1

4K 260 20
                                    


"Lisan yang tidak bisa kuprediksi ternyata membuat kesalahpahaman diantara kita"

🍁🍁🍁


Tap tap tap.
Derap langkah sepatu menggema di lorong toko buku yang sepi.

"Hei siapa kamu? Jangan menarik tangan orang sembarangan," ujar seorang gadis kebingungan tangannya ditarik oleh laki-laki yang baru pertama kali bertemu dengannya.

"Kamu Kim so eun?"

"Iya," balas so eun semakin bingung. "Bagaimana bisa dia mengenalku?" batin So eun sambil menatap orang yang menariknya dengan tanda tanya besar.

"Panggil aku Kim bum dan tentang bagaimana aku mengenalmu, kita bahas nanti," seperti dapat membaca pikiran So eun, dia menjawab dengan memamerkan senyum mautnya atau biasa disebut killer smile oleh fans-fansnya. Dia menarik tanganku lagi menuju sebuah mobil tanpa sepatah kata yang dikatakan.

"Hei kamu akan membawaku kemana? Kamu penculik ya?" tanyaku dengan tatapan menyelidik padanya, yang akan membawaku pergi entah kemana. Sebenarnya aku tau siapa lelaki yang membawaku sekarang ini. Tapi, untuk apa dia menarikku? Dan akan membawaku kemana? Bukankah mencurigakan! sebagai seorang perempuan kita patut waspada dan berjaga-jaga.

"Sudahlah diam," balas Kim bum singkat padat dan jelas di pendengaran So eun.

Karena rasa takut mulai muncul, So eun memukul mukul bahu Kim bum dengan keras. Bagaimana tidak takut kita saja baru pertama kali bertemu. Lalu dengan sembarangan membawanya pergi tanpa sebab yang jelas.

Mungkin saja ini modus penculikan, pikiran negatif mulai bergentayangan di otak cerdiknya. Bagaimana jika dia akan memerkosaku, memuntilasi, dan badanku akan dibuang disungai amazon, aku bergidik ngeri memikirkan hal itu. Memang terkesan lebai tapi ayolah ini seorang Kim so eun! Gadis yang punya daya hayal yang tinggi.

"Diamlah, jangan mengganggu konsentrasi mengemudiku!" ujar Kim bum mendesis kesal.

"Baiklah," balas So eun masih was was dan takut melihat rahang Kim bum yang mengeras di sampingnya. Sesekali dia mencuri pandang dari sudut ekor matanya.

________________

Taman.

"Untuk apa kita ke sini? " tanya So eun dengan raut bingung sambil menduduki sebuah ayunan yang tersedia di sana. Mencari kenyamanan, mencoba menghalau pikiran negatif yang sempat terbayang tadi.

 Mencari kenyamanan, mencoba menghalau pikiran negatif yang sempat terbayang tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Panggil aku Kim Bum," perkenalan kedua dengan senyum manis lagi. Ah.... bukan lebih tepatnya sangat manis.

"Lalu, kamu membawaku kesini untuk apa?" Ia mengulang kembali pertanyaan yang tidak kunjung dijawab dan hanya selalu mengalihkan pembicaraan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lalu, kamu membawaku kesini untuk apa?" Ia mengulang kembali pertanyaan yang tidak kunjung dijawab dan hanya selalu mengalihkan pembicaraan.

"Kamu teman Go hye sun kan?" tanya Kim bum memulai aksinya dengan sikap manis. Perayu ulung yang satu ini memang biasa memulai dengan hal yang manis-manis dan awal pertemuan selalu dengan senyum yang sialannya sangat manis, jadi wajar jika banyak yang terpikat padanya apalagi dengan wajah yang sangat tampan berpadu dengan lesung pipit di pipinya, postur tubuh yang proposional dan segala kemewahan yang melekat sempurna di tubuhnya. Siapa yang tidak tertarik hmm?

So eun hanya mengangguk membenarkan sebagai jawaban.

"Bagus, kalau begitu beritahu temanmu itu jangan mempermainkan hati temanku?" pinta kim bum tanpa basa basi langsung mengucapkan tujuannya mendatangi gadis yang terlihat lugu ini. Yah, dibalik sikap playboy yang sering mempermainkan hati wanita, sering bergonta ganti pasangan tanpa status yang jelas hanya sebuah kencan semalam serta sifat pembangkangnya pada orang tua.

Namun dibalik itu semua, dia yang paling peduli dengan teman-temannya. Tapi dari kutipan yang diucapan Kim bum, apa dia tidak sadar atau memang melupakan? Bukankah dia juga seorang yang terbiasa mempermainkan hati seseorang bahkan terbilang sangat sering.

