Bagian 3

91.7K 6.3K 149
                                    

Ketiganya berkeliling supermarket untuk membeli bahan-bahan yang digunakan untuk membuat mochi kesukaan Caca. Memilih ini dan itu yang dibantu oleh Nafla membuat Caca semakin bersemangat. Sementara Asgaf kebagian membawa keranjang belanjaan mereka.

“Kak, coklat atau strawberry?” tanyanya untuk isi dalam mochi.

Nafla mengerutkan dahinya sebelum memutuskan. “Gimana kalau kita buat rasa variasi? Ada coklat ada strawberry?”

Mata Caca melebar dan mengangguk antusias. “Wah boleh, Kak.” Ia segera melirik Papanya yang berjalan di belakang mereka. “Pa, Caca ambil dua ya?”

“Iya, Sayang,” balas Asgaf sebelum membiarkan puterinya memilih apapun yang diinginkan.

Saat Caca hendak menaruh coklat dan strawberry ke dalam keranjang buahnya, matanya menangkap sosok ibunya yang membuatnya menjatuhkan begitu saja coklat dan juga strawberry tepat ke dalam keranjang. Ia berlari dan berdiri tepat di belakang Nafla seakan ketakutan.

“Lho, kenapa Ca?” tanya Nafla sambil melihat lengan mungil Caca melingkari pinggangnya. “Hey, kamu kenapa?”

“I-itu,” tunjuknya pada sosok ibu kandungnya yang kini juga menatapnya dengan pandangan kaget.

Asgaf langsung mengetatkan rahangnya sebelum menarik tangan Nafla dan juga Caca untuk menjauhi wanita yang sudah membuat luka di hati mereka.

Rena...

Entah kebetulan seperti apa yang kembali membuat mereka bertemu seperti ini.

“Kita belanja di tempat lain,” gumam Asgaf yang membuat Nafla mengangguk tipis sambil melihat tangannya yang digenggam erat dan Nafla yakin akan meninggalkan bekas merah disana.

Ia melirik ke belakang dimana wanita yang ditakuti oleh Caca mengejar langkah mereka dengan tergesa seakan takut kehilangan jejak mereka.

“Mas Asgaf...,” panggil suara lembut itu. Membuat Nafla lagi-lagi merasa bersalah karena tak tahu kapan Asgaf akan melepaskan tangannya.

“Mas, tunggu!”

Nafla melirik ke belakang dan melihat wanita itu yang kesulitan mengikuti langkah mereka. Semakin lama, Nafla semakin curiga bahwa wanita itu adalah mantan istri dosennya ini.

Oh astaga...

Kenapa ia harus terjebak disituasi seperti ini? Bagaimana jika mantan istri Pak Asgaf salah paham? Apa yang harus ia lakukan?

“Mas Asgaf tunggu!” teriaknya lantang sambil menghela napas terengah.
Nafla akhirnya bisa mendesah lega saat tangannya yang dicekal kuat terlepas. Ia melihat bahwa tangannya benar-benar memerah dan mengelusnya disana. Wajah Asgaf bisa dikatakan tidak ramah sama sekali.

“Ada perlu apa?”

“Aku ingin ketemu anakku, Mas. Kumohon,”

Asgaf tersenyum sinis, “Anakmu bahkan tidak ingin bertemu denganmu, Rena!” desisnya kejam. Membiarkan wajah bersembunyi di balik tubuh besar sang ayah.

“Tapi, aku tetap ibunya, Mas,” seru Rena frustasi. Dua tahun ini ia mencoba untuk terus menemui Caca yang selalu berakhir gagal. Ia benar-benar mencintai puterinya itu dan nyaris gila saat Asgaf membawanya tanpa aba-aba. “Aku tahu, ini pasti gara-gara dia yang sudah meracuni pikiran Caca, ‘kan?” tunjuk Rena pada sosok Nafla yang terlihat shock akan tuduhan itu.

“Ini tidak ada hubungan dengannya!” bentak Asgaf tidak suka. “Sudah kukatakan, jangan pernah memperlihatkan wajahmu lagi didepanku.”

Rena menggeleng tegas. “Iya, pasti dia yang sudah mencuci otak anakku!”

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang