Nafla merasakan elusan lembut di tangannya sebelum suara berat nan sayup-sayup terdengar memanggilnya.
"Sayang, bangun... Kita subuh."
Mengerjapkan matanya berulang kali, Nafla melihat Asgaf yang terlihat tampan telah mengenakan baju koko dan tersenyum padanya. Padahal, sejak semalam Nafla telah berpikir akan ditinggalkan namun suaminya justru tidak mengatakan apapun setelah ia menceritakan segalanya. Asgaf hanya menyuruhnya untuk beristirahat dan tidur.
"Lihat, mata kamu bengkak!" gumamnya sambil mengelus kelopak mata Nafla yang memang membengkak. "Ini akibat kamu terlalu memikirkan hal negatif."
Nafla bangkit dan duduk di pinggiran ranjang saat Asgaf menggeser tubuhnya agar istrinya bisa bergerak leluasa. Ia menatap suaminya sayu. "Aku ikhlas kok kalau misal Mas-"
"Na, kenapa kamu ngotot sekali supaya Mas balikan sama Rena?" mata Asgaf menajam. "Mas sudah berkomitmen sama kamu dan itu akan terjadi selamanya. Jadi, Mas mohon jangan membebani pikiran kamu sama hal-hal yang nggak perlu."
Seketika Nafla menunduk. Padahal dia mengira suaminya akan meninggalkannya seperti yang dilakukan di film-film maupun novel yang dia baca.
"Apa yang akan kamu katakan pada Caca nanti kalau dia lihat mata Mamanya bengkak? Jadi, jangan nangis lagi dan jaga kesehatan kamu! Sekarang, kita shalat subuh."
"Iya, Mas."
●●●
Asgaf melajukan mobilnya dengan kencang untuk menemui seseorang yang sudah membuat istrinya seperti tak ada kehidupan. Ia masuk ke dalam rumah mertuanya setelah mengucapkan salam. Disana, ia melihat Sandra dan juga Rena sedang berbicara satu sama lain.
"Mas Asgaf?" seru Rena dengan mata berbinar hendak menyentuhnya, namun Asgaf lebih dulu menghindar.
Pria itu menatapnya tajam dan menyuruhnya untuk menjaga jarak. Lalu, matanya melirik Sandra dan bertanya pelan, "Ma, apa Mama tahu kemarin Nafla datang dan berbicara dengannya?" tunjuk Asgaf pada Rena Yang terlihat kaget. "Dia sudah bikin istri aku menangis semalaman."
Sandra seketika berdiri, menatap Rena tidak percaya. "Apa itu benar? Kamu bikin adik kamu nangis, Rena?" Melihat Rena menunduk dalam, Sandra menggeleng kecewa. "Ya Allah, Nak, kenapa sih kamu harus ganggu adik kamu?"
"Aku masih cinta sama Mas Asgaf, Ma!" serunya sambil menunjuk Asgaf dengan rasa sesak. "Apa yang aku katakan kemarin adalah benar adanya, Mas. Apa kamu masih nggak percaya bahwa semua yang diceritakan Nafla itu benar? Aku dijebak, Mas. Aku dijebak!" Rena mendekati Asgaf dalam tangisnya sebelum menggenggam kemeja pria itu dengan erat. Ia menengadah sambil menatap mantan suaminya dengan nanar. "Kenapa Mas nggak pernah mau mendengar penjelasan aku?"
Asgaf melepaskan genggaman Rena pada kemeja biru elektriknya dan berdesis pelan. "Karena sejak pernikahan kita, aku sudah melarangmu untuk mengundang pria lain ke dalam rumah jika aku tidak ada, Rena! Jadi, untuk alasan apapun itu aku tidak akan mendengarnya." Ia menepis tangan Rena yang hendak menangkup rahangnya. "Sekarang, aku sudah berkomitmen dengan adikmu dan jangan pernah kamu hancurkan perasaannya karena aku nggak akan segan-segan padamu walaupun kamu sekarang adalah kakak ipar aku!"
Rena menggeleng kuat. "Mas, jangan seperti ini... Aku adalah korban disini."
"Kalau kamu tidak ingin menjadi korban, maka jangan jadikan adikmu sebagai tersangka, Rena." Asgaf memundurkan langkahnya dan menatap Rena dengan datar. "Aku sudah memaafkanmu untuk apa yang telah kamu lakukan di masa lalu karena hanya dengan begitu aku bisa melupakanmu dan sekarang, hidupku sudah bahagia, Rena. Aku bahagia bersama adikmu jadi aku mohon sama kamu untuk tidak mengganggu rumah tangga kami lagi." Ia melirik Sandra dan sedikit mengangguk. "Asgaf permisi, Ma."
KAMU SEDANG MEMBACA
Why?
General FictionSUDAH TERSEDIA VERSI AUDIOBOOK YA GAESS!! CUSS LANGSUNG KE APP POGO DAN SEARCH, MIKAS4 ;) ** Nafla tidak pernah bermimpi untuk menikah muda, apalagi dengan seorang duda. Bagaimana dia harus menghadapi pria yang usianya empat belas tahun lebih tua? ...