25

38 4 0
                                    

Jangan takut untuk pergi, karena aku disini tetap menunggumu.

_

Author pov.

Malam begitu larut, gemuruh pun berbunyi pertanda akan datangnya hujan.

"Bang tau satu hal?" tanya Arvano kepada Fiko yang sibuk menonton televisi tentang politik.

"Hm" jawab Fiko yang sibuk dengan debat politik tentang presiden.

"Sya kamu tau satu hal?" kini Arvano bertanya kepada Dasya yang berada di sebelahnya yang sibuk dengan cemilan di pangkuan nya.

"Apa?" Dasya menoleh menatap Arvano dengan serius.

"Hujan itu datang ketika awan hitam yang keberatan menampung air" ucap Arvano ketika mendengar derasnya hujan turun. Dasya menatap mata cokelat Arvano membuat dirinya terkunci dimanik mata Arvano itu.

"Terus?" tanya Dasya yang masih menatap Arvano.

"Begitu juga dengan manusia, bedanya-"

Ucapan Arvano terpotong oleh teriakan Fiko,"apaan sih bucin amat! "

"Yaelah, main potong ucapan orang aja!" Arvano menyenggol tangan Fiko yang membuat dunia Fiko terusik.

"Apaan sih!, ganggu!" ucap Fiko dengan kesal.

"Udah-udah No lanjutin!" titah Dasya melerai mereka berdua.

"Nah, bedanya kalo Manusia menumpahkan segala kesedihan nya melalui air mata, eh ngga kesedihan aja kadang kita bahagia juga menangis iya kan?. Nah dari situ gue belajar kalo air mata bukan hanya untuk kesedihan tapi untuk kebahagian juga. Lo tau Sya gue pengen menangis dibawah hujan yang deras karena disitu gue merasa air mata gue tertutupi dengan derasnya hujan" jelas Arvano, Dasya mengangguk-angguk.

"Yang ada lo demam Van!" Fiko kembali membuat Arvano kesal.

"Biarin kadang untuk terlihat kuat itu butuh pengorbanan seperti yang abang Fiko bilang, ngga masalah kalo itu buat kita sakit yang terpenting kita puas dengan segala kesedihan yang kita tumpahkan. Ya,walaupun kadang sempat mikir juga kenapa gue mau melakukan itu!" terkadang Arvano bijak. yah, walaupun banyak tidak jelasnya.

"Gini ya Van, hidup itu harus siap menghadapi apapun rintangan yang terjadi, karena hidup ngga bakalan terasa kalo ngga ada yang namanya kerikil-kerikil yang bisa dibilang hidup lo bakalan datar aja kaya jalan tol. Jadi kita itu harus menerima apapun itu. yah, walaupun sakit yang kita rasakan tapi ingat satu hal di balik kesedihan pasti ada yang namanya kebahagian!" Fiko mematikan televisinya yang kini larut dalam percakapan yang dimulai oleh Arvano tadi.

"Jadi hidup ngga bakalan terasa kalo ngga ada yang namanya rintangan gitu?" tanya Dasya kepada dua laki-laki bijak ini.

"Ya bukannya ngga terasa sih!,tapi kaya semacam kehilangan kehidupan gitu! Lo harus keluar dari zona nyaman lo Sya! Karena kalo kita terlalu menikmati yang namanya zona nyaman itu bakalan susah untuk keluar dari zona itu.ya, semacam zona setan!" Papar Arvano yang kini lebih serius dan ikut larut dalam topik pembicaraan

"Ohh, gitu!" Dasya kembali mengangguk-angguk kepalanya.

"Kalo keluar dari zona nyaman sih jujur gue belom pernah. Terkadang gue berpikir kalo keluar dari zona itu gue ngerasa berbeda aja!" Arvano tertawa pelan sedangkan Dasya kebingungan.

Terjebak Friend ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang