23. Itu adalah Usaha

2K 386 96
                                    

SELCOUTH
A Bangtan Fanfiction
Highschool!AU
Taehyung X Jimin

[NO YAOI, BROMANCE ONLY]

Genre : Drama
Chapter : 23. Itu adalah Usaha
Words count : 1.8K+
Disclaimer : All of BTS members belong to their agency and parents, original story is mine.

***

Cuaca membeku di penghujung musim gugur. Bersamaan dengan itu, ujian akhir pun juga tiba di penghujungnya. Hari terakhir ujian telah terlewati, yang tersisa hanyalah pekan akhir remedial sebelum libur musim dingin dimulai.

Remaja itu, yang baru saja mengalami kecelakaan terbesar dalam hidupnya, turut membekukan hati menyelaraskan iklim. Park Jimin namanya.

Kehilangan fungsi penglihatan pasca kecelakaan memanglah mimpi buruk terbesarnya. Dunia menjadi gelap tanpa setitik pun cahaya. Namun sebenarnya hal itu tidak menjadi begitu buruk ketika ia dikelilingi oleh canda dan tawa teman-temannya. Kala itu ia masih bisa tersenyum. Maka kebutaan tak lagi menjadi masalah terbesar selagi masih bisa mendengar suara teman-teman baiknya.

Akan tetapi, yang menjadikan senyumnya kandas ialah perginya salah satu teman baiknya—teman terbaiknya, Kim Taehyung.

Kim Taehyung benar-benar menghilang dari kehidupan Jimin. Nomornya tak lagi aktif, tidak bisa dihubungi. Begitu juga dengan sang wali, Kim Seokjin. Nomornya berada di luar jangkauan.

Dan saat Jimin kembali hadir ke sekolah, dia mendapati berita bahwa Kim Taehyung pindah sekolah dengan alasan ayahnya yang merupakan seorang polisi, dipindahtugaskan ke Daegu. Hal itu meninggalkan keterkejutan bagi Jimin, mengetahui teman baiknya bahkan tidak berpamitan padanya.

Hingga saat ini, dua minggu setelah terakhir kali ia bertemu Taehyung, Jimin masih tidak mengerti. Apa yang membuat Taehyung melepaskan genggaman mereka, menghilang dari kehidupan Jimin? Remaja Kim itu benar-benar pergi meninggalkannya tanpa alasan. Membuat Jimin berasumsi, bahwa Taehyung pergi karena kecewa dengannya. Karena Jimin tak menjadi teman yang cukup baik baginya. Lantas membuat Jimin semakin menyalahkan diri sendiri dan tenggelam dalam awan kelabu.

Jeon Jungkook, yang menjadi pihak ketiga di antara mereka, hanya bisa diam menyaksikan Jimin kehilangan semangatnya, lagi. Walau sudah mengelih secara langsung bagaimana terpuruknya Jimin, dia tetap mencoba untuk pura-pura tidak tahu. Meskipun sebenarnya dia turut andil dalam kepergian Kim Taehyung. Hati dan pikirannya tetap bersikeras bahwa perginya Kim Taehyung memanglah yang terbaik untuk sahabatnya, Park Jimin.

"Jungkookie," panggil Jimin di sampingnya. Suara patetisnya menyadarkan Jungkook dari lamunan. "Sepertinya, semester depan aku bakal pindah sekolah."

"O-oh?" tanggap Jungkook, menatap teman yang sedari tadi menggenggam ibu jarinya itu. Memang sudah menjadi kebiasaan bagi Jimin untuk melakukan hal itu agar dia tidak merasa sendiri.

"Tadi, waktu di ruang konseling, aku direkomendasikan pindah ke yayasan pendidikan tunanetra," lanjut Jimin, menenggelamkan sebagian wajahnya pada balutan syal merah yang menggulung di lehernya. "Menyebalkan sekali," gerutunya.

Jungkook terdiam. Menunduk, memandangi tangan mungil Jimin yang kian mengeratkan genggaman pada ibu jarinya di atas bangku halte. Entah bagaimana, dadanya terasa begitu sesak. Jimin akan pergi?

"Lalu, gimana tentang transplantasinya?" tanya Jungkook dengan suara lirih, "Kalau kamu bisa menjalaninya selama liburan nanti, kemungkinan kamu nggak bakal pindah sekolah kan?"

Jimin menggeleng pelan. "Aku nggak mau terlalu berharap. Aku memang sudah melakukan rangkaian pemeriksaan dan evaluasi, termasuk pengukuran ukuran kornea. Bahkan dokter sudah menyatakan aku bisa lanjut untuk menerima transplantasi, dan masuk ke daftar tunggu penerima transplantasi kornea. Tapi, di depanku masih ada banyak sekali resipien yang menunggu antrean penerima donor kornea. Dan semua itu nggak mungkin diselesaikan selama liburan musim dingin."

Selcouth [VMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang