SELCOUTH
A Bangtan Fanfiction
Highschool!AU
Taehyung X Jimin[NO BOYSLOVE, BROMANCE ONLY]
Genre : Drama
Chapter : 18. Itu adalah Kerinduan
Words count : 2.4K+
Disclaimer : All of BTS members belong to their agency and parents, original story is mine.***
"Jimin-ssi!"
Suara Jungkook langsung menyapa indra pendengaran Jimin begitu remaja bergigi kelinci itu memasuki ruangan kelas. Jimin mendongak di bangkunya, menatap penuh tanda tanya kepada Jungkook yang tengah mengambil langkah lebar menuju padanya.
"Kamu sudah lihat?" tanya Jungkook dengan napas terengah. Kilat semangat yang terlihat dari kedua pupilnya menjadikan Jimin semakin bertanya-tanya.
"Eumm, tidak?" Berbanding terbalik dengan Jungkook, tak ada semangat sama sekali yang tersirat dari nada bicara Jimin. Matanya tampak sayu, samar-samar terlihat kantung matanya menggelap. "Memangnya apa?"
"Kita—" Jungkook mengarahkan layar ponselnya di depan wajah Jimin, "—lolos!"
Dahi Jimin mengerut. "Lolos?" tanyanya, kurang mengerti.
"Final!" Seru Jungkook terengah, sebelum Jimin sempat membaca tulisan di ponselnya. "Tim kita—menari—masuk babak final! Di K'ARTS!"
Kedua netra Jimin membola. Dia terkejut akan berita itu, tentu saja. Timnya lolos masuk final, yang mana artinya tinggal satu langkah menuju kemenangan. Hanya satu langkah lagi, dia akan berhasil membuka jalan menuju masa depan yang cerah. Tinggal satu langkah lagi. Itu adalah berita yang hebat.
Senyuman terulas di wajah Jimin. Membentuk sabit di matanya. "Begitukah? Itu bagus! Kita harus berlatih lebih keras mulai dari sekarang."
Hanya seperti itu.
Lantas Jimin menunduk. Sadar bahwa ia seharusnya berteriak dan meloncat kegirangan setelah mendengar berita demikian, seperti saat dia pertama kali tahu bahwa dia lolos audisi sebagai perwakilan sekolah. Namun apa yang menjadi reaksinya hanyalah senyuman tipis dengan mata sayu.
Remaja itu bukannya tidak senang, sebaliknya, dia merasa begitu bangga. Hanya saja, Jimin sedang tidak bersemangat. Tidak dengan teman sebangkunya yang sedang berduka.
Menoleh ke samping, Jimin memandang kursi di sampingnya yang kosong. Hanya ada bayang-bayang Taehyung yang tertidur pada lipatan tangan di atas meja. Wajahnya yang begitu damai ketika terlelap, terlintas di pikiran Jimin. Jimin tidak akan menyangkalnya kalau selama ini, dia memang sering memerhatikan raut Taehyung yang hanya terlihat separuhnya ketika tidur. Surai cokelatnya yang jatuh lembut di dahi dan permukaan kulit lengan, bulu matanya yang panjang, pupil di balik pelupuknya yang bergerak perlahan, hingga hela-hembus napasnya yang tenang. Jimin perhatikan semua itu dan segalanya terpaku jelas di ingatan, bahkan bayangan ketika seorang guru beteriak memergokinya.
Dan setelah sepersekian detik, bayangan itu menghilang. Hanya menyisakan bangku yang kosong.
Sudah lewat seminggu pemilik bangku di samping Jimin tidak menghadiri sekolah. Mengurus acara pemakaman dan warisan, mengatasi perihal Inspektur Seokjin yang mengadopsinya, juga mengemasi barang-barangnya untuk berpindah ke kediaman sang ayah angkat.
Lewat seminggu pula Jimin tidak bertemu Taehyung. Mereka hanya berhubungan melalui pesan teks dan pesan suara. Tak ada waktu luang yang cukup untuk sekedar menelepon. Taehyung sibuk dengan urusannya, sedang Jimin sibuk dengan latihannya.
Bagaimanapun, Jimin merindukan Taehyung.
"Jiminie," panggil Jungkook, membuyarkan lamunan Jimin, "Kamu oke?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Selcouth [VMIN]
FanfictionJimin tak pernah sekalipun mengandai-andai bahwa si misterius Kim Taehyung akan menjadi teman sebangkunya selama satu semester ke depan. Juga tak pernah terbayangkan olehnya, bahwa sesungguhnya, terdapat banyak alasan tak terduga dibalik setiap perl...