Bagian 53: Konferensi Pers

2K 519 93
                                    

Tengah hari. Aku perlu mandi. Aku juga belum makan sejak kemarin siang.

Selesai mandi, kulihat di meja makan sudah tersedia pecel lele kesukaanku. Sepertinya Ibu sudah pergi kerja. Ibu tak libur meski sekarang Minggu. Walau begitu, ia tak pernah lupa menyediakan sarapan untukku.

Semakin aku memikirkannya, semakin aku merasa bersalah sudah mencurigai Ibu telah mengkhianati Bapak. Kunyalakan televisi agar aku berhenti berpikir. Untungnya kebanyakan acara televisi Indonesia dibuat supaya orang-orang malas mikir.

Saluran yang kunyalakan adalah saluran berita. Isinya tak begitu jauh dari dugaanku. Semuanya seputar kerusuhan tadi malam. Polisi mengumumkan ada 22 korban tewas dan lebih dari seratus orang luka-luka. Korban tewas termasuk Isnan Sodikin, Kapolsek Petanjungan Utara, bos preman desa Balongan berjuluk Deni Dongkrak, dan pemimpin geng motor beralias Arip Tompel. Seorang remaja putri juga ditemukan tewas tak jauh dari lokasi kerusuhan, diketahui telah dibunuh oleh anggota geng yang terlibat tawuran. Korban masih bisa bertambah karena puluhan orang masih dalam pencarian polisi.

Skala kerusuhannya lebih luas daripada kerusuhan tahun lalu. Terutama karena kerusuhan tersebut berbarengan dengan aksi demo warga desa Balongan. Mereka menolak digusur dan menuntut keadilan atas terbunuhnya warga dalam penggerebekan polisi terhadap preman di wilayah mereka. Mapolsek Petanjungan Utara, Barat, Selatan, dan Timur jadi sasaran pelemparan petasan. Demonstran dipukul mundur begitu hendak melalui jalan menuju kantor walikota, lalu bersama geng Dinamo, mereka mengalihkan serangannya ke Taman Indah. Sisanya adalah sejarah.

Dalam konferensi pers, Kapolres Petanjungan menyatakan duka citanya atas anggota-anggotanya yang gugur. Isnan mendapat penghargaan atas 'jasa'-nya dalam memberantas premanisme. Kapolres juga mengumumkan pembentukan Tim Superman—akronim dari tim khusus pemburu preman—yang dipimpin oleh AKP Hendrik Suprapto.

Usai diangkat, ayah Alin pun turut berpidato,

"Selama bertahun-tahun, saya prihatin dengan lemahnya fungsi polisi dalam menghadapi premanisme di kota ini. Bukan hanya membiarkan preman bertindak seenaknya, tetapi ada juga oknum yang bersekongkol dengan mereka. Jujur, saya sangat malu. Karena itu saya mengimbau pada rekan-rekan polisi, jangan lagi memberikan ruang untuk berkembangnya kejahatan. Jangan takut dan jangan mengkhianati rakyat. Uang atau hadiah apa pun tak sebanding dengan penderitaan masyarakat kita yang berada di bawah cengkeraman mereka selama bertahun-tahun. Dengan dibentuknya Tim Superman, maka saya tegaskan, preman, begal, bandar, mafia—apa pun sebutannya—tak lagi punya tempat di kota Petanjungan."

Superman. Aku baru tahu ayah Alin adalah penggemar superhero Amerika.

Sepertinya kepolisian memutuskan untuk menutupi aib Isnan. Namun, kurasa selama ada polisi jujur seperti Om Hendrik, mereka akan baik-baik saja. Mungkin saja ayah Alin diangkat jadi kapolres kalau perburuan premannya sukses.

Alin dan yang lain sudah aman. Kuharap.

"Heh, kauharap. Jangan lupa, Grey. Semua ini terjadi berkat politik adu dombamu."

Bagus. Sekarang suara di kepalaku pun ikut menyindirku.

"Perlu kuucapkan selamat?" tanyaku.

"Diamlah," balasku.

"Masih belum puas? Harusnya kau senang, bukan?"

Aku tak menjawab pertanyaanku.

"Kau merasa bersalah karena telah mengorbankan Deni dan Feli?"

"Entahlah."

"Tentu saja. Kau pasti sudah jadi mayat kalau bukan karena mereka."

"Semuanya sudah berlalu. Tak ada lagi yang bisa kulakukan."

Mr. I Project: Devil Must DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang