Asgaf kembali memejamkan matanya erat kala melihat seorang wanita muda kembali dijodohkan dengannya. Desakan dari teman-teman dan orang tuanya membuat dia terpaksa bertemu dengan gadis yang masih sangat muda. Bisa ditafsirkan umurnya mungkin masih dibawah dua puluh tahun. Dilihatnya, gadis itu tersipu malu sambil menatapnya sedikit grogi.
“Jadi, berapa umurmu?”
Mata bening gadis itu seketika melebar sebelum menjawab gugup. “Sembilan belas, Kak,”
Nyaris saja Asgaf tersedak salivanya sendiri karena panggilan ‘kak’ yang ditujukan untuknya. Ia menarik napas dalam-dalam sebelum menatap kembali gadis yang kini tersenyum malu-malu itu.
Ini gila! Benar-benar gila!
Asgaf hendak melambaikan tangannya ingin menyerah, namun delikan dari orang tuanya yang duduk tidak jauh darinya membuat niatnya jadi urung.
“Kak? Saya lebih tua empat belas tahun darimu—”
“Kakak terlihat muda dan tampan. Jadi, nggak masalah ‘kan saya panggil kakak?”
Tidak bisa!
Asgaf benar-benar ingin menyerah. Mendadak ia bangkit dari tempat duduknya, menatap datar pada gadis yang kini melihatnya kebingungan. “Maaf, kita tidak bisa melanjutkan perjodohan konyol ini. Kamu terlalu muda untuk saya.”
Mata gadis bernama Tiara itu mendadak sendu. Bibirnya mengerucut tidak suka dengan keputusan Asgaf.
“Tapi, Kak—”
“Sekali lagi, saya minta maaf. Permisi,” dan Asgaf meninggalkan Tiara begitu saja untuk menghampiri ibunya yang kini menatapnya heran. Sesampainya di kursi sang ibu, ia menarik pelan lengan ibunya lalu membawanya masuk ke dalam mobil. Mengendarai mobilnya dengan emosi yang ia tahan sejak awal.
“Apa-apaan kamu, Asgaf?”
“Mama yang apa-apaan?” balasnya dengan mata menajam. “Bisa-bisanya Mama menjodohkanku dengan gadis muda seperti itu.”
“Tiara anak baik, Gaf. Mama yakin dia bisa—”
“Ma, berhenti menjodohkanku!” serunya lemah. “Aku bisa hidup sendiri tanpa butuh perempuan manapun.”
“Kamu masih cinta sama Rena, iya kan?”
Seketika ban mobil berdecit keras. Asgaf mengerem dengan mendadak ketika kembali ibunya menyebut nama mantan istrinya itu.“Tidak ada hubungannya dengan perempuan itu! Dan ingat Ma, jangan sebut namanya lagi!”
●●●
“Pak, berhenti,” seru gadis bersurai kelam sambil mengikat tinggi rambut lurusnya asal. Menyisakan poni depan yang ditata kesamping kanan. “Nanti Pak Sardi nggak usah jemput aku ya? Soalnya, aku ada bimbingan jadi entar aku pulang naik taksi aja.”
“Baik, Non.”
Gadis bernama Nafla Khinsa Adlina itu tersenyum puas lalu turun dari sedan milik kedua orang tuanya dan kembali berujar, “Bye, Pak. Assalammu’alaikum.”
“Wa’alaikumsalam, Non,” balas Pak Sardi seraya menggelengkan kepalanya geli melihat anak majikannya yang melambaikan tangan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
General FictionSUDAH TERSEDIA VERSI AUDIOBOOK YA GAESS!! CUSS LANGSUNG KE APP POGO DAN SEARCH, MIKAS4 ;) ** Nafla tidak pernah bermimpi untuk menikah muda, apalagi dengan seorang duda. Bagaimana dia harus menghadapi pria yang usianya empat belas tahun lebih tua? ...