"Jangan berangan-angan terlalu tinggi biarkan semua mengalir layaknya air. Entah dia harus berakhir di laut yang damai atau malah selokan yang menampung limbah"
🍁🍁🍁🍁
"Apakah kau sudah memikirkan permintaanku?"So eun bimbang harus menjawab apa.
"Baiklah jika kamu belum memutuskan. Tolong berikan ini pada kim bum jika menurut kamu itu waktu yang tepat".
"Ini apa sunbae?"
"Buka saja".
Dengan ragu tangan so eun bergerak membuka kotak itu berisi rubik tapi ada angka seperti huruf jepang entahlah apa. So eun tidak memahaminya "Kado yang menarik".
"Itu bukan kado. Itu punya kim bum".
"Barangnya?"
"Iya dulu saat aku dekat dengannya dia mengajariku rubik. Dia sebenarnya tidak mau memberikannya padaku karena itu spesial, hanya saja saat itu aku sedang berulang tahun dan membujuknya dengan berbagai cara. Lalu dia memberikannya padaku" cerita itu mengalir begitu saja, so jiin sudah tidak lagi sungkan pada so eun. Dia sudah layaknya adik yang baik untuknya.
So eun tersenyum mendengar keterbukaan seniornya. Siapa sangka senior idolanya percaya padanya "Tenang saja eonii aku akan segera memberikannya".
"Lebih baik kamu berikan. Saat kamu sudah putuskan akan membantu atau tidak. Setidaknya jika harus bertemu kamu sudah memilih jalan. Aku pamit" saran so jiin sembari mendekatkan tubuhnya pada so eun untuk memeluk tubuhnya sebagai tanda terima kasih.
So eun dengan senang hati membalas rangkulannya. Setelah sosoknya pergi dia masih diam di sana menimbang semua sisi baik dan buruk yang terjadi. Tapi jika difikir terus lama lama bisa rontok rambutnya, sekarang saja kepalanya sudah berdenyut. Lebih baik berpasrah saja pada takdir tuhan dia hanya perlu menjalani.
Tapi tunggu kenapa terasa ada yang menjanggal. Ditatapnya punggung so jiin yang hilang di balik tebok "Oh tidak aku melupakan bertanya tentang saudara? Apa ya maksudnya? Atau mungkin mereka sepupuan?" tanpa hasil jawaban pun so eun pergi dari gazebo menuju kelasnya.
_____________
Di rumah sakitDalam keheningannya dia memang sering menangis, tapi di sini berbeda keheningan yang tercipta layaknya hanya kata kedamaian.
Dia sebenarnya agak prihatin dengan pria ini bagaimana bisa sudah beberapa hari berada di rumah sakit tidak ada yang menjenguknya dari sanak keluarga terutama ibunya. Bukankah ibu adalah seorang yang paling khawatir jika tetang kesehatan anaknya. Lalu seperti apa hati ibu pria ini.
Tangannya mengusap lembut pipi min ho yang tertidur pulas setelah minum obat. Dia bahagia bisa berada di samping pria ini saat terpuruk. Setidaknya ini juga sebagai penebusan dosanya yang telah membuat min ho lalai akan kesehatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
You My Soulmate
أدب الهواةLingkaran takdir yang menghantarkan kisah mereka pada soulmate masing-masing. Ketika perbedaan menjadi sebuah perdebatan dan kepedulian menjadi tali pengikat yang erat. Sementara segelintir masalah silih berganti menjadi senapan pemisah. "Mereka tak...