Seperti engkau yang membenci senja,
Aku menyukai fajar yang menghangatkan pagi
Tak mau ku berlarut dalam gejolak hati
Tak jua mengumbar gelora.
Apa yang bisa kuperbuat untukmu, Angsana?
Adalah misiku untuk membuatmu tertawa
Adalah tujuanku untuk membuatmu bahagia
Ajari aku, Angsana
Tentang dirimu
Tentang luka yang membekas di hatimu
Hingga aku mampu untuk menghapusnya
--**--
"Pagi mbak Sana", suara Seto mengejutkan Angsana yang sedang asyik dengan kegiatan berkebunnya setiap hari libur.
"Eh Seto! Dari mana?"
"Biasa mbak lari pagi. Eh liat mbak Sana, boleh mampir?"
"Sini, sini. Mau minum? Aku tapi cuma ada air putih dingin", kelakar Angsana.
"Air putih itu bagus lho mbak untuk kesehatan. Jadi boleh masuk ni?"
"Masuk sini, aku seneng kalo dikunjungi teman", kata Angsana sambil mencuci tangannya.
Seto membuka pagar rumah Angsana dan masuk. Rumah Angsana berada di tengah-tengah rumah mewah dengan pagar tinggi. Terlihat lucu dari luar, karena petak tanah rumahnya yang kecil dikelilingi oleh rumah orang dengan area yang berkali lipatnya.
Seto memandang sekeliling. Halaman rumah Angsana sepanjang 2 meter dari pagar banyak ditanami bunga mawar. Bahkan di pagar pun ditanami mawar yang merambat. Rupanya, Angsana pandai mengatur taman, pikir Seto. Rumah Angsana dibuat menyatu dengan pagar dari tetangganya. Dibentuk rumahnya model huruf L, dengan kolam kecil yang mengisi bagiannya.
"Wow! Ga nyangka loh mbak, rumahnya bagus gini."
Angsana tertawa.
"Ga salah, Seto? Ini tetangga kanan, kiri, depan, belakang model rumahnya Mediterania, ada yang minimalis tapi modern, catchy kalo kata orang-orang. Lah ini? Cuma semacam ruko."
"Tapi kan kalo untuk ukuran single, ini bagus mbak. Daripada saya, kos-kosan ukuran 3 x 5, kamar mandi dalam tapi nggak pake AC."
"Aku juga ga pasang AC, Seto."
Mereka berdua tertawa bersama. Seto memandang Angsana sejenak, lalu tersenyum. Cantik, pikirnya.
Angsana mempersilakan Seto masuk ke dalam rumahnya.
"Wow!", Seto berdecak kagum.
Rumah Angsana dibagi menjadi tiga bagian. Ruang tamunya menyatu dengan dapur dengan hanya dipisahkan bar yang membentuk huruf L. Dari sisi kanan terdapat jendela kaca besar yang menembus langsung ke kolam. Di sebelah kolam adalah kamar Angsana. Sedangkan di belakang dapur, terlihat tempat mencuci dan menjemur pakaian yang tidak berpintu dan langsung dibatasi oleh tembok tetangga belakang rumahnya.
"Ini rumah mbak Sana beli atau?"
"Desain sendiri.", kata Angsana bangga.
"Wow!!"
"Kalau orang udah nggak punya siapa-siapa ya kayak gini. Mau ngapain lagi coba? Duduk yuk."
Seto menurut. Diambilnya gelas yang sudah dituangkan air oleh Angsana sambil masih menikmati sekeliling.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angsana (Completed)
RomanceKepingan puzzle hidup Angsana mulai tersusun satu per satu akan kehadiran Dimas. Jati diri Dimas yang selama ini dibencinya dan juga sangat dicintainya membuat Angsana merasa sangat dipermainkan. Pada saat seperti inilah, tidak ada orang lain yang l...