02.3

1.1K 72 4
                                    


Sementara itu, Raka dengan perasaan ragu, duduk bersandar di kursi mobilnya. Dilihatnya sekotak coklat berpita merah jambu yang diletakkan di kursi sebelah. Sembari menarik nafas berat, diambilnya kotak itu, Raka memantapkan langkahnya menuju ke dalam apartemen mewah di depannya.

Larasati membuka pintu, menatap Raka yang muncul di depannya dengan mengerlingkan bola matanya memutar, sebelum mempersilakan masuk. Dia tahu, pria itu sedang bertengkar dengan saudara kembarnya.

"Sekar lagi ke supermarket. Semalam dia pulang sambil marah-marah. What was happened again between you guys?"

Raka menggelengkan kepalanya sambil masih menatap ke lantai. 

"Raka, your jealousy is too much over her! You give her so many pressure!"

"Ras, aku nggak ada niatan untuk menekan dia, aku cuma....", suara Raka tercekat.

Laras berkacak pinggang di depannya. Sambil meminta Raka untuk duduk. 

"Terus, kesini mau ngapain?", tanyanya.

"Minta maaf,"

"Minta maaf aja nggak akan menyelesaikan masalah, kali, Ka"

Raka terdiam. Pikirannya kacau tentang ketakutannya apabila Sekar menyerah dengannya. Sekar baginya adalah pelabuhan cinta yang selama ini dicari. Tempat yang nyaman untuk mengeluarkan segala pikirannya tentang masa depan, impian dan pendapat-pendapatnya tanpa harus bertengkar. Namun juga, satu-satunya orang yang membuatnya merasa tidak percaya diri. Tidak pernah dia mencintai seseorang hingga secemburu ini sebelumnya.

"Apa ada yang bisa aku perbuat agar dia maafin aku, Laras?"

Laras tidak segera menjawab, pandangannya tertuju ke pintu yang terbuka perlahan.

"Tanya sendiri ke orangnya", jawabnya sambil bangkit dan berjalan menuju arah Sekar dan mengambil kantung belanjaan, lalu masuk ke dalam. meninggalkan Sekar yang pada akhirnya duduk di seberang Raka.

Sekar melihat sekotak coklat kesukaannya di samping Raka. Diperhatikannya kekasihnya yang masih menunduk menyusun kata yang tepat. Sudah hilang kekesalannya kepada lelaki yang telah membuatnya berubah dari seorang gadis manja menjadi wanita yang lebih mengerti tentang orang lain. 

"Kesini mau minta maaf?", tanyanya sambil tersenyum, meski Raka masih tak berani mengangkat wajahnya.

Raka hanya mengangguk dengan masih menunduk, "Aku nggak tau bagaimana harus mengontrol emosiku sendiri. Aku nggak suka kamu dekat dengan Agung, tapi aku nggak bisa cegah itu, aku nggak bisa tahan itu. Aku....jancuk...aku nggak ngerti."

Sekar beranjak pindah ke sebelah Raka, lantas meletakkan tangannya di pundak Raka sambil mengelusnya perlahan.

"Aku paham. Kamu cemburu karena kamu sayang aku kan?", Raka mengangguk sambil mengangkat wajahnya menatap kekasihnya. "Tapi bisa kan, sedikit saja untuk tidak begitu di depan orang? Aku malu. Malu dilihat orang. Apa kata mereka? Sekar koq mau pacaran sama Raka yang arogan? Mereka nggak ngerti baiknya kamu yang asli kayak gimana, kan? Aku nggak mau mereka mikir seperti itu, sayang."

Raka selalu tertawan dengan halusnya Sekar. Baginya, kedewasaan Sekar dalam menghadapinya adalah sifat yang dia tak pernah temui sebelumnya dari mantan-mantan kekasihnya.

"Maafin aku, cinta."

"Aku udah maafin kamu, tapi tolong, tahan cemburumu. Kamu bisa lampiaskan saat kita berdua aja, kan?"

Raka mengangguk sembari meletakkan tangannya di atas tangan Sekar. 

"Tapi aku tetep nggak suka Agung deketin kamu, cinta."

Angsana (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang