Bagian 4

92.1K 7.1K 311
                                    

Walau komen dikit, tp bikin semangat!! Hadiah buat kalian duhai para penggemar Nafla 🤣🤣🤣

Happy reading cintakuuu 😘❤

●●●

"Maaf Nafla pulang telat, Ma," gumam Nafla saat ia sampai di rumah setelah maghrib. Takut bahwa ibunya marah besar. "Tadi Nafla-"

Sandra menggeleng pelan, "Nggak pa-pa, Nak. Tadi dosenmu telfon Mama dan menjelaskan alasannya."

"Dosen Nafla telfon?"

Sandra mengangguk sambil merapikan meja makan. "Memang nggak bilang sama kamu?"

Menggeleng pelan, Nafla menjawab ragu, "Nggak tuh, Ma," lalu ia duduk di meja makan dan memberikan sebungkus mochi yang diberikan oleh puteri dosennya itu. "Ini dari Caca, Ma. Anak dosenku."

"Wah, dia bikin sendiri?" tanya Sandra kagum melihat hasil mochi buatan Caca.

Nafla mengangguk antusias dan tersenyum, "Iya, Ma. Anaknya cantik, ramah, dan pintar. Bener-bener deh, Ma, didikan orang tuanya itu best banget. Kalau Nafla nikah nanti, mungkin Nafla mau punya anak kayak Caca."

Sandra yang mendengarkan ocehan puterinya itu hanya mampu tersenyum simpul. "Memang kamu sudah siap nikah?"

"Kenapa Mama tanya begitu?"

"Umur kamu udah 23. Udah cocok untuk nikah."

Nafla menggeleng pelan. "Tapi, Nafla mau tamatin kuliah dulu. Jadi guru, terus baru deh nikah."

"Hush, jodoh itu kalau ada kenapa ditunda. Kenalan dulu, Na. Pendekatan, kalau cocok lanjut kalau nggak ya jangan dipaksa."

Dahi Nafla seketika mengerut. "Mama niat banget kayaknya aku nikah. Memang sama Mama sudah ada calon?"

"Ada. Kalau kamu mau Mama bisa janjian dengan orang tuanya buat mempertemukan kalian."

Seketika Nafla mendengus. "Ish, Mama apaan sih. Kan aku bercanda."

"Mama serius lho, Na. Anaknya nggak banyak ngomong, dia juga sempat dijodohin sama yang lain, tapi pada ditolak. Berasa belum nemu yang cocok," gumam sang ibu saat memikirkan percakapannya dengan temannya beberapa hari lalu. "Dia bahkan berani nolak langsung sama cewek-cewek itu."

"Seleranya tinggi kali, Ma. Anak orang aja ditolak, apalagi anak Mama yang belum jelas gini masa depannya."

Sandra seketika berhenti mengunyah mochi yang Nafla bawa pulang. Ia menatap puterinya seakan ingin mengajak kompromi. "Gini deh, Na. Gimana kalau kalian ketemu dulu. Ntar kalau nggak cocok ya Mama juga nggak bisa buat apa-apa, 'kan?"

"Ya malu lah Ma kalau ditolak secara langsung gitu. Mukaku taruh dimana entar?"

Kekehan Sandra membuat Nafla mengerucut. "Makanya jangan genit. Yang Mama tahu sih, perempuan yang dijodohin sama anak temen Mama ini rata-rata nggak tahan kalau nggak genit setelah melihat wajahnya."

"Emang ganteng banget, Ma?"

Sandra mengangguk. "Iya dong. Mapan juga terus paling penting taat beribadah. Kalau kamu mau, malam besok Mama atur tempat pertemuan kalian."

Menghela napas pelan, Nafla menatap ibunya datar. Tampaknya pembicaraan ini sudah terlalu jauh. "Mama bercanda 'kan?"

"Siapa bilang Mama bercanda? Dari kemarin juga Mama mau bilang sama kamu, tapi Mama takut ngeganggu kuliah kamu. Terus, pas kamu bilang mau selesai dan kebetulan bahas ini, ya Mama nyambung aja."

Nafla memutar bola matanya. "Asal Mama senang aja. Tapi, kalau cowok itu tolak aku terang-terangan jangan salahin Nafla kalau nanti maluin Mama."

"Tenang aja. Mama nggak akan nyalahin kamu."

Why?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang