Pagi harinya (namakamu) bersiap untuk pergi ke kampus di antar oleh supir pribadinya, kini ia sedang turun dari anak tangga dan berjalan menuju meja makan yang sudah ada keluarganya,taklupa di bahunya sudah mengait tas yang berukuran cukup besar untuk membawa buku-bukunya,
"Pagi," sapanya dengan nada datar lalu ia duduk disamping alvero, sepupuhnya
"Pagi," jawab mereka bersamaan, mereka --keluarganya-- sudah terbiasa dengan sikap cuek (namakamu)
"kamu mau nasi goreng atau roti sayang?" tawar sang mamah, panggil saja reni
(namakamu) terdiam sejenak "roti," jawabnya singkat
"pake selai apa?"
(namakamu) mendengus pelan, "mamahkan udah tau aku suka selai apa," batinnya
"hey? kok diem?"
(namakamu) menghelai nafasnya pelan "cokelat mah!"
"oke," setelah selesai menyelai dua lapis roti tawar, lalu ia menyodorkannya pada (namakamu) "nih, makan ya sayang!"
"makasih," lalu ia melahap roti itu
Alvero yang ada disampingnya hanya meliriknya sekilas, ia masih heran kepada adik sepupuhnya ini, cueknya kebangetan, katanya.
"kamu hari ini sampai jam berapa kuliahnya?" tanya Dion, papahnya
(namakamu) yang sedang mengunyah rotinyapun menoleh seraya menggeleng "gatau,"
"mau papah suruh sama bodyguard papah? supaya--"
(namakamu) jengah seraya meletakkan kembali rotinya diatas piring yang masih bersih, refleks membuat reni, alvero dan tentunya dion menatapnya bingung
"kenapa sayang?"
(namakamu) mendengus kesal "pah, harus aku bilang berapa kali sih? AKU. GAK. MAU. DI TEMENIN BODYGUARD. PAPAH! okay?"
"tapi kan--"
"pah, udah! biarin aja." ucap reni meletakkan telapak tangannya di pergelangan tangan kanan dion
(namakamu) memasang wajah badmoodnya, "argh! masih pagi udah bikin kesel aja," batinnya
"Tapi kan, mah.. papah gak mau (namakamu) kenapa-napa,"
Lagi, lagi (namakamu) mendengus kesal, lebih baik ia segera berangkat kekampus daripada harus berdebat dengan papahnya yang lagi-lagi membicarakan tentang hal yang sama, yaitu 'bodyguard'
Ia meraih tas kampusnya yang ia letakkan di bangku yang kosong seraya berdiri, ia menatap ketiga orang yang ada dihadapannya dengan malas "aku berangkat!" lalu ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan salam atau mencium tangan kedua orangtuanya, katakanlah ia durhaka atau berdosa, tapi sungguh ia saat ini sangat kesal
"om sih, udah tau (namakamu) gitu wataknya!"
Dion hanya terdiam
"udah lanjut lagi makannya, euuu--" tatapannya beralih pada Alvero "ver, kamu mau ngampus juga hari ini?"
"enggak tan, aku libur!"
"oh oke,"
*
Mobil yang (namakamu) tumpangi telah sampai di pekarangan kampus, dengan segera ia membuka pintu mobil, namun tertahan oleh dirinya sendiri, ia menatap sang supir-- panggil saja Pak Jaya
"Eum-- pak, bapak gausah nungguin saya ya? saya bisa pulang sendiri. Dan kalo papah atau mamah tanya kenapa, Bapak bilang aja, saya yang nyuruh,"
"i-iya non,"
Setelah itu ia keluar dari mobil, dan bergegas menuju taman kampus, ditengah jalan ia sempat melirik kearah jam tangan yang bertengger di tangan kirinya "ck! jam 8, masih ada setengah jam lagi buat masuk kelas!"
Ia duduk di bangku taman yang kosong, suasana di lingkungan kampusnya ini lumayan ramai dengan anak-anak mahasiswa yang mempunyai jam pagi sepertinya atau bahkan hanya sekedar menikmati suasana lingkungan yang asri ini
(namakamu) meletakkan tas kampusnya itu di sampingnya, seraya tangan kirinya merogoh sesuatu di dalam tas itu, setelah dapat ia menggenggam benda tebal itu dan bersandar di sandaran bangku, seraya menikmati suasana cuaca yang mampu membuatnya sedikit rileks akibat kekesalannya tadi dirumah.
Dan yang ia genggam itu adalah buku Novel yang berwarna biru laut, mampu menyejukkan mata, novel tersebut berjudul Awan. ia sangat suka membaca novel, sampai-sampai dikamarnya ada lemari besar yang dikhususkan untuk menyimpan koleksi novelnya, ya! dia kolektor novel
(namakamu) tersenyum kecil disela bacaannya, efek katakata yang didalam novel mungkin
"euu-- sorry. boleh gue duduk disini?"
(namakamu) hanya mengangguk kecil tanpa menoleh
"oke, thanks!"
Pria itu hanya melirik pada (namakamu), kemudian ia mengangkat kedua bahunya acuh lalu ia kembali terfokus pada ponselnya
"btw, nama lo siapa?"
(namakamu) yang sedang terfokus pada novelnyapun kini terbuyarkan atas pertanyaan seorang pria asing yang ada disampingnya ini, dengan tampang yang kesal dan datar ia menoleh pada pria ini
"lo bisa ga sih gausah ganggu?" ketusnya
Pria ini hanya memandangnya aneh terlihat dari kerutan dahinya "ganggu?"
(namakamu) terkekeh meremehkan "iya! lo ganggu,"
"siapa yang ganggu sih? gue cuman nanya nama lo doang, ohya--" ia mengulurkan tangannya "kenalin gue iqbaal,"
(namakamu) menghelai nafasnya malas "gue gak nanya dan gak mau tau nama lo okay! ganggu dasar!"
"tapi gue gak ganggu lo deh prasaan!"
"heh! denger ya baik-baik! itu termasuk kedalam ganggu. Maaf ya, kalo lo cuman mau duduk disini y-yaa duduk aja, gausah pake nanya-nanya segala! masih untung ya gue bolehin duduk!" omel (namakamu) seraya pergi berlalu dengan novel yang masih ia genggam
Ya, pria itu adalah iqbaal Akhfari. mahasiswa S2 berjurusan seni musik. pria tampan, baik, dan juga ramah ini, yang berhasil (namakamu) omeli, dan membuat iqbaal menggeleng keheranan atas sikap gadis itu, ini pertama kalinya ia menemukan gadis sejutek, secuek, semenyebalkan mungkin?
"Gila tu cewek," gumamnya
☁
VOMMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐂𝐮𝐞𝐤 (𝐓𝐀𝐌𝐀𝐓)
General FictionPEMERAN CEWEKNYA YEEN, KALO JIJIK GAUSAH BACA! GAUSAH KOMEN!! (𝐅𝐎𝐋𝐋𝐎𝐖 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐌𝐄𝐌𝐁𝐀𝐂𝐀) (𝐂𝐎𝐌𝐏𝐋𝐄𝐓𝐄𝐃) (𝐍𝐚𝐦𝐚𝐤𝐚𝐦𝐮) 𝐀𝐧𝐚𝐧𝐝𝐢𝐭𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐈𝐪𝐛𝐚𝐚𝐥 𝐀𝐤𝐡𝐟𝐚𝐫𝐢 𝐁𝐚𝐜𝐚 𝐚𝐣𝐚 𝐮𝐝𝐚𝐡,