"Bagaimana aku tahu? Aku saja tidak mengenal temanmu," So Eun mulai kesal. Ia tidak mengurusi urusan orang lain. Kenapa orang yang satu ini menyuruhnya terlibat. Saat ini saja ia sudah pusing dengan masalahnya sendiri.

"Tidak usah berbohong?" desak Kim bum agar so eun memberi jawaban yang dia inginkan. Biasa bermain dengan uang tentu dengan mudah bisa mendapatkan sesuatu. Rasanya penolakan itu asing baginya apalagi hanya sekedar sebuah jawaban 'Ya'. Lagi pula siapa yang tidak mengenal temannya? Mustahil.

"Hanya membuang waktu," balas So eun sambil berdiri dan mulai melangkah pergi. Namun langkahnya berhenti saat merasakan ada genggaman hangat yang melingkar pergelangan tangan dan begitu berbalik, melihat dia yang tersenyum sangat manis untuk kesekian kalinya.

Rasanya ingin mengutuk pria ini, kenapa selalu memgumbar senyum yang sangat manis itu, apa giginya tidak kering? Hei So eun sadarlah dia menghina sahabatmu, aku mengerjapkan mataku beberapa kali.
"Apa lagi?"

"Ayolah, aku hanya memberitahumu," ucap Kim bum berusaha sehalus mungkin.

"Temanmu itu mendekati Min ho, kamu pasti tahukan siapa dia? Aku tidak masalah dia mendekati Min ho. Yang masalah itu dia juga mendekati Hyun joong, apalagi dia sudah mempunyai kekasih. Aku tau keduanya termasuk orang berpengaruh di korea, tapi jangan serakah," jelas kim bum panjang lebar.

"APA APAAN KAU ITU?"

"Sudahlah tidak usah menutupi aib temanmu."

"KAU PIKIR HYE SUN ORANG SEPERTI APA HA? JANGAN DIKIRA KAMI ORANG MISKIN LALU MENGEJAR KALIAN HANYA UNTUK SEBUAH HARTA" ucap So Eun semakin emosi dengan suara lantang. Tentu saja Hye sun tidak seperti itu, yang lebih memuakkan lagi dari pria ini dia berucap dengan nada merendahkan. Bukankah itu keterlaluan. Ia memang orang pendiam dan pemalu tapi jangan meremehkan hal itu.

Oke, So eun tahu dia pewaris perusahaan tembikar terbesar se-Asia, apalagi dia juga memiliki museum tembikar di negara gingseng ini dan jangan lupa dia memiliki studio tembikar sendiri dan satu lagi diusianya yang masih muda ini dia sudah berbakat di dunia seni Korea bahķan mancanegara.

Jauh berbeda sekali dengan So eun yang hanya berstatus anak dari seorang bawahan di perusahaan dan tidak begitu memahami tentang bakatnya sendiri. Tapi tetap saja, tidak seharusnya dia berkata seperti itu, apalagi dia seorang kalangan atas yang terkenal kesopanan dalam tindak tanduknya. Ingin sekali ia menjitak kepala Kim bum dengan keras, untung saja ia masih mengingat nilai kesopanan yang diajarkan ayahnya untuk selalu menjaga tindak tanduk sebagai perempuan.

Setelah mendengar bentakan So Eun lagi membuat Kim bum terkejut dengan jawabannya yang tidak sesuai ekspetasinya. Tidak disangka reaksinya akan begitu, padahal dia sudah mempengaruhinya dengan kharisma. Biasanya, dengan cara seperti itu pasti akan berhasil menahklukkan hati wanita manapun dan mereka akan luluh dengan mudah. Apa ada kesalahan dalam kalimat yang dia lontarkan tadi?

Dia pun hanya bisa membalas dengan sebuah senyuman dan melepaskan genggaman perlahan darinya. Cukup kagum dengannya yang hanya berstatus gadis biasa. Bagaimana tidak, dia ini mampu melunakkan sifat-sifat anak pejabat yang keras kepala, aktris aktis bahkan super model sekalipun. Jika dibandingkan dengan wanita di depannya ini jauh sekali, bahkan tidak selevel jika membandingan kasta dan tubuh mereka. Sekali lihat saja sudah berbeda dia ini hanya wanita bertubuh mungil. Ahh, sepertinya sebutan itu terlalu bagus lebih baik sebut saja wanita pendek itu terdengar lebih sesuai.

Kubiarkan dia melangkah menjauh, hah entahlah dia cukup menarik.

.

.

.


You My SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang