenang.

"Maaf—bukan begitu, maksudku, maaf." Yoongi mengusap wajahnya kasar, lalu memandangi keempat adik kelas di hadapannya. "Aku hanya, ayolah. Berpikir rasional. Jimin mungkin memang masih menghafal gerakan tarian ini, dia menari dengan hebat. Tapi, itu dulu, oke? Saat itu Jimin masih bisa melihat. Waktu itu dia bisa melihat letak-posisi yang harus ditempatinya saat formasi selanjutnya, dia masih bisa melihat apa yang kurang dari gerakannya dan segera memperbaikinya. Tapi, sekarang, apa yang bisa dilihatnya? Seni tari berbeda dengan seni musik, menari nggak bisa cuma mengandalkan telinga dan perasaan."

Mendengar penuturan panjang dari Yoongi membuat Jimin merasa tersinggung. Dahinya mengernyit tidak suka. Sertamerta dadanya terasa sesak, dia menjadi tersulut. Remaja itu tak suka mendengar perkataan Yoongi yang terkesan meremehkannya.

"Hyung, aku tahu aku buta," ucap Jimin, "Mengetahui fakta bahwa aku nggak bisa melihat lagi, itu udah cukup menyedihkan buatku. Tapi, Hyung membuatku terdengar semakin menyedihkan dengan kata-kata Hyung yang seakan menunjukkan bahwa aku sekarang menjadi begitu bodoh dan nggak pantas menari lagi."

Selcouth [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